Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Yoanita Astriani
"Thalassemia merupakan penyakit anemia hemolitik yang diturunkan dan penyakit genetik yang paling sering didapati di dunia. Terapi dengan transfusi dan terapi kelasi pada pasien thalassemia memberikan angka survival yang lebih panjang. Salah satu komplikasi transfusi berkala adalah peningkatan kadar besi yang terakumulasi pada hipofisis. Hipogonadotropik hipogonadisme yang memiliki gambaran klinis keterlambatan pubertas merupakan abnormalitas utama pada sistem endokrin pasien thalassemia anak. Pencitraan MRI berguna menilai deposit besi hipofisis.
Tujuan: Mengetahui kemampuan sekuens T2 dan T2 relaksometri dalam menilai deposit besi di hipofisis yang memiliki gambaran klinis keterlambatan pubertas.
Metode: Menggunakan desain komparatif studi potong lintang (comparative cross sectional) dengan data primer, minimal sampel 28 pasien. Analisis data dalam penetuan titik potong menggunakan metode reciver operating curve (ROC) kemudian dihitung tingkan sensitivitas dan spesifitasnya.
Hasil: Nilai T2 dan T2 relaksometri hipofisis pada kelompok pubertas terlambat lebih rendah secara bermakna dibandingkan kelompok pubertas normal. Titik potong T2 relaksometri hipofisis untuk membedakan pubertas terlambat dan normal yakni 78,15 ms dengan perkiraan sensitivitas dan spesifitas masing-masing 92,9% dan 75,0%. Titik potong T2 relaksometri hipofisis untuk membedakan pubertas terlambat dan normal yakni 20,19 ms dengan perkiraan sensitivitas dan spesifitas keduanya adalah 100%.
Kesimpulan: Nilai T2 dan T2 relaksometri hipofisis dapat meningkatkan peran MRI dalam mendeteksi status laju pubertas pada pasien transfusion dependent thalassemia sehingga pasien thalassemia dengan deposit besi yang berat di hipofisis serta prediksi keterlambatan pubertas dapat mendapatkan terapi yang lebih optimal.

Thalassemia is an inherited hemolytic anemia disease and is a genetic disease most commonly found in the world. Treatment with transfusion and chelation therapy in thalassemia patients provides a longer survival rate. One of periodic transfusion complications is an increase in iron in the pituitary. Hypogonadotropic hypogonadism which has a clinical picture of delayed puberty is a major abnormality in the endocrine system in pediatric thalassemia patients. MRI imaging is useful in assessing iron deposits in the pituitary.
Purpose: To determine the ability of T2 and T2 relaxometry sequences of pituitary in assessing pituitary iron deposits which have a clinical picture of delayed puberty Methods: Using a comparative cross sectional design with primary data, with minimum sample of 28 patients. Analysis of data in determining the cut point was using the reciver operating curve (ROC) method and then calculated the sensitivity and specificity.
Result : T2 and T2 relaxometry values of pituitary iron deposit in the delayed puberty group were significantly lower than in the normal puberty group. The T2 relaxometry cut-off point for pituitary iron deposit to differentiate delayed and normal puberty is 78.15 ms with estimated sensitivity and specificity of 92.9% and 75.0%, respectively. The T2 relaxometry cut-off point for pituitary iron deposit to delayed and normal puberty is 20.19 ms with an estimated sensitivity and specificity of both is 100%. Conclutions: T2 and T2 relaxometry values of pituitary iron deposit can enhance the role of MRI in detecting the rate of puberty in patients with transfusion dependent thalassemia so patients with severe pituitary iron deposit and whom predicted with delayed puberty could have optimal therapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nelly Susanto
"Tujuan: Untuk menilai tingkat sensitifitas dan spesifisitas ultrasonografi (USG) resolusi tinggi terhadap elektromiografi (EMG) dalam mendiagnosis sindroma terowongan karpal (STK).
Bahan dan Cara: Penelitian ini merupakan uji diagnostik dari 30 pasien (44 sampel) dengan klinis sindroma terowongan karpal yang dilakukan pemeriksaan ultrasonografi resolusi tinggi dibandingkan dengan pemeriksaan elektrorniografi sebagai baku emas. Kriteria diagnosis USG resolusi tinggi dibuat berdasarkan penemuan yang dilakukan oleh Calleja Cancho dick., Buchberger dick, serta Mesgarzadeh dick.
Hasil: Dari perhitungan statistik didapatkan nilai sensitifitas, spesifisitas dan Kappa USG resolusi tinggi terhadap EMG adalah 97,1%, 60% dan 0,84.
Kesimpulan: USG resolusi tinggi sensitif dalam mendiagnosis STK namun tidak spesifik. Didapatkan korelasi yang baik antara USG resolusi tinggi dan EMG.

Objective: The purpose of this study is to evaluate sensitivity and specificity of the high resolution ultrasonography as compare to electromyography to diagnose carpal tunnel syndrome (CTS).
Methods: This cross sectional study evaluated the high resolution sonography of 30 consecutive patients (44 samples) with clinical CTS as compare with the electromyography as gold standard. The criteria used in the diagnosis of CTS with high resolution sonography was based on the findings as reported by Calleja Cancho et.al., Buchberger et.al., and Mesgarzadeh et.al.
Results: Based on the statistics computation, we noted that the sensitivity, specificity and Kappa value are 97,1%, 60% and 0.84, respectively, for high resolution sonography as compare with the electromyography.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library