Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuswan Muharam
"ABSTRAK
Konversi CO2 menjadi metanol dapat ditingkatkan dengan menggunakan katalis dalam reaksinya. Katalis yang biasa dipakai untuk hidrogenasi CO2 menjadi metanol adalah katalis log am kompleks CuO/ZnO/AI203. Akan tetapi, katalis ini masih memiliki kekurangan yaitu kinerja yang masih rendah dan stabilitas yang kurang baik. Hal ini disebabkan H2 yang harus diabsorpsi oleh katalis untuk reaksi hidrogenasi CO2 Iebih tinggi dibanding reaksi pembuatan metanol dengan umpan CO dan H2. Untuk itu diperlukan tambahan oksida logam PdO yang memiliki kemampuan adsorpsi H2 tinggi.
Untuk pengembangan proses hidrogenasi CO2 menjadi metanol perlu dilakukan studi kinetika reaksi dengan tujuan memperoleh persamaan laju reaksi kimia yang berlaku pada rentang kondisi operasi tertentu. Persamaan laju reaksi ini diperlukan dalam perancangan reaktor yang akan digunakan pada skala industri. Pada penelitian ini katalis yang digunakan adalah CuO/ZnO/AI2O3/PdO dengan luas permukaan katalis sebesar 108,6 m2 /gr.
Untuk mendapatkan persamaan laju reaksi yang berlaku umum, harus diusahakan agar reaksi secara keseluruhan hanya dikendalikan oleh kejadian-kejadian kimia saja (tidak termasuk adsorpsi eksternal dan internal).
Pada studi kinetika makro, model kinetika untuk laju konversi CO2 yang cukup representatif adalah model kinetika hukum pangkat sederhana dengan pendekatan model Cherif, dengan kesalahan absolut rata-rata sebesar 7,31 % dan koefisien korelasi R2 sebesar 89,69 %.
Model kinetika untuk laju pembentukan CH3OH yang secara statistik cukup representatif adalah model kinetika hukum pangkat sederhana dengan kesalahan absolut rata-rata sebesar 8,05 % dan koefisien korelasi R2 sebesar 97,54."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Fathul Karamah
"Proses pembentukan gas sintesis (CO + H2) dari metana melalui reaksi "reformasi C02" dengan bantuan katalis berlangsung 200 kali lebih cepat dibandingkan dengan reaksi tanpa katalis. Jenis katalis logam yang banyak digunakan untuk reaksi ini adalah Nikel. Dalam reaksi katalisis, penyangga mempunyai peranan penting. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap aktivitas katalis logam Nikel dengan memanfaatkan zeolit alam Indonesia jenis mordenit sebagai penyangga. Aktivitas katalis yang diperhatikan adalah konversi, selektivitas dan karbon yang terbentuk Pengujian yang dilakukan meliputi karakterisasi AAS, dan karakterisasi BET sebelum dan sesudah reaksi reformasi CO2."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nelson Saksono
"Kandungan yodium yang rendah pada garam yang beredar dimasyarakat disebabkan oleh rendahnya kandungan yodium yang ditambahkan oleh industri garam atau stabilitas yodium pada garam yang rendah. rendahnya stabilitas yodium tersebut disebabkan kualitas garam yang dihasilkan oleh petani garam sangat rendah, sedangkan industri garam yang mengolah garam bahan baku tersebut melalui proses pencucian tidak cukup memadai dalam meningkatkan kualitas garam sehingga yodium yang ditambahkan pada garam tersebut mudah hilang atau berkurang.
Proses pencucian garam yang baik pada dasarnya mampu meningkatkan kualitas garam, bukan hanya sekedar membersihkan garam dari kotoran lumpur atau tanah, tetapi juga mampu menghilangkan zat-zat pengotor seperti senyawa-senyawa Mg dan kandungan zat pereduksi.
Penelitian ini memvariasikan proses pencucian pada komposisi air pencuci dan rasio berat air pencuci terhadap garam. Untuk pencucian dengan air bersih digunakan rasio berat air : garam adalah 1:1, 2 : 1 dan 3 : 1. Sedangkan untuk pencucian dengan brine( larutan garam) diambil konsentrasi brine (% wt) adalah 20 %, 27 % dan 34 % dimana rasio berat brine terhadap garam tetap yaitu 1 : 1. Selain itu juga dilakukan variasi ukuran partikel garam yang akan dicuci yaitu garam kasar dan garam halus (fine).
Selanjutnya garam-garam hasil pencucian tersebut akan dilihat sifat-sifat penyerapan air, pH dan stabilitasnya terhadap KI03 untuk waktu 1, 3, 6, dan 10 bukan.
Dari hasil pencucian menunjukkan komposisi Mg dan zat pereduksi yang terendah masing-masing 0,016 % wt dan 2,65 ppm dicapai pada proses pencucian dengan garam halus dengan menggunakan brine 27 % wt. Hasil analisis kandungan air menunjukkan kenaikan kandungan Ca dan Mg menyebabkan kenaikan kemampuan penyerapan air pada garam. Sedangkan untuk pH tidak menunjukkan hubungan yang jelas."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Praswasti Pembangun Dyah Kencana Wulan
"Air merupakan unsur penting dalam kehidupan. Banyak proses dalam hidup ini yang membutuhkan air seperti untuk keperluan pencucian, proses metabolisme dalam tubuh dan industri. Setiap proses membutuhkan kriteria kualitas air yang sesuai agar proses berjalan dengan baik. Salah satu parameter kimia kualitas air yang baik adalah kesadahan air, dalam hal ini yang mengandung kalsium.
Filtrasi (penyaringan) merupakan alternatif yang paling banyak digunakan untuk penyediaan air bersih. Keunggulan metode ini adalah mudah diaplikasikan dan murah dalam biaya operasional. Metode filtrasi konvensional menggunakan pasir, ijuk, dan arang. Pemanfaatan zeolit sebagai media filter sekaligus media adsorbsi merupakan terobosan baru karena sumber daya alam Indonesia memiliki kandungan zeolit yang banyak.
Operasi dilaksanakan pada tekanan udara 1 atm dan suhu kamar (25°C). Pada kondisi ini terjadi pertukaran ion antara ion Nab dari zeolit dengan ion Ca'+ dari air sadah (terbentuk ikatan kimia antara ion Na+ dan Cl).
Uji adsorbsi ion kalsium pada zeolit menghasilkan kurva terobosan yang mengikuti S-Shape dari kurva terobosan tersebut dapat dilihat zeolit mampu mengadsorbsi ion kalsium dari 1200 ppm hingga di bawah 500 ppm. Zeolit dengan unggun 5 cm mampu mengadsorbsi hingga 500 ppm, zeolit dengan unggun 10 cm mampu mengadsorbsi hingga 300 ppm, dan zeolit dengan unggun 15 cm mampu mengadsorbsi hingga 200 ppm.
Dari kurva terobosan dapat ditentukan kemampuan adsorbsi zeolit. Zeolit dengan unggun 5 cm mampu mengadsorbsi sebesar 10,83 mg ion Ca/gr zeolit. Untuk zeolit dengan unggun 10 cm mampu mengadsorbsi ion Ca sebesar 6,25 mg ion Ca/gr zeolit dan untuk zeolit dengan unggun 15 cm mampu mengadsorsi sebesar 3,61 mg ion Ca/gr zeolit.
Kapasitas adsorbsi tergantung pada jumlah massa zeolit dan temperatur adsorbsi. Zeolit dengan unggun 5cm (300 gr) memiliki kapasitas yang lebih tinggi daripada zeolit dengan unggun 10 cm(600 gr) dan zeolit dengan unggun 15 cm (900gr)."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Kamarza Mulia
"ABSTRAK
Penelitian yang dilaporkan mengambil judul "Evaluasi Aturan Pencampuram gE/EOS dan implementasinya pada simulasi kolom distilasi untuk campuran tak-ideal: Prototipe awal sebuah simulator kolom distilasi". Hasil penelitian tahun pertama adalah evaluasi final pencampuran gE/EOS untuk parameter persamaan keadaan meliputi aruran pencampuran yang diusulkan Holderbaum dan Gmehling, Wong dan Sandler, serta Twu an Coon. Urutan akurasi hasil perhitungan berdasarkan aturan pencampuran adalah Holderbaum clan Gmehling > Twu dan Coon > Wong dan Sandier. Selain realtif akurat, aruran pencampuran Holderbaum dan Gmehling yang terinregrasi dengan persamaan keadaan PSRK {Predictive-Soave-Redlich-Kwong} lebih mudah digunakan karena parameter interaksi biner yang telah dioptimasi untuk representasi kesetimbangan fasa cair-uap dan telah rersedia sebagai sebuah database. Hal ini sesuai dengan kondisi di Indonesia karena rata-rma pengguna tidak mempunyai akses ke data kesetimbangan fasa eksperimenral.
Modul simulasi kolom distilasi yang diFoktiskan pada aplikasi metode Newton-Raphson seperti yang diusulkan Naphtali dan Sandholm telah diimplementasikan pada kasus reboiled stripper untuk pemisahan campuran hidrokarban ringan Hasil awal menunjukkan bahwa masalah konvergensi karena perbedaan tingkat kebesaran (order of magnitude) dapat diatasi dengan menggunakan faktor skala pada neraca energi, dan dampak osilasi selama iterasi dapat diatasi dengan menggunakan Faktor redaman. Penelitian pada tahun kedua akan melanjutkan implementasi dan uji metode koreksi simultan dan inregresi modul disrilasi dengan modul termodinamika untuk dijadikan suatu piranti lunak simulator kolom distilasi sederhana untuk campuran fluida kompleks (non-polar dan polar). "
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Fathul Karamah
"Proses pemisahan dengan membran mempunyai keunggulan dari sisi sosial, ekonomi, teknis dan lingkungan, karena biaya yang dibutuhkan relatif lebih murah, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan tidak memerlukan ruang instalasi yang besar. Metode ini dapat menjadi pilihan pada perolehan hidrogen dari purge gas pada pabrik ammonia. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk proses perolehan hidrogen dengan menggunakan membran adalah dengan memanfaatkan membran metal komposit, seperti membran Keramik/Nikel. Membran jenis ini mempunyai beberapa kelebihan dibanding membran polimer organik, terutama dalam kestabilan termal dan kimiawinya sehingga pada pengoperasiannya mempunyai daya tahan yang sangat baik terhadap temperatur tinggi.
Penelitian ini mengkaji penggunaan membran metal komposit Keramik/Nikel pada proses pemisahan campuran gas H2 atau hidrokarbon dan N2. Sintesis lapisan aktif nikel pada penyangga keramik dilakukan dengan metode presipitasi dengan urea dan metode impregnasi, yang dilanjutkan dengan mereduksi oksida nikel menjadi logamnya di dalam reaktor pereduksi.
Membran Keramik/Nikel yang dihasilkan, diuji kinerjanya dengan menentukan permeabilitas gas H2 dan N2 dan selektivitas pemisahan gas H2 dan N2 untuk kondisi ideal pada tekanan operasi umpan 4 - 9 bar dan suhu ruang. Selain itu ditentukan pula selektivitasnya pada kondisi aktual untuk memisahkan campuran gas H2/N2 dengan komposisi 71.794% H2 dan 28.206% N2 serta karakteristiknya terhadap beberapa parameter (tekanan dan fraksi umpan yang permeat). Pengujian dilakukan pada sel permeasi yang dirancang berdasarkan standar ASTM 1434-82. Untuk menguji keberhasilan proses deposisi (pelapisan) logam, dilakukan karakterisasi membran, yaitu dengan AAS dan SEM.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan permeabilitas dan selektivitas pada membran keramik/nikel dibandingkan dengan membran keramik tanpa lapisan nikel, untuk kedua jenis metode pelapisan. Kenaikan tekanan umpan menyebabkan penurunan harga selektivitas pada membran keramik/nikel yang dilapis dengan metode presipitasi, sedangkan pada membran hasil pelapisan dengan metode impregnasi selektivitasnya berfluktuasi. Nilai selektivitas ideal tertinggi untuk membran keramik dicapai pada tekanan 4 bar, yaitu sebesar 2.706. Membran keramik/nikel yang dilapis dengan metode presipitasi nilai selektivitas tertingginya adalah 4.23, dan juga dicapai pada tekanan 4 bar. Sedangkan membran keramik/nikel yang dilapis dengan metode impregnasi memiliki selektivitas tertinggi sebesar 4,09 yang dicapai pada tekanan 6 bar.
Selektivitas aktual pada kedua jenis membran akan menurun apabila fraksi umpan yang permeat (stage cut) dinaikkan, dan penurunnya akan lebih tajam pada tekanan yang lebih tinggi. Selektivitas aktual terbaik pada membran keramik, yaitu sebesar 1.689 dicapai pada tekanan 4 bar dengan stage cut sebesar 0.0995, sedangkan untuk membran keramik/nikel hasil pelapisan dengan presipitasi selektivitas aktual terbaiknya sebesar 3.043, juga pada tekanan 4 bar, dan dengan stage cut sebesar 0.0858. Membran keramik/nikel hasil pelapisan dengan impregnasi memiliki selektivitas aktual terbaik sebesar 2,833, pada tekanan 4 bar, dengan stage cut sebesar 0,1004. Hasil karakterisasi AAS menunjukkan bahwa persentase loading logam nikel yang dicapai untuk membran keramik/nikel hasil pelapisan dengan metode presipitasi adalah 0,0220% sedangkan untuk metode impregnasi sebesar 0,0233%."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet
"Indonesia adalah negara yang kaya akan bahan tambang bauksit, akan tetapi sampai sekarang bauksit tersebut hanya diekspor dalam bentuk bahan tambang. Di lain pihak industri petrokimia, industri proses gas alam, industri pupuk, dan industri perminyakan yang ada di Indonesia masih mengimpor kebutuhan akan gamma alumina (γ A1203). Gamma alumina yang secara luas digunakan sebagai penyangga katalis pada reaksi-reaksi kimia, membran pemisah dan adsorben dapat disintesis dari bahan baku bauksit Indonesia.
Proses sintesis gamma alumina dari bauksit meliputi beberapa tahap yaitu: pemasakan bauksit, pengendapan/presipitasi, konversi aluminum hidrat dengan struktur gibsitte ke bentuk struktur boehmile/pseudoboehmile, dan kalsinasi. Keberhasilan proses sintesis yang ditempuh dibuktikan dengan karakterisasi terhadap produk disetiap tahapan. Keaktifan gamma alumina yang dihasilkan diuji melalui aplikasinya sebagai penyangga katalis nikel untuk reaksi reformasi kukus, suatu reaksi utama yang terjadi di unit reformer pada industri-industri pupuk.
Pengolahan bauksit alam yang telah dilakukan dapat menghasilkan alumina teraktifkan (γ -A1203) 20,39 gram dad bahan bauksit 100 gram melalui temperatur kalsinasi 800°C, dengan luaas permukan 110 m2/g. Hasil karakterisasi XRD mengidentifikasikan bahwa produk akhir alumina teraktifkan dari proses sintesis yang dilakukan adalah gamma alumina (γ -A1203), seperti yang ditunjukan dengan munculnya peak pada sudut 20: 66,3; 45,707; 38,445; dan 36,494. Hasil kerakterisasi FTIR, mengidentifikasikan bahwa pada gamma alumina masih terdapat sedildt pengotor silika.
Katalis 0,5 gram 13% Ni/ γ Al2O3 diuji aktivitas dan stabilitasnya untuk reaksi reformasi kukus (H20/CH4), suatu reaksi utama yang terjadi di unit reformer pada industri-industri pupuk. Kondisi operasi yang digunakan adalah laju umpan total 220 ml/menit, rasio Steam/CH4 = 4, gas inert Ar = 120 ml/menit, temperatur reaksi 800-900°C, dan tekanan I atm. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa selama 9 jam katalis Ni/ γ Al2O3 tersebut aktif dan stabil dengan konversi CH4 sekitar 80%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Nasikin
"Persoalan pencemaran udara di kota-kota besar Indonesia. khususnya di wilayah DKI Jakarta, secara objektif telah banyak diungkapkan. Berbagai penelitian telah dilakukan dengan hasil yang saling mendukung polusi udara di Jakarta sudah sangat parah. Berdasarkan penelitian United Nation for Enviroment Program (UNEP), Oktober 1995, tingkat pencemaran udara di Jakarta sudah melebihi baku mutu lingkungan, dan menempatkan Jakarta sebagai kota terburuk ketiga, dalam hal polusi udara, setelah Meksiko dan Bangkok.
Kekotoran akan zat pencemar (polutan) tersebut sebagian besar merupakan sumbangan dari gas buang kendaraan bermotor. Bapedal telah mengidentifikasikan sumber-sumber utama polusi udara, dimana disebutkan bahwa 70% dari pencemaran udara Jakarta adalah emisi gas buang kendaraan bermotor dan 30% dari sumber lain. Dari 70% ini, lebih rinci lagi diidentifikasikan: 63% gas buang sepeda motor, 34% mobil pribadi dan sisanya kendaraan umum dan taksi. Data dari Bapedal juga menyebutkan bahwa sumbangan polusi udara di Jakarta: 73% NDx, 89% hidrokarbon, 100% timah hitam, dan 44% SPM berasal dan sektor transportasi.
Pemda DKI juga telah melakukan uji emisi terhadap kendaraan bermotor. Dari data Biro Lingkungan Hidup DKI menunjukkan kecenderungan yang semakin parah. Pada tahun I994/1995 tercatat bahwa 58% kendaraan yang diuji tidak memenuhi syarat BME. Angka ini kemudian naik menjadi 67% pada tahun 1995/1996, meskipun agak menurun pada tahun 1996/1997 menjadi 63%.
Berdasarkan penelitian lainnya didapatkan bahwa tingkat pencemaran udara di Bandung, Jakarta dan Surabaya, telah jauh melebihi ambang batas yang diperbolehkan Undang-Undang Lingkungan Hidup, masing-masing 2 kali, 10 kali dan 2 kali. Salah satu jenis polutan tersebut adalah NOx dengan kadar 0,5 ppm, sedangkan batas mutu yang diperbolehkan hanya sebesar 0,05 ppm. Zat pencemar lain seperti CO (dengan baku mutu 20 ppm). SO, dan hidrokarbon lain menunjukkan kecenderungan yang sama.
Akibat polusi udara, tingkat penderita asma di Jakarta jauh lebih tinggi dibanding kota lain yang kurang tercemar. Lebih dari 16% anak-anak di Jakarta terkena asma. Secara umum, dampak yang ditimbulkan akibat polusi udara antara lain adalah:
1. Peningkatan morbiditas.
Beberapa bahan pencemar dapat melemahkan sistem days tahan tubuh, sehingga memudahkan timbulnya berbagai jenis penyakit, khususnya penyakit infeksi.
2. Penyakit tersembunyi, tidak jelas, tidak spesifik, antara sakit dan tidak sakit, sehingga mengganggu pertumbuhan, perkembangan, serta umur.
3. Mengganggu fungsi fisiologis organ tubuh: paru-paru, syaraf, transpor oksigen ke seluruh jaringan serta kemampuan sensorik.
4. Kemunduran penampilan, aktivitas atlet, kemampuan motorik, aktivitas belajar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sommeng, Andy Noorsaman
"ABSTRAK
Penelitian yang sudah dan akan dilakukan untuk mencari kondisi-kondisi optimal dari zeolit sebagai katalis haruslah mengeluarkan biaya yang besar, jika dilakukan dengan mencoba-coba harga parameter zeolit yang akan diteliti. Salah satu metode yang mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang sulit diselesaikan dengan metode komputasi biasa adalah Jaringan Neural Artifisial (JNA). Hal ini dikarenakan penggunaan zeolit sebagai katalis kendaraan bermotor melibatkan banyak variabel-variabel pertimbangan. Perubahan yang terjadi pada salah satu variabel akan menyebabkan perubahan pada variabel yang lainnya.
Jaringan Neural Artifisial, yang digunakan untuk optimalisasi katalis zeolit di dalam mengeliminasi SOx dari gas buang, dilatih untuk menghubungkan parameter-parameter di dalam preparasi dan operasi katalis zeolit. Parameter-parameter tersebut adalah suhu, kapasitas adsorpsi, %CuO teraktifkan, laju SOS, laju reaksi, % loading, luas permukaan katalis dan % dispersi inti aktif katalis. Hasil pelatihan tersebut kemudian divisualisasikan untuk dapat memprediksikan kondisi optimal katalis zeolit. Dengan demikian hasil pelatihan yang dihasilkan oleh jaringan neural buatan dapat memberikan masukan atau nasehat kepada para peneliti maupun industri mobil yang akan melakukan penelitian di bidang katalis. Hal ini tentu menghemat biaya yang dikeluarkan karena penelitian dilakukan sesuai prediksi parameter yang telah dilakukan oleh Jaringan Neural Artifisial.
Hasil dari penelitian ini adalah berupa perangkat lunak komputer yang diberi nama NetCat. NetCat telah dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan bagi pengguna (user) untuk memprediksi parameter-parameter dalam penelitian dibidang katalis CuO/Zeolit Alam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Arbianti
"Reduksi CO2 menjadi CO adalah alternatif pemenuhan akan kebutuhan gas sintesis dengan rasio H2/CO yang rendah. Proses reduksi ini berlangsung baik dengan menggunakan reduktor oksida logam yang kekurangan oksigen. Oksida logam yang tepat akan memberikan hasil yang optimal terhadap proses reduksi ini. Penelitian tentang kemampuan reduktor oksida logam yang kekurangan oksigen akan memberikan informasi yang sangat berguna untuk pengembangan proses reduksi ini.
Penelitian ini diawali dengan pembuatan oksida logam CeO2 dengan metode presipitasi menggunakan bahan baku Ce(SO4)2.4H20 sebagai sumber logam Ce. Oxygen Untuk mengetahui adanya jenis ikatan CeO2 dilakukan karakterisasi FTIR dan luas permukaan diukur dengan metode BET. Oksida logam yang dihasilkan kemudian diuji keaktifannya dengan cara mereduksinya terlebih dahulu dengan gas H2 (suhu 700°C, laju alir 100 ml/menit) dan kemudian mereaksikannya dengan reaktan CO2 dengan beberapa variasi kondisi operasi. Variasi suhu yang dilakukan pada penelitian ini berkisar antara 650°C sampai dengan 800°C dengan interval kenaikan 50°C.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa laju pembentukan CO yang tertinggi terjadi pada suhu reaksi 800°C dan laju alir 80 ml/menit sebesar 0,000135 mol/menit. Pengujian tersebut juga menunjukkan kenaikan kapasitas adsopsi seiring dengan kenaikan suhu sampai 750°C dan kemudian kenaikan suhu menyebabkan penurunan kapasitas adsorpsi. Fenomena lain yang terjadi adalah bahwa tidak semua CO2 teradsorp oleh reduktor menjadi produk gas CO, sebagian menempel pada permukaan reduktor."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>