Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Anggraini Aprillia
"ABSTRAK
Neuropsikologi ialah ilmu yang mempelajari hubungan antara fungsi otak dan tingkah laku. Neuropsikologi berhubungan dengan pemahaman, pengujian dan juga pengobatan perilaku yang secara langsung berhubungan dengan fungsi otak. A.R. Luria sebagai seorang neuropsikolog, mengembangkan sekelompok prosedur penilaian kualitatif yang dinilai sangat efektif dalam mengidentifikasi dan menentukan disfungsi otak pada orang dewasa. Golden, Hammeke dan Purisch menyempurnakan teknik Luria dengan membuat Luria-Nebraska NeuropsychologicaI Battery (LNNB). LNNB memiliki 13 skala, dimana salah satunya adalah Skala Memori. Peneliti tertarik mengadaptasi Skala Memori karena memori merupakan pusat dari fungsi kognitif dan karakterisitik dari perilaku manusia. Selain itu memori berhubungan langsung dengan proses belajar dan merupakan landasan untuk memahami perilaku dan pemikiran manusia.
Untuk menghasilkan alat ukur yang baik diperlukan syarat-syarat tertentu. Suatu tes dapat dikatakan baik bila tes tersebut reliabel, valid dan memiliki norma baku. Oleh karena itu, penelitian memfokuskan pada uji reliabilitas, uji validitas dan pembuatan norma. Penelitian dilakukan pada kelompok partisipan mahasiswa S-l Reguler Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jumlah partisipan 30 orang dengan rentang usia 19 - 24 tahun. Uji reliabilitas dilakukan dengan metode koefisien Alpha, didapatkan koefisien Alpha sebesar 0.34. Koefisien Alpha ini tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa Skala Memori LNNB memiliki konsistensi internal yang rendah dan item-itemnya kurang homogen. Rendahnya konsistensi internal dari Skala Memori LNNB disebabkan oleh sedikitnya jumlah item dan sampel yang homogen.
Uji validitas dilakukan dengan metode criterion prediction validation dengan teknik concurrent validation dan kriteria yang digunakan adalah previonsly available tesi, yaitu Wechsler Memory Scale I yang sama-sama mengukur fungsi memori. Hasil korelasi yang didapat adalah signifikan, ini berarti Skala Memori LNNB valid dalam mengukur fungsi memori. Norma dibuat dengan menggunakan norma dalam kelompok dengan transformasi linear dengan teknik T score. Pada penyusunan norma, jumlah partisipan yang sedikit membuat skor tidak menyebar secara proporsional. Norma yang disusun juga hanya dapat diaplikasikan pada sampel normal saja.
Untuk selanjutnya disarankan melakukan uji coba terhadap partispan yang terdiri dari mereka yang masuk dalam kategori ?normal? dan mereka yang mengalami gangguan neurologis. Hal ini berguna untuk meningkatkan variabilitas skor sehingga dapat meningkatkan reliabilitas Skala Memori LNNB. Dengan partisipan yang beragam maka dapat dibuat norma gabungan, sehingga dapat diketahui posisi skor individu yang ?normal? dan posisi skor individu yang mengalami gangguan neurologis dan yang mengalami gangguan psikiatri. Validasi metode lain contrasted group juga perlu dilakukan untuk melihat apakah Skala Memori LNNB mampu membedakan mereka yang masuk dalam kategori ?normal? dengan mereka yang mengalami gangguan neurologis."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38040
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sani Bayu Murti
"PT. XYZ adalah perusahaan jasa dibidang air minum. Perusahaan ini mengalami perubahan kineija dari produksi, distribusi menjadi pengawas dan mengevaluasi pihak mitra swasta, sejak ditandatanganinya peijanjian keijasama dengan pihak mitra swasta pada tanggal 1 februari 1998. Perubahan kineija ini memberikan dampak pada sistem kinerja dalam organisasi, khususnya pada pengelolaan sumber daya manusia, sehingga pada tahun 2003 ditetapkannya Tata Keija PT. XYZ oleh Gubernur DKI Jakarta.
Berdasarkan hasil wawacara dengan staf sub divisi sumber daya manusia bahwa, proses seleksi dilakukan oleh pihak konsultan PT. XYZ, proses perekrutan ini masih memiliki kekurangan. Hasil perekrutan yang diharapkan adalah sesuainya jumlah pegawai teknik dan administrasi namun pada kenyataannya pegawai administrasi lebih banyak dari pegawai teknik. Dalam hal ini, perencanaan sumber daya manusia harus di rancang sesuai dengan kebutuhan perusahaan baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Proses penilaian kinerja yang dilakukan perusahaan PT. XYZ selama ini hanya berdasarkan penilaian atasan kepada bawahannya. Perusahaan PT. XYZ belum memiliki penilaian kinerja yang sesuai dan dapat dijadikan bekal para pegawai untuk jenjang promosi. Begitu pula proses pengembangan dan training di dalam perusahaan PT. XYZ, mengikut sertakan para pegawainya training, tanpa melakukan analisis kebutuhan training. Mengikutsertakan pegawai untuk training berdasarkan bisnis perusahaan yang bergerak di bidang air bersih yang diadakan oleh pihak luar perusahaan. Dalam hal imbalan dan penghargaan di dalam perusahaan PT. XYZ belum dilakukan sepenuhnya hanya mengikuti tata pengajian seperti pegawai negri sipil.
Pada saat ini tampak bahwa, organisasi PT. XYZ mengalami kesulitan dalam menentukan kemampuan-kemampuan atau keterampilan-keterampilan yang dimiliki pegawai. Mengatasi permasalah yang ada di organisasi PT. XYZ tersebut diatas dan kesulitan dalam menentukan kemampuan atau keterampilan diperlukan suatu standar dan persyaratan sebagai peta menuju kesuksesan kineija. Model kompetensi sebagai rangkaian yang penting bagi kinerja sebuah pekeijaan atau sekelompok pekeijaan juga memberikan sebuah peta yang membantu seseorang pegawai memahami cara terbaik mencapai keberhasilan dalam pekeijaan atau memahami cara mengatasi suatu situasi tertentu (LOMA's Compenetency Dictionary, 1998) Penyusunan model kompetensi menggunakan tahapan dari LOMA's Competency Dictionary (1998) yang terdiri dari Tahap Persiapan, Tahap Inti, yaitu expert panel, analisis data dan validasi kemudian ditutup dengan Tahap Penyelesaian. Model Kompetensi yang disusun pada PT. XYZ ini adalah model kompetensi inti dan model kompetensi manajerial. Masing-masing kompetensi disusun berdasarkan kamus kompetensi dan tingkat keahlian.
Tingkat keahlian ada lima level. Level yang paling rendah ada pada level satu, yaitu pegawai yang memiliki kemampuan pemula dalam pekeijaan, tingkat keahlian paling tinggi berada pada level lima, yaitu pegawai yang memiliki kemampuan ahli dalam pekeijaan. Metode yang digunakan dalam penyusunan model kompetensi ini dilakukan dengan wawancara dan FGD. Penyusunan Model kompetensi ini dilakukan pada tanggal 13 April hingga 28 Mei 2009 dilakukan di kantor PT. XYZ Pusat DKI Jakarta.
Hasil yang diperoleh dalam penyusunan model kompetensi adalah lima kompetensi inti meliputi: Pengetahuan Organisasi, Integrasi, Komunikasi, Keterampilan Analisis dan keijasama serta empat kompetensi manajerial, yaitu: Perencanaan, inovasi, supervisi dan kepemimpinan."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T38041
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dayu Citra Andini
"ABSTRAK
Retardasi mental merupakan gangguan fungsi kognitif yang
mengakibatkan keterbatasan dalam perilaku adaptif dan tampak selama masa
perkembangan (Grossman, dalam Kauffman & Hallahan, 1988). Keterbatasan
yang dimiliki anak dengan retardasi mental membuat mereka tidak dapat
berkembang dengan optimal sehingga perlu mendapatkan penanganan. Intervensi
diberikan untuk melatih kemampuan yang penting dikuasai anak, seperti bantu
diri dan kemampuan sosial (Mash & Wolfe, 2005).
Retardasi mental memiliki 4 kategori berdasarkan skor IQ, yaitu retardasi
mental ringan, retardasi mental sedang, retardasi mental berat, dan retardasi
mental sangat berat. Pelatihan bantu diri pada anak dengan retardasi mental ringan
dapat dilakukan dengan modifikasi perilaku yang menggunakan prinsip belajar
(Papalia, Olds & Feldman, 2001). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
teknik modifikasi perilaku sangat cocok dan dapat diaplikasikan untuk
mengajarkan anak dengan retardasi mental mengenai keterampilan bantu diri
seperti berpakaian, makan dan kebersihan pribadi (Martin dan Pear, 2003).
Tugas akhir ini bertujuan untuk melatih anak dengan retardasi mental
ringan berusia 4 tahun 1 bulan, untuk memiliki keterampilan bantu diri dalam hal
berpakaian. Secara khusus, pelatihan ini bertujuan untuk melatih kemampuan
subjek untuk menggunakan celana dalam sendiri.
Teknik modifikasi perilaku yang digunakan dalam pelatihan ini adalah
teknik backward chaining. Backward chaining sesuai untuk meningkatkan
keterampilan bantu diri dan seringkali dipakai untuk melatih berpakaian pada
anak dengan retardasi mental (Martin & Pear, 2003). Backward chaining
merupakan prosedur pelatihan yang biasanya digunakan jika subjek memiliki
kemampuan terbatas mengenai suatu perilaku (Miltenberger, 2004). Bukti
keberhasilan dari perilaku yang diajarkan pada langkah awal pelatihan masih tetap
ada sampai pelatihan selesai dilakukan (Kazdin, 1980).
Hasil pelatihan menunjukkan bahwa setelah menjalani 24 sesi pelatihan
dengan menggunakan teknik backward chaining, subjek dapat menggunakan
celana dalam sendiri tanpa bantuan orang lain."
2007
T38039
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library