Ditemukan 63 dokumen yang sesuai dengan query
Farisza Gita
Abstrak :
Terlepasnya pasak tuang karena fitness yang tidak baik terhadap permukaan saluran akar, menyebabkan retensi pasak tidak optimal. Penelitian ini adalah suatu kwasi eksperimental laboratorik yang membandingkan akurasi pola pasak resin akrilik dan pola pasak inlay wax berdasarkan waktu penyimpanan. Pengamatan dilakukan terhadap celah marginal antara master die dengan spesimen menggunakan Electric Measuring Microscope MM-40 Nikon. Waktu penyimpanan yang diamati adalah 15 menit, 30 menit dan 24 jam. Secara deskriptif terbukti kontraksi inlay wax lebih besar dibandingkan kontraksi resin akrilik.
Hasil uji ANOVA 2 arah menunjukkan interaksi antara waktu penyimpanan dan jenis bahan pola, sedangkan hasil ANOVA 1 arah menunjukkan perbedaan bermakna antar waktu penyimpanan masing-masing bahan pola pada P 0.000. Hasil uji Limit Significant Difference pada masing-masing bahan pola menyimpulkan adanya perbedaan bermakna antar waktu penyimpanan, sedangkan uji menyimpulkan pula perbedaan bermakna pada masing-masing waktu penyimpanan antara kedua bahan pola. Disimpulkan akurasi pola pasak resin akrilik lebih baik dibandingkan pola pasak inlay wax.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Maria Francisca Lindawati Soetanto
Abstrak :
ABSTRAK
Dengan semakin bertambahnya kasus Hepatistis B dan AIDS dewasa ini maka penanganan alat dan bahan kedokteran gigi harus lebih teliti karena dapat menjadi media penularan penyakit. Gigi tiruan merupakan media penularan penyakit apabila pembuatannya tidak termonitor dengan bailkdalam hal sterilisasi.
Untuk sterilisasi gigi tiruan, ADA merekomendasikan perendaman gigi tiruan dalam desinfektan selama sepuluh jam. Bahan desinfektan yang direkomendasi oleh ADA adalah alkalin glutaraldehid sedangkan desinfektan yang lazim digunakan rumah sakitrumah sakit di Indonesia adalah chlorhexidine.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh desinfektan terhadap transverse strength basis gigi tiruan resin akrilik. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran nilai sorpsi cairan dan nilai transverse strength resin akrilik yang pengerasannya dengan pemanasan (Heat cured acrylic resin) setelah perendaman dalam air, chlorhexidine serta alkalin glutaraldehid selama 24 jam dan 72 jam
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai sorpsi cairan dipengaruhi oleh lama perendaman dan Jenis larutan perendam tetapi transverse strength tidak dipengaruhi oleh lama serta jenis larutan perendam. Pertambahan jumlah sorpsi cairan tidak mempengaruhi transverse strength bahan. Dapat disimpulkan bahwa perendaman dalam air, chlorhexidine, alkalin glutaraldehid sampai jangka waktu tiga hari tidak mempengaruhi transverse strength resin akrilik yang pengerasannya dengan pemanasan.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Indrayani
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepers kerangka logam rahang bawah, terdapat berbagai macam bentuk konektor mayor yang dapat digunakan, antara lain lingual plate dan cingulum bar.
Lingual plate dan cingulum bar, walaupun bentuknya berbeda, masing-masing mempunyai indikasi pemakaian yang sama. Berdasarkan asumsi bahwa desain gigi tiruan dapat mempengaruhi jumlah akumulasi plak, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan efek pemakaian konektor mayor berbentuk lingual plate dan cingulum bar terhadap akumulasi plak di daerah gigi anterior rahang bawah.
Pada penelitian ini digunakan 10 orang subyek penelitian. Masing-masing subyek memakai lingual plate dan cingulum bar selama 24 jam tanpa boleh membersihkan mulutnya (menggosok gigi). Terhadap setiap subyek dilakukan pengujian masing-masing 2 kali untuk Lingual plate dan 2 kali untuk cingulum bar. Kemudian jumlah akumulasi plak di daerah gigi, anterior bawah dinilai menggunakan Indeks Flak Turesky yang merupakan modifikasi darer. Indeks Flak Quigley - Hein.
Setelah dianalisa secara statistik dengan menggunakan Student's t test, diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan bermakna dalam jumlah plak yang terakumulasi pada gigi-gigi anterior rahang bawah.
Terbukti bahwa pada pemakaian Lingual plate jumlah plak lebih banyak secara bermakna dibandingkan dengan pada cingulum bar.
Karena itu dapat disarankan untuk membiasakan penggunaan desain cingulum bar pada kasus-kasus gigi tiruan sebagian lepas rahang bawah.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Doddy S.H. Soemawinata
Abstrak :
Retensi merupakan permasalahan yang sering dijumpai dalam menentukan keberhasilan pembuatan gigi tiruan lengkap. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui teknik pencetakan yang dapat memberi retensi optimal pada gigi tiruan lengkap akrilik rahang atas antara pencetakan yang dilakukan dengan border molding dan tanpa border molding. Selain itu juga untuk mengetahui perbedaan setiap kasus yang dilihat dari segi anatomi rahang. Pada penelitian ini digunakan lima subyek penelitian. Masing-masing subyek dicetak rahangnya dan dibuatkan dua basis gigi tiruan rahang atas, hasil dari border molding dan tanpa border molding yang diberi kaitan kawat di tengah bagian median basis. Setiap basis gigi tiruan lengkap dilakukan uji kecekatannya pada kaitan kawat yang tersedia dengan menggunakan alat Instron tipe 4301. Hasil pengujian kecekatan dihitung secara statistik dengan Student T-Test untuk membedakan antar metode pada masing-masing subyek dan analisis kualitatif untuk menjelaskan perbedaan antar subyek penelitian. Setelah pengujian diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara basis gigi tiruan lengkap yang dihasilkan dengan dilakukan border molding dan tanpa border molding. Selain itu antara kelima subyek penelitian secara kuantitatif tidak menunjukkan adanya homogenitas. Melihat hasil yang diperoleh maka dapat disarankan kepada para dokter gigi untuk melakukan border molding pada pencetakan rahang pasiennya terutama dengan keadaan tulang alveolar yang telah menyusut. Hal ini dilakukan agar diperoleh retensi yang optimal.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Sitti Fardaniah
Abstrak :
ABSTRAK
Pada pemakaian gigi tiruan sebagian jarak lengan cengkeram kawat ke gingival crest sering menimbulkan masalah , antara lain terjadi pengumpulan plak padsa permukaan gigi penjangkaran tersebut.Untuk mengatasi hal ini maka dilakukan penelitian jarak lengan cengkeram kawat ke gingival crest yang berbeda pada gigi posterior bawah dan atas di daerah bukal.Yang diamati adalah 35 sampel gigi penjangkaran posterior bawah dan atas dan 35 sampel gigi tanpa cengkeram di dekat gigi penjangkaran sebagai grup control Jarak lengan cengkeram kawat ke gingival crest dibagi dalam 2 kelompok,yaitu jarak 0,5mm-2mm dan lebih besar dari 2mm. Sedangkan nilai Indeks Plak dibagi dalam 2 kelas,yaitu Indeks Plak Berat dan Indeks Plak Ringan.. Data. '.dianalisis dengan Tes Chi Square dan Tes Fisher dengan koreksi dari Yates dalam program Epi Info 5,yang hasilnya menunjukkan bahwa pengumpulan plak lebih-banyak pada gigi'penjangkaran posterior rahang bawah dengan jarak lengan cengkeram ke gingival crest 0,5mm-2mm.Sedangkan untuk gigi posterior atas tidak terdapat perbedaan bermakna dalam pengumpulan plak antara kelompok gigi penjangkaran dan gigi tanpa cengkeram.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada gigi penjangkaran posterior rahang bawah terdapat hubungan antara jarak lengan cengkeram kawat ke gingival crest dan pengumpulan plak.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
M. Arief Lukman
Abstrak :
ABSTRAK
Mahkota tiruan dikatakan ideal bila dalam jangka waktu minimal 5 tahun tidak terjadi kerusakan, termasuk jaringan pendukungnya. Kenyataan sering dijumpai keluhan pasien yang menggunakan mahkota tiruan sebelum 2 tahun pemakaian, antara lain gingivitis, rusaknya facing, perubahan warna facing sampai dengan lepasnya mahkota tiruan itu sendiri. Untuk mengevaluasi hasil perawatan dengan mahkota tiruan, telah dilakukan penelitian klinis dan radiologis terhadap mahkota tiruan dan jaringan pendukungnya pada pasien yang dibuatkan mahkota tiruan di klinik spesialis FKG - UI tahun 1991-1993. Evaluasi perawatan pada pasien dilakukan dengan cara obyektif dengan pemeriksaan klinis dan radiologis, maupun cara subyektif melalui wawancara dan kuesioner. Dari pemeriksaan terhadap 24 kasus, ternyata menunjukkan : gingivitis {50%), terbukanya tepi servikal (25%) dan abses (33,3%) dari total kasus Sedangkan kerusakan facing, perubahan warna facing, kerusakan metal, terjadinya karies pada gigi tetangga, kontak prematur dan kelainan periodontitis persentasenya relatif kecil. Dengan demikian disimpulkan bahwa dalam waktu relatif singkat pada perawatan dengan mahkota tiruan di klinik spesialis FKG-U2, telah terjadi kegagalan yang cukup besar.
1995
T4041
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Gimawati Muljono
Abstrak :
ABSTRAK
Gangguan sendi temporo-mandibula merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang akhir-akhir ini menarik banyak perhatian, namun masih belum banyak yang benar-benar memahaminya. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa oklusi sangat berperan dalam proses terjadinya masalah tersebut, walaupun belum dapat dikatakan secara pasti bahwa maloklusi merupakan penyebab utamanya.
Kesulitan yang sering dihadapi dalam menanggulangi gangguan sendi temporo-mandibula adalah banyaknya gejala yang mirip dengan penyakit lain, sehingga pemeriksaan klinis saja belum cukup untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa pemeriksaan radiografik dapat merupakan sarana bantu untuk mencari informasi mengenai perubahan struktural pada komponen sendi temporo-mandibula. Di Indonesia masalah gangguan sendi temporo-mandibula masih belum banyak diungkapkan, khususnya bagaimana kaitannya dengan oklusi. Berdasarkan alasan tersebut di atas, penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan posisi kondilus antara oklusi, gigi yang secara klinis tampak normal dan yang habitual dilihat secara radiografis. Dari penelitian ini diharapkan dapat terungkap kemungkinan pemanfaatan pemeriksaan radiografis sebagai sarana bantu dalam menegakkan diagnosis gangguan sendi temporo-mandibula.
Penelitian ini dilakukan di bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia pada 46 orang mahasiswa yang dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Pemetaan foto rontgen sendi temporomandibula yang dibuat dengan proyeksi transkranio lateral oblik superior dianalisis dengan metode pengukuran kuantitatif linier menurut Pullinger. Hasil pengukuran pada pemetaan foto menunjukkan bahwa mahasiswa yang oklusinya secara klinis normal, posisi kondilusnya tidak selalu normal. Demikian Pula hasil pengukuran pemetaan foto pada mahasiswa yang oklusinya secara klinis habitual. Secara statistik tidak terlihat adanya perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa oklusi yang secara klinis normal, belum menjamin posisi kondilusnya normal. Karena itu pemeriksaan klinis perlu ditunjang oleh pemeriksaan radiografis terutama bila telah ada keluhan atau gejala yang mengarah kepada gangguan sendi temporo-mandibula.
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Lumempouw, Margaretha Grace
Abstrak :
Proses pembuatan restorasi metal porselen di laboratorium, memerlukan langkah-langkah persiapan diantaranya adalah melalui cara pengasahan permukaan logam ('coping') yang bertujuan membentuk "texture" permukaan untuk membentuk ikatan mekanik dengan porselen.
Untuk mengasah permukaan logam ('coping?), umumnya digunakan bur yang mengandung bahan-bahan abrasif dan pengikat (binder) disertai penyemprotan (sandblasting). Partikel-partikel abrasif dan pengikat ini dapat terlepas dan melekat pada permukaan logam pada saat pengasahan, sehingga akan mempengaruhi "texture"permukaan dan kebersihan "coping" yang akan menghambat ikatan dengan porselen serta mempengaruhi kualitas restorasi metal porselen.
Pada penelitian ini diamati 30 specimen Ni Cr yang permukaannya dipersiapkan melalui pengasahan dengan menggunakan bur Keramik, Carbide, Carborandur disertai sand-blast alumina oksida 50 um. Kekasaran permukaan dihitung dengan surface test dan texture permukaan diamati dengan profil gambar grafik dan foto SEM.
Hasil penelitian dianalisis dengan test Anova satu arah menunjukkan adanya kekasaran yang berbeda berinakna antara pengasahan dengan bur carbide, dibandingkan pengasahan dengan bur Ceramic dan Carborandunn. Pengamatan melalui SEM, menunjukkan adanya perbedaan dalam gambaran texture permukaan yang diasah dengan ketiga bahan abrasive tersebut.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1992
T3901
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Siti Absari Sedijono
Abstrak :
ABSTRAK
Pada saat ini di Indonesia kedokteran gigi belum banyak dilibatkan dalam bidang forensik. Kegiatannya masih terbatas pada pengenalan korban kecelakaan melalui kondisi gigi-gigi yang ada di dalam mulut. Pemanfaatan gigi tiruan sebagai alat identifikasi forensik belum mendapat perhatian. Gigi tiruan akan menjadi sarana yang sangat berharga untuk identifikasi apabila diberi tanda identitas. Matrix band merupakan salah satu bahan yang dapat dimasukkan ke dalam basis untuk memberi tanda pada gigi tiruan akrilik.
Dalam tulisan ini dilaporkan hasil penelitian terhadap perubahan kejelasan tulisan pada matrix band akibat pembakaran pada suhu 150°C, 450°C, 750°C dan 1000°C. Untuk tiap-tiap suhu dilakukan pembakaran selama 5 menit, 10 menit. 15 menit dan 30 menit. Ternyata perubahan kejelasan tulisan hanya terlihat pada pembakaran dengan suhu 1000°C selama 15 menit dan 30 menit, namun secara statistik perubahan yang terjadi tidak bermakna. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matrix band dapat menahan pembakaran sampai 1000°C selama 30 menit dan tulisan yang terdapat pada bahan tadi masih dapat dibaca. Jadi tanda pengenal yang dibuat pada bahan matrix band dapat menjadi sarana yang sangat berguna pada identifikasi korban kecelakaan, khususnya kecelakaan penerbangan walaupun tubuh manusia atau gigi tiruan rusak terbakar.
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Ratu Rachmani
Abstrak :
ABSTRAK
Penentuan bidang oklusal pada pembuatan gigi tiruan lengkap merupakan salah satu tahap penting.
Letak bidang ini ditentukan oleh ketepatan galengan gigit rahang atas. Metode yang umum dilakukan oleh para dokter gigi ialah dengan membuat galengan gigit rahang atas 1-3 mm di tepi bawah bibir atas dan sejajar dengan garis Ala-Tragus Meskipun dalam penentuan inklinasi antero-posterior galengan gigit rahang atas digunakan pedoman yang sama yaitu garis Ala-Tragus, ternyata letak titik-titik referensi yang digunakan untuk menarik garis ini betbeda satu sama lain. Sebenarnya secara ideal elemen gigi tiruan lengkap sebaiknya diletakkan tidak jauh dari posisi gigi aslinya. Oleh sebab itu sebaiknya posisi bidang oklusal gigi tiruan langkap disesuaikan dengan posisi bidang oklusal gigi aslinya.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui garis Ala-Tragus mana yang sejajar dengan bidang oklusal gigi asli pada kelompok keturunan Deutero Melayu, sehingga dapat ditentukan titik referensi pada tragus yang dapat digunakan sebagai pedoman bidang oklusal galengan gigit rahang atas.
Penelitian ini dilakukan pada sekelompok mahasiswa FKG. Universitas Indonesia, DR. Mustopo dan Usakti yang termasuk kelompok keturunan Deutero-Melayu.
Dalam penelitian ini titik-titik referensi pada tragus dan Alanasi ditentukan terlebih dahulu dengan meletakkan kertas timah, kemudian dilakukan pemotretan sefalometri dengan menggunakan teknik lateral/profil pada sisi kanan wajah subyek untuk menentukan kesejajaran bidang tersebut.
Pada sefalogram yang di dapat tersebut dilakukan penapakan untuk mengukur besar sudut yang terletak 'antara garis Ala-Tragus (yang di tarik melalui titik inferior, tengah-tengah dan superior tragus) dan garis fasial, serta besar sudut yang terletak antara garis oklusal dan garis fasial untuk membandingkan nilai Mean dari hasil pengukuran besar sudut tersebut kemudian di ranalisis dengan "Student t-test?.
Hasil penelitian ini menunjukkan garis Ala -Tragus yang di tarik melalui tepi inferior Ala-nasi dan tepi inferior tragus sejajar dengan bidang oklusal. Dengan demikian tepi inferior tragus dapat dipakai sebagai referensi untuk menentukan kedudukan antero-posterior galengan gigit rahang atas dalam pembuatan gigi tiruan lengkap.
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library