Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amelya Permata Sari
"

Tujuan : mengetahui pengaruh lampu meja LED invisible flicker dan visible flicker terhadap asthenopia pada mahasiswa di ruang perpustakaan. Metode : Penelitian ini adalah uji klinis tersamar ganda cross over. Empat puluh empat subyek dirandomisasi untuk menentukan urutan intervensi selama 90 menit antara 2 lampu meja yaitu lampu meja LED nvisible flicker dan visible flicker, dimana antar intervensi diberikan selang 1 hari sebagai periode istirahat (wash out). Data diambil dari pengisian kuesioner pasca intervensi, pengukuran near point convergence (NPC) dengan Royal Air Force Ruler serta pengukuran accomodative facility (AF) dengan menggunakan flipper lens sebelum dan sesudah intervensi. Hasil : Proporsi keluhan asthenopia dan nilai perubahan AF pada subyek yang menggunakan lampu meja LED invisible flicker tidak berbeda dengan subyek yang menggunakan lampu meja LED visible flicker. Keluhan mata panas lebih banyak pada subyek yang menggunakan lampu meja LED invisible flicker. Nilai perubahan NPC subyek yang menggunakan lampu meja LED invisible flicker lebih kecil dibandingkan dengan subyek yang menggunakan lampu meja LED visible flicker (invisible flicker: 0.67(-2.17 - 5.08) cm; visible flicker: 1.41(-1.67 - 12) cm, p=0.006). Kesimpulan : Studi ini menunjukkan penggunaan lampu meja LED invisible flicker meminimalisasi perubahan NPC setelah aktivitas melihat dekat selama 90 menit. 

 

 


This study aimed to compare the effect of invisible flicker LED desk lamp to visible flicker on asthenopia in college student at the library. This randomized, double blind, cross over clinical trial compared the asthenopia symptoms and to compared changes in the near point convergence (NPC), accomodative facility (AF) in subjects doing 90 minutes visual demanding task using both lamps, with a 1 day break between crossover. In 44 subjects, there were no difference in the proportion of asthenopia and changes in the value of AF. Invisible flicker LED desk lamp usage can minimize NPC changes after intervention.

 

"
2020
Sp-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hisar Daniel
"Azitromisin, terapi alternatif dari terapi triplet standar yang memiliki berbagai efek samping, belum diketahui pasti apakah konsentrasi intraokular sudah cukup untuk mencegah replikasi maupun eradikasi toksoplasmosis. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kadar azitromisin pada darah vena, vitreus, dan koroid/retina hewan coba kelinci pasca pemberian azitromisin oral setara dosis manusia. Sebanyak masing-masing empat kelinci albino New Zealand White diberikan tiga regimen perlakuan pada penelitian utama: pemberian azitromisin 26mg/kgBB setara dengan azitromisin 500 mg dosis manusia pada kelompok I setiap hari, 26mg/kgBB setiap dua hari, dan 50 mg/kgBB kgBB setara dengan azitromisin 1000 mg dosis manusia 1 kali dalam 1 minggu selama 2 minggu pemantauan. Preparat retina, koroid dan vitreous diperiksa dengan kromatografi cair ndash; spektrometri massa untuk menentukan kadar azitromisin. Rasio Kmaks/KHM berada jauh diatas batas peningkatan yang menjadi kriteria antibiotik concentration dependent Kmaks/KHM > 10 kali . Kelompok pertama, kedua dan ketiga meningkat lebih dari 100, 74 dan 79 kali, berturut-turut. Rerata kadar azitromisin di vitreus tetap lebih tinggi dari pada KHM pada kelompok 1 68,15 42,95 ng/ml dan kelompok 2 7,73 2,31 ng/ml .
Azithromicyn, an alternative for standard triplet therapy which the later has deleterious side effects, is not precisely known whether intraocular concentration is sufficient to halt replication and promote toxoplasmosis eradication. This study aimed to evaluate azithromicyn level in venous blood, vitreous, and choroid/retinal tissues in rabbits after oral azithromicyn administration equivalent to human doses. Four New Zealand albino rabbits each were given one of the following treatments: administration of azithromycin 26mg / kgBW equivalent to azithromycin 500 mg human dose daily group 1 , 26mg / kgBB every two days group 2 and 50 mg / kgBB kgBB equivalent to azithromycin 1000 mg human dose 1 time in 1 week group 3 for 2 weeks of monitoring. Retinal, choroid and vitreous preparations were examined by liquid chromatography - mass spectrometry to determine azithromycin levels. Cmax/MHC ratio was far above criterion for concentration dependent antibiotics Cmaks / MHC ratio > 10 times Cmax/MHC ratio in group 1,2 and 3 were increased by more than 100, 74 and 79 times, respectively. Mean azithromycin levels in vitreous remained higher than MHC: group 1 68.15 42.95 ng / ml and group 2 7.73 2.31 ng / ml . The azithromycin level in the retina-choroid was higher than that of venous blood after 14 days of oral azithromycin. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
Sp-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library