Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haruyuki Dewi Faisal
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Diabetes melitus DM tipe 2 merupakan masalah kesehatan dunia. Gangguan DM tipe 2 ditandai dengan peningkatan kadar gula darah secara kronik dan dapat menimbulkan komplikasi baik makro maupun mikrovaskuler. Paru sebagai salah satu organ yang memiliki komponen mikrovaskuler dapat terdampak komplikasi mikrovaskuler DM tipe 2 berupa gangguan kapasitas difusi.Metode: Penelitian studi potong lintang pada subjek DM tipe 2, dewasa, rawat jalan, tanpa kelainan paru berat, gagal ginjal terminal, ataupun gagal jantung kronik yang didapat secara konsekutif dan menjalani proses wawancara, pemeriksaan fisis, laboratorium, spirometri dan uji DLCO.Hasil: Didapatkan total subjek sebanyak 35 orang. Karakteristik subjek DM tipe 2 yang ditemukan adalah rerata usia 57,88 tahun, usia >40 tahun 88,6 , perempuan 54,3 , IMT kategori overweight-obesitas 85,7 , lama menderita DM tipe 2 6,5 memiliki risiko penurunan nilai DLCO sebesar 21 kali daripada nilai HbA1c ABSTRACT Background Type 2 DM has become worldwide health problem. It is characterized with chronic hyperglycemia and causing both macro and microvascular complication. Lung as a microvascular contained organ may be affected by type 2 DM microvascular complication in result lung capacity disorder.Method Cross sectional study in type 2 DM, adult, outpatient basis, without overt lung disorder, terminal kidney failure nor cardiovascular disorder. Subject undergone consecutive sampling, interview session, physical examination, laboratory test, spirometry and DLCO test.Result There were 35 subject in total with characteristic mean age 57.88 y.o, age 40 y.o 88.6 , female 54.3 , BMI overweight obesity 85.7 , duration of type 2 DM 6,5 has 21 time risk to have decreasing DLCO value compare to subject with HbA1c
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pangaribuan, Mariska Taruli Godang
Abstrak :
Latar belakang: Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit komorbid yang sering ditemui pada pasien PPOK. Penyakit paru obstruktif kronik dipertimbangkan sebagai faktor risiko berkembangnya diabetes tipe 2 melalui beberapa mekanisme antara lain inflamasi sitemik, merokok, stres oksidatif, obesitas dan penggunaan kortikosteroid inhalasi. Prevalens DM pada pasien PPOK di Indonesia belum diketahui secara pasti. Diabetes melitus sebagai penyakit komorbid pada pasien PPOK akan mempengaruhi morbiditas dan mortalitas pasien PPOK. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan analisis deskriptif yang dilakukan di poliklinik asma ndash;PPOK Rumah sakit umum pusat Persahabatan pada bulan Februari ndash; Maret 2017 untuk melihat kejadian diabetes pada pasien PPOK. Enam puluh empat pasien PPOk di ambil untuk ikut dalam penelitian ini secara consecutive sampling. Pada semua pasien dilakukan wawancara, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan laboratorium. Hasil: Pada penelitian ini diambil 64 pasien PPOK lakilaki: 60, perempuan : 4 dengan usia rata rata 65 8.7 tahun. Sebanyak 12 subjek 18.8 sudah memiliki riwayat DM sebelumnya dan pasien ini dimasukan kedalam kelompok DM tanpa memandang hasil laboratorium. Dari 52 81.3 subjek yang belum diketahui status DM ditemukan 2 subjek 3,1 dengan diagnosis DM. Prevalens DM pada pasien PPOK pada penelitian ini sebesar 21.9. Ditemukan 16 subjek 25 dengan kadar HbA1c sesuai dengan prediabetes. Tidak ditemukan hubungan bermakna antara usia, jenis kelamin, riwayat merokok, sataus gizi, hambatan aliran udara dan penggunaan kortikosteroid inhalasi dengan kejadian DM pada pasien PPOK. Kesimpulan: Prevalens DM pada pasien PPOK dalam penelitian ini adalah sebesar 21..9 . Penapisan komorbid DM penting dilakukan secara berkala. ...... Background: Type 2 diabetes mellitus DM is a common comorbidity of COPD. COPD may be considered as a risk factor for new onset type 2 DM via multiple pathophysiological alterations such as systemic inflammation, smoking, oxidative stress, obesity and inhaled corticosteroid use. Exact prevalence of DM in COPD patients in Indonesia are still unclear. Co morbid conditions like DM have great impacts on the outcome of COPD in the form of severity, morbidity and mortality Method: A cross sectional study with descriptive analysis was done in Asthma COPD clinic Persahabatan Hospital from February to March 2017 to screen COPD patients for DM. Sixty four subjects were recruited consecutively. Interview, physical examination and laboratory testing were performed in all subjects. Results: A total of 64 patients with COPD Males 60, Female 4 with mean age 65 8.7 were screened for DM. Patients with known history of DM were 12 18.8 and were enrolled as Known DM cases. Remaining 52 81.3 patients whose DM status were unclear and screened by random or fasting blood sugar and HbA1c. Two subjects 3.1 were considered as newly diagnosed DM cases. Prevalence of DM in present study was 21.9. Number of patients with prediabetes were 16 subjects 25. There were no significant relationship among gender, age, smoking, nutritional status, airflow limitation and inhaled corticosteroid use in occurrence of DM among COPD patients. Conclusion: Prevalence of DM in COPD patients in the present study is 21.9. It is important to screen all COPD patients for DM routinely.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Liyah Giovana
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang : Penggunaan shisha saat ini telah banyak di Indonesia dikarenakan anggapan bahwa shisha aman dan tidak berbahaya dibanding rokok. Kotinin urin dan CO udara ekspiaasi merupakan indikator pajanan asap rokok. Penlitian ini untuk mengetahui kadar kotinin urin dan CO udara ekspirasi setelah menggunakan shisha..Metode : Penelitian potong lintang pada pengguna shisha setelah menggunakan shisha. Responden dikelompokkan menjadi kelompok pengguna shisha dan bukan perokok berdasarkan status merokok dan status penggunaan shisha. Data yang diperoleh dari kuesioner, sampel urin dan CO udara ekspirasi sebelum dan 30 menit setelah menggunakan shisha yang diukur dengan metode ELISA dan alat smokelyzer.Hasil : Total responden 96 yang terdiri dari 48 pengguna shisha dan 48 bukan perokok. Kadar kotinin urin dan kadar CO udara ekspirasi setelah menggunakan shisha pada pengguna shisha lebih tinggi dibandingkan bukan perokok median 162,7 vs 6,5 ng/ml; p
ABSTRACT Background and aim Shisha smoking has been prevalent in Indonesia due to the assumption that shisha is safe and harmless compared to cigarettes. Urinary cotinine and exhaled air CO are an indicator of cigarette smoke exposure. The aim of this study were to measure the level of urinary cotinine and exhaled air CO levels after shisha smoking.Methods We performed cross sectional study on shisha smokers after using shisha. Respondents were grouped into groups of shisha smokers and non smokers based on smoking status and shisha use status. Data obtained from questionnaires, urine samples and exhaled air CO before and 30 minute after using shisha, urinary cotinine levels were measured by ELISA and exhaled air CO levels were measured by smokelyzer test.Results Ninety six respondents were enrolled in sthis study, consist of 48 shisha smokers and 48 non smokers. The level of urinary cotinine and exhaled air CO level after shisha smoking in shisha smokers were higher than nonsmokers median 162.7 vs 6.5 ng ml p
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Ayu Diah P S
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang : Paduan kemoterapi berbasis platinum dengan generasi ketiga khususnya karboplatin-vinorelbin sudah sering digunakan sebagai kemoterapi paliatif pada pasien KPKBSK stage lanjut di Indonesia khususnya Rumah Sakit Umum Pusat RSUP Persahabatan namun sampai saat ini belum terdapat data mengenai efikasi dan toksisiti paduan kemoterapi ini di RSUP Persahabatan.Metode : Desain penelitian ini adalah survey observasional retrospektif pada pasien KPKBSK stage lanjut IIIB dan IV yang menjalani kemoterapi lini I di RSUP Persahabatan dengan paduan kemoterapi karboplatin-vinorelbin sejak 1 Januari 2015 sampai 30 Maret 2017.Hasil : Total subjek dalam penelitian ini adalah 38 pasien yang mendapatkan paduan kemoterapi Karboplatin AUC-5 pada hari ke-1 dan vinorelbin 30 mg/m2 pada hari ke1 dan ke-8. Paduan kemoterapi karboplatin-vinorelbin mempunyai efikasi yang baik dengan Objective overall response rate ORR 12,5 dan clinical benefit rate CBR 87,5 . Overall survival OS pada penelitian ini adalah 34,2 dengan masa tengah tahan hidup 387 hari 12,9 bulan dan progression free survival 323 hari 10,7 bulan. Toksisiti hematologi dan nonhematologi yang paling sering terjadi adalah anemia derajat 1 38,4 dan keluhan mual, muntah derajat 2 57,9 . Pada penelitian ini terdapat 2 kasus perdarahan saluran cerna derajat 2 namun pasien masih dapat melanjutkan kemoterapi. Kami juga mendapatkan komplikasi tindakan kemoterapi berupa phlebitis ringan pada 24 pasien 65,7 dan phlebitis sedang pada 1pasien 2,6 .Kesimpulan: Paduan karboplatin-vinorelbin sebagai kemoterapi lini I memiliki efikasi yang baik serta efek toksisiti yang masih dapat ditoleransi sehingga aman diberikan pada pasien KPKBSK stage lanjut. Kata kunci: efikasi, toksisiti, hematologi, nonhematologi, objective overall response rate, clinical benefit rate, overall survival, MTTH, TTP, PFS
ABSTRAK
Background Combination of platinum base and third generation drugs Carboplatin and vinorelbine chemotherapy are frequently used as paliative chemotherapy for Non small cell lung cancer NSCLC patients in Indonesia especially in Persahabatan Hospital. But there are still no data about the activity and tolerability of this regiment in Persahabatan Hospital. This study is conducted to evaluate the efficacy and toxicity of this regiment as first line chemotherapy for advanced NSCLC patients in Persahabatan Hospital.Method This study is an observational survey retrospective study for advanced NSCLC patientswho receive carboplatin vinorelbine regiment as fisrt line chemotherapy since 1st January 2015 to 30th March 2017.Result We observea total of 38 patients who receive carboplatin 5 AUC on day 1 and vinorelbine 30mg m2 on day 1 and 8. This regiment has a good efficacy with overall response rate ORR 12,5 and clinical benefit rate CBR 87,5 . The overall survival OS is 34,2 with median of survival time 387 days 12,9 moths and PFS 323 days 10,7 moths . We found grade 1 anemia 38,4 and grade 2 nausea vomiting 57,9 as hematological and non hematological toxicity that frequently occur in this study. We found 2 cases of grade 2 gastrointestinal bleeding but the patients are still able to continue the chemotherapy after doing some correction for the haemoglobin Hb . We also found mild phlebitis in 24 patients 65,7 and 1 moderate phlebitis in 1 patient 2,6 as procedural complication of this chemotherapyConclusion Combination ofcarboplatin and vinorelbine as first line chemotherapy has a good efficacy and tolerability for advanced NSCLC patients. Key word efficacy, toxicity, haematological, non hematological, overall objective response rate ORR , clinical benefit rate CBR , overall survival OS , median time of survival, time to progression TTP and progression free survival PFS .
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library