Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yomi Guno
Abstrak :
Unmanned aerial vehicle (UAV) di Indonesia lebih dikenal sebagai Pesawat Udara Nir Awak (PUNA). Biasanya dioperasikan untuk misi pengintaian, pemantauan atau pengamatan dari udara. Wahana PUNA mempunyai konstruksi yang ringan sehingga mudah untuk melakukan manuver terbang dan cocok untuk semua kondisi. Jenis PUNA yang dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah Wulung, Gagak, Pelatuk, Alap-Alap dan Sriti. Data link dari pemantauan udara diperlukan komponen pendukung transmitter yang dipasang di pesawat yaitu antena. Antena harus berukuran kecil dan ringan dikarenakan keterbatasan kapasitas dari payload PUNA. Saat ini PUNA menggunakan antena dipole yang masih memiliki beberapa kelemahan, termasuk kerentanan terhadap gesekan angin (drag effect). Oleh karena itu digunakan antena mikrostrip untuk meningkatkan kinerja transmisi sinyal dari PUNA ke Ground Control Station (GCS). Antena mikrostrip dipilih karena memiliki hambatan gesekan yang rendah, ringan, mudah untuk dipabrikasi dan biaya murah. Penempatan antena harus diperhatikan untuk memastikan transmisi yang baik. Dalam penelitian ini, antena mikrostrip bekerja di frekuensi 2,35 GHz untuk aplikasi video yang ditempatkan di dalam badan pesawat (fuselage). Simulasi co-site interference dilakukan pada frekuensi kerja data link di 900 MHz dengan penempatan antena data link di permukaan atas (canopy) PUNA. Hasil pengukuran di ruang anechoic chamber, antena mikrostrip di dalam badan pesawat (fuselage) mampu bekerja pada frekuensi 2,35 GHz dengan bandwidth 60 MHz, rentang frekuensi dari 2,31 GHz sampai dengan 2,37 GHz. Hasil pengukuran return loss pada frekuensi 2,35 GHz adalah -23,85 dB dan gain antena sebesar 3,81 dBi.
Unmanned aerial vehicle (UAV) in Indonesia is commonly known as Pesawat Udara Nir Awak (PUNA). PUNA is usually operated for reconnaissance missions such as intelligence, monitoring or observation from the air. PUNA platform has a light weight construction so it will be easy to perform maneuver and suitable for all kinds of conditions. Many types of PUNA has been developed by Agency for the Assessment and Application of Technology (BPPT) such as Wulung, Gagak, Pelatuk, Alap-Alap and Sriti. Data link from aerial observation, required transmitter mounted on the aircraft and components of the constituent is antenna. Antenna must have a small size and light in weight, because the limitation due to the payload capacity. Currently used in the PUNA, is a dipole antenna which still has some weakness, including its susceptibility to the wind (drag effect). So, designing a microstrip antenna will improve the signal transmission performance from PUNA to Ground Control Station (GCS). The microstrip antenna is chosen because this type of antenna has low profile drag, light weight, easy for fabrication and of course low cost. After an antenna design optimization, the antenna placement should be noted to ensure a good transmission. In this research, the microstrip antenna will be operated at 2.35 GHz for video monitoring and the antenna itself will be placed inside the fuselage. Simulated co-site interference will be performed at the operational frequency of data link antenna, which is 900 MHz, with the placement in the upper surface (canopy) of the PUNA. The measurements in the anechoic chamber, showed that the internal fuselage microstrip antenna worked at the frequency of 2.35 GHz with a bandwidth 60 MHz (2.31 GHz up to 2.37 GHz), while the return loss measured at 2.35 GHz is -23.85 dB and the gain of antenna is 3.81 dBi.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43819
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnatali
Abstrak :
ABSTRAK
WLAN merupakan standar nirkabel yang banyak digunakan sebagai hotspot. Permasalahan WLAN adalah adanya pemakai yang tidak mendapatkan cakupan sinyal sehingga timbul permasalahan backhaul. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah menggunakan WMAN untuk melayani pengguna WLAN. IEEE 802.16d merupakan standar WLAN untuk pemakai fixed. IEEE 802.16d dapat diaplikasikan untuk melayani IEEE 802.11e melalui interworking. Metode Interworking IEEE 802.16d dengan IEEE 802.11e yang diajukan adalah dengan memodelkan IEEE 802.11e dengan menerapkan HCF (hybrid coordination function) dan membuat kelas layanan bagi pengguna IEEE 802.16d dan IEEE 802.11e yang dilakukan oleh BSHC (base station hybrid coordination function).Penelitian membahas mengenai kemampuan BSHC untuk melakukan interworking IEEE 802.16d dan IEEE 802.11e pada MAC layer. BSHC memiliki dual MAC yang bekerja sesuai dengan kebutuhannya. Kemampuan BSHC sebagai bagian dari jaringan IEEE 802.16d untuk memberikan kelas layanan bagi SS (Subscriber Station) dengan menggunakan MAC WiMAX dan QSTA (Qos Station) dengan menggunakan MAC WiFi disimulasikan menggunakan OPNET 14.0.A versi Pendidikan. Hasil penelitian interworking kedua sistem berupa throughput BSHC sebesar 12.112.000 sps, 77,78% dari jumlah pengguna IEEE 802.16d yang dapat dilayani oleh IEEE 802.16d saat interworking, delay end to end system IEEE 802.16d paling lama 38,85 ms, dan load network IEEE 802.11e sebesar 1300 bit/detik.
ABSTRACT
WLAN is a wireless standard which often used as a hotspot. WLAN coverage is not very wide so some of WLAN?s user can?t be covered. The solution is to applied WMAN to cover WLAN?s users. IEEE 802.16d is a standard for fixed users. IEEE 802.16d can be applied to serve IEEE 802.11e, we call it as an interworking. The method for IEEE 802.16d and IEEE 802.11e interworking is performed through a HCF (hybrid coordination function) model for IEEE 802.11e and class service classification for IEEE 802.16d? and IEEE 802.11e? users. This method is conducted by a BSHC (base station hybrid coordination function). This research discuss about BSHC? capabilities for interworking IEEE 802.16d and IEEE 802.11e on MAC layer. BSHC has a dual MAC which are MAC of WiFi and MAC of WiMAX. The capabilities of BSHC as a part of IEEE 802.16d network is simulated using OPNET 14.0.A Educational Version. The results are 12,112,000 sps BSHC? throughput for interworking both systems, 87% from the number of IEEE 802.16d users are served by IEEE 802.16d system, end to end system delay of IEEE 802.16d is 35.85 ms, and IEEE 802.11e load network is 1300 bit/s.
2009
T 25935
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indrajaya Pitra Perdana
Abstrak :
Tingkat persaingan yang tinggi di bidang penyedia jasa internet diikuti dengan tren penurunan harga akses internet, menjadi faktor-faktor penyebab penurunan pendapatan PT. Indointernet. Oleh karena itu, untuk dapat bersaing, PT. Indointernet memerlukan layanan tambahan yang dapat memberikan kontribusi pada pendapatannya. Salah satu layanan tambahan tersebut adalah SecureNET yang menyediakan layanan keamanan akses internet ke pelanggan. Penelitian ini membahas tentang perencanaan strategi bisnis layanan SecureNET. SecureNET diimplementasikan sebagai value added service layanan akses internet dibidang keamanan internet. Layanan tersebut ditujukan untuk meminimalisir ancaman-ancaman dari internet yang semakin meningkat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan konsep Porter?s 5 Forces untuk analisa tingkat kompetitif dan perencanaan strategi Balanced Scorecard (BSC), yang diawali dengan identifikasi SWOT pada masing-masing perspektif BSC. Hasil identifikasi tersebut diharapkan dapat menjadi dasar dalam analisa penentuan arah strategi untuk mencapai tujuan dan target layanan.
High level of competition in internet service provider followed by decreasing trends of internet access cost, have become factors that caused PT. Indointernet revenue decrease. In order to stay competitive, PT. Indointernet require additional services that can contributes to its revenue. One of those value added services is SecureNET that provides internet security service to customers. This research discussed SecureNET business strategic planning. SecureNET implemented as a value added service for internet access service in the field of internet security. Purpose of this service is to minimize the increasing internet threats. This research conducted using Porter?s 5 Forces and Balance Scorecard (BSC) strategic planning concept, that began with SWOT identification in each BSC perspectives. The result of this phase will become the foundation in strategy direction analysis to fulfill the service?s goals and targets.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27650
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Murdika
Abstrak :
Perkembangan teknologi multimedia saat ini, mendorong peningkatan kebutuhan bandwidth dan kecepatan transfer yang tinggi. Kemudahan instalasi dan media komunikasi yang fleksibel menjadi syarat dalam mengakomodasi perkembangan tersebut. Pilihan teknologi yang ada misalnya broadband nirkabel, namun penelitian saat ini banyak yang mengembangkan teknologi menggunakan cahaya yang ditransmisikan dalam ruang bebas yang dikenal sebagai Free Space Optical Communications atau FSOC. FSOC adalah teknologi line-of-sight yang menggunakan cahaya yang dipancarkan dalam ruang bebas. Keuntungan teknologi FSOC, yaitu tidak membutuhkan media waveguide, sehingga fleksibilitasnya tinggi, dan bandwidth tinggi serta biaya lebih ekonomis dan tanpa perlu lisensi spektrum dibandingkan media transmisi lain. Namun, kelemahan teknologi FSOC ini membutuhkan sumber cahaya berdaya tinggi untuk mengompensasi penyerapan dan hamburan yang terjadi pada medium propagasi. Sumber cahaya optik seperti laser/LED berdaya tinggi yang ada masih terbatas sehingga peralatan tersebut menjadi mahal. Pada penelitian ini, untuk mengantisipasi kebutuhan laser berdaya tinggi, diusulkan menggabungkan beberapa laser berdaya rendah yang lebih ekonomis namun berdaya guna tinggi jika digabungkan. Diharapkan dari penggabungan ini diperoleh sumber cahaya koheren, kontinyu dan berdaya tinggi. Superposisi dua cahaya laser yang berbeda wavelength memunculkan masalah beat frekuensi yang tidak diharapkan. Karenanya dilakukan pengaturan terhadap polarisasi untuk meminimalisasi efek beat frekuensi tersebut. Input cahaya laser digabungkan sesuai metode superposisi menggunakan coupler dan dihubungkan pada fiber optik menuju beam expander pada sisi kirim. Selanjutnya menganalisa beat frekuensi dan beat polarisasi serta pengaruhnya terhadap maksimum modulationrate. Sumber cahaya laser berdaya tinggi tersebut berpotensi besar sebagai sumber cahaya optik pada sistem Terrestrial Free Space Optical Communications. ......Recent development of multimedia technology, present demand on higher bandwidth and faster transfer rate is increasing. Furthermore, ease of installation and flexibility of communication medium to accommodate network topology change, add complexities to the solution of the aforementioned requirements. Although broadband wireless communication has been taken as an option, recent works also reveal the implementation possibility of transmitting lights in a free space for data communication, which is widely known as Free Space Optical Communications (FSOC). FSOC is a line-of-sight technology utilizing lights as communication media traversed in a free space. This technology does not require a waveguide medium, hence it has a higher flexibility with higher bandwidth. In addition, no special license to secure the frequency spectrum is required as applies to other wireless technology. On the other hand, a high power supply is necessary for the light source to compensate absorption and dispersion during light transmission, which leads to higher cost of building such system. This remains a research challenge to develop a high power yet cost-effective light source. In this research, we propose a new approach in building a high power laser source by combining several low power and inexpensive laser sources. It is expected that a coherent, continuous and high power laser source can be realized from this combination. Superposition of two different wavelength laser light raises the issue of the beat frequency is not expected. Therefore made polarization arrangements to minimize the effect of the beat frequency. Input lasers are combined according to superposition method using coupler and then connected through a fiber optic link to beam expander at the sending end. Beat frequency and beat polarization are then analyzed to investigate their effects to maximum modulation rate. The obtained high power laser can then be utilized as a light source for a terrestrial free-space optical communications.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30078
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library