Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1004 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Winarti Andayani
Abstrak :
Photocatalytic Degradation of Pentachlorphenol in Aqueous Solution using TIO2 Supported on Titanium Metal : Evolution of Intermediet CompoundStudy on degradation of pentachlorphenol in aqueous solution by UV black light over TiO2 supported on titanium metal have been conducted. TiO2 catalyst was made from calcination of sol-gel film from titanium (IV) bis (ethyl acetoacetato)-diisopropoxide precursor at 525 °C. Characterisation of TiO2 by XRD and SEM showed that structures of crystal were anatase, and the thichness of the film was 24,7 pm. The surface of film was homogen and porous. Amount of two catalysts sheets with size 5x5 cm2, were put in batch reactor (25 x 11x 7cm3). During Irradiation the solution of PCP was homogenized with magnetic stirrer. The effects of pH were studied by irradiation of solution for 4 hours at various pH (4,5,6 and 8) using phosphat buffer. Further experiments were conducted at pH ( pH 6), and irradiation was done for 15 min, 30 min, 1 hour up to 16 hours. The determined parameters were pH, conductivity of the solution, chloride ion by ferri thiosianat method, the absorption spectrum in the UV-VIS region, PCP residue and degradation products as organic acids by mean HPLC. The existance of degradation was indicated by decreasing of pH, increasing of conductivity, and formation of chloride ion. The degradation of pentachlorphenol solely by UV light (photolysis) was observed due to dechlorination of pentachlorphenol molecules, and aromatic intermediate were remained. The 'aromatic intermediate could be further degraded in the presence of TiO2 and UVlight (photocatalysis). The measurement of degraded products by HPLC revealed that oxalic acid was detected consistenly. The complete mineralisation of PCP was observed after irradiation for 16 hours.
Telah dilakukan degradasi pentaklorfenol (PCP) dalam air oleh sinar UV black light, dengan bantuan katalis TiO2 yang diimobilisasikan pada logam titanium. Katalis TiO2 dibuat dari kalsinasi lapisan sol-gel dan prekursor titanium (IV) diisopropoksi bis asetil-asetonat pada suhu 525 °C. Karakterisasi TiO2 dengan XRD dan SEM menunjukkan, bahwa kristal TiO2 mempunyai struktur anatase, dengan ketebalan lapisan 24,7 p.m. Permukaan lapisan relatif rata, seragam dan berpori. Sebanyak 2 (dua) buah lempengan katalis TiO2 berukuran 5 x 5 cm2 diletakkan di dalam reaktor curah berukuran 25 x 11 x 7 cm3 . Selama iradiasi larutan PCP diaduk dengan batang pengaduk magnet. Untuk mempelajari pengaruh pH, maka larutan PCP diiradiasi selama 4 jam dengan variasi pH, yaitu pada pH 4, 5, 6, dan 8 menggunakan bufer fosfat. Iradiasi selanjutnya dilakukan pada pH optimum, yaitu pH 6 selama 15 menit, 30 menit, 1 jam, 2, 4, 6, 8, 10, 13, dan 16 jam. Parameter yang diukur adalah pH, daya hantar listrik, konsentrasi ion klor dengan metode feri tiosianat, serapan denganspektrofotometer UV-VIS, sisa PCP dengan HPLC, dan produk-produk asam organik dengan cara HPLC. Adanya Degradasi ditunjukkan dengan terjadinya penurunan pH, kenaikan nilai daya hantar listrik dan terbentuknya klor dalam larutan. Pada larutan PCP yang diiradiasi dengan UV, degradasi terjadi karena deklorinasi dan terbentuk intermediet berupa senyawa aromatis dengan substitusi klor yang lebih rendah. Pada larutan PCP yang diiradiasi dengan UV/ TiO2, degradasi juga terjadi karena deklorinasi, namun senyawa intermediet aromatis yang terbentuk dapat didegradasi lebih lanjut menjadi asam oksalat. Mineralisasi pentaklorfenol secara sempurna terjadi setelah 16 jam iradiasi.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T545
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatmuanis Basuki
Abstrak :
Telah dilakukan sintesis dan karakterisasi kopolimer grafting radiasi asam akrilat (AA), akrilamid (Am) dan campurannya pada serat rayon sebagai penukar ion. Grafting dilakukan dengan metoda radiasi awal dalam atmosfir nitrogenlinert, menggunakan pelarut air-metanol dengan perbandingan 90:10. Penelitian ini bertujuan mendapatkan kondisi optimum proses grafting dan mengkarakterisasinya untuk memperoleh serat yang dapat diaplikasikan sebagai penukar ion. Parameter yang dipelajari adalah pengaruh dosis total, kestabilan radikal, konsentrasi monomer, waktu dan temperatur grafting. Karakterisasi serat kopolimer yang dihasilkan, yaitu Rayon-g-AA, Rayon-g-Am dan Rayon-g-Am.AA dilakukan dengan mempelajari topologi dan ukuran serat, kristalinitas, gugus fungsi, kestabilan tennal dan pengujian selektivitas serta kapasitas pertukaran ion terhadap beberapa logam. Hasil yang diperoleh dari data ESR menunjukkan hubungan dosis total terhadap jumlah radikal mengikuti persamaan liner Y= 1,562 E-0,6(X) + 1, 914 E-0,6 sampai dengan dosis 10 kGy. Jumlah radikal pada sampel yang disimpan dalam freezer selama 1 minggu berkurang ± 10 % dan yang disimpan di ruangan berkurang ± 40 %. Hasil percobaan menunjukkan bahwa persen grafting meningkat dengan bertambahnya dosis total, konsentrasi monomer akrilat dan akrilamida, waktu dan temperatur reaksi. Untuk monomer asam akrilat kondisi optimum adalah pada dosis 10 kGy, konsentrasi monomer 40%, waktu reaksi 15 menit dan temperatur reaksi 45°C dengan persen grafting tertinggi yang diperoleh sebesar 530%. Untuk monomer akrilamida kondisi optimum pada dosis 8 kGy, konsentrasi monomer 30%, waktu reaksi 30 menit dan temperatur reaksi 70°C dengan persen grafting tertinggi yang diperoleh adalah 470%. Untuk grafting campuran dengan kondisi dosis BkGy, konsentrasi monomer campuran 30%, temperatur grafting 45°C dan waktu grafting 60 menit didapatkan persen grafting sebesar 300 %. Karakterisasi dengan SEM menunjukkan bahwa serat rayon yang tergrafting 300% memiliki diameter serat lebih dart 2 kali diameter semula. Selain itu pada serat yang telah di grafting menunjukkan penurunan kristalinitas disebabkan oleh rusaknya fasa kristalin yang diamati dart difraktogram XRD. Pengamatan terhadap spektrum serapan FT-1R, menunjukkan munculnya serapan vibrasi rentang gugus karbonil dengan intensitas yang meningkat di sekitar bilangan gelombang, v = 1760/1686 cm 1 untuk serat yang di grafting akrilat. Pada serat rayon yang digrafting akrilamid muncul vibrasi rentang karbonil pada bilangan gelombang v = 1725/1754 crri-1, serapan pada bilangan gelombang, v = 3500-3400 cm-' yang menandai adanya gugus amina (N-H) dan vibrasi tekuk amina terlihat pada bilangan gelombang, v = 1580 cm-t. Dart pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa baik akrilat maupun akrilamida telah tergrafling pada serat rayon. Kesimpulan di atas diperkuat oleh pengamatan dengan DSC. Dart termogram DSC pada serat rayon tergrafting akrilat maupun akrilamida, muncul puncak endoter nis bare. Untuk Rayon-g-AA muncul puncak pada temperatur 282 °C dan 380°C yang dihasilkan dari proses dehidrasi karboksilat dan dekarboksilasi. Untuk akrilamida muncul pada temperatur 284 °C dan 370°C sebagai hasil proses deaminasi. Selain itu dari pengamatan dengan TGA, serat rayon tergrafting akrilat atau akrilamid mempunyai ketahanan termal yang lebih baik. Kapasitas pertukaran yang dilakukan dengan ion Cue+ pada pH 5, untuk serat rayon-g-AA dengan persen grafting 300% adalah 4,25 mekig serat dan 2,12 meldg utuk serat rayon-g-Am dengan persen grafting 101%. Untuk Rayon-g-AmAA (300%) diperoleh kapasitas pertukaran sebesar 3,67 mek/g serat. Keseluruhan serat memiliki kemampuan regenerasi di atas 98%, ini menandakan serat dapat digunakan secara berulang. Urutan selektivitas serat terhadap ion Cd2+, cu'-, NJ' dan Co2l-adalah rayon-g-AA > rayon-g-AmAA > rayon-g-Am. Bila dilihat dari nilai koefisien distribusi beberapa logam yang diuji, maka serat rayon-g-AmAA diharapkan paling baik digunakan untuk keperluan pemisahan.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T1057
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Hartati
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mencari beberapa senyawa kimia dari ekstrak kulit pohon Garcinia tetrandra serta uji aktivitas biologi terhadap Artemia salina L. dan aktivitas antibakteri. Senyawa tersebut diisolasi dengan cara ektraksi dalam n-heksan selanjutnya ekstraksi dengan aseton . Masing-masing ekstrak dipisahkan dengan cara kromatografi kolom dengan fasa diam silika gel dan fasa geraknya adalah n-heksan , etil asetat, metanol secara gradien. Senyawa kimia yang telah murni ditentukan struktur molekulnya dengan cara spektrofotometri UV-Vis, spektrofotometri Infra Merah, Spektrometri Massa, Spektrometri Resonansi Magnet inti 3H dan 13 C. Dari hasil penelitian ini diperoleh senyawa GT-1 yang mempunyai rumus molekul C23HxoO6 , diperkirakan sama dengan Thwaitesixanton, senyawa GT-2 dengan rumus molekul C30H500 yang diperkirakan senyawa 3-a- (22) (29) Hopen-ol; Senyawa GT-3 dengan rumus molekul C38H50O6 yang diperkirakan sama dengan Camboginol; Senyawa GT-4 dengan rumus molekul C38H5006 yang diperkirakan sama dengan cambogin. Dari senyawa - senyawa tersebut yang memiliki aktivitas antimikroba adalah senyawa GT-3 dengan diameter harnbatan rata-rata = 8 mm/1000 ppm.terhadap bakteri B. subtilis ATCC 6633, E. coli ATCC 25922, S. aureus ATCC 6538, M. phlei DSM 43286. Dari hasil uji aktivitas terhadap larva-udang Artemia salina Leach., senyawa yang memiliki aktivitas yang cukup signifikan adalah senyawa GT-3 dan GT-4 dengan LC50 masing-masing 7µg/ ml dan 18µg/ ml. ......Isolation, Structure Elucidation, Biological Activity Test of Chemical Constituents of Stem Bark of Garcinia Tetrandra PierreThis study was caned out to obtain several chemical constituents of the extract of the stem bark of Garcinia tetrandra Pierre, their biologic are activity to Artemia salina Leach and their antibacterial activity. The compounds were isolated from the n-hexane and acetone - soluble extracts. Each extract was separated through a column chromatography on silica gel G , as the stationary phase which gradient mixtures, of n-hexane, ethyl-acetate and methanol as the mobile phase. The purified chemical constituents were identified their structures based on their UV -- Visible , Infra Red Spectrophotometry , Mass Spectrometry, 1H and '3C - Nuclear Magnetic Resonance Spectrometry data. The first isolate of GT-I with its molecular formula of C23HxoO6 was identified as Thawaitesixantone; GT-2 with and its molecular ion formula of C30H50O was identified as 3-a-(22)(29) Hopen-ol; GT-3 with its molecular formula of C38H50O6 was identified as camboginol; GT- 4 with its molecular formula of C38H5006 was identified as cambogin. From of all of the isolated compounds GT-3, showed antibacterial activity. In a concentration of 1000 ppm, its inhibition against the growth off B. subtilis ATCC 6633, E. code ATCC 25922, S. aureus ATCC 6538, M phlei DSM 43286 were 8 mm. From the results of toxicity evaluation to the Artemia salina Leach , GT-3 and GT-4 with its LC50 7µg/ ml and 18 µg/ ml, respectively.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
T2700
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Emmanuel Bohemindo
Abstrak :
Sebuah Sumur Produksi (Sumur X) di Lapangan Minyak Bumi Prabumulih, Sumatra Selatan, memproduksi dua tipe minyak bumi, minyak bumi ringan dan minyak bumi waxy, dari dua strata reservoar yang berbeda yaitu Reservoar A (1762.6 m) dan Reservoar B (1900.5 m). Sistem pipa produksi ganda (double-string) masing-masing menyalurkan produksi minyak bumi dari Reservoar A (short string) dan long string untuk Reservoar B. Metode ROF GC dan biomarker telah digunakan dalam studi geokimia reservoar dari Sumur X tersebut. Data GC 1 GC-MS yang diperoleh memperagakan sidik jari (fingerprint) yang unik. Hasil studi molekul naftenik-aromatik menyimpulkan terjadinya pencampuran antara minyak bumi yang berasal dari Reservoar A dengan minyak bumi yang berasal dari Reservoar B. Hasil simulasi laboratorium (pencampuran) dan analisis statistik menguatkan hasil studi molekuler yang menunjukkan konsistensi produksi sampel-sampel uji antara tahun 1979 hingga tahun 1997. Pencampuran yang terjadi disebabkan oleh kebocoran pipa produksi minyak bumi dalam Sumur X tersebut akibat efek korosi. Proses korosi pipa terlihat berbanding lurus dengan jumlah kontribusi minyak bumi Reservoar A dalam minyak bumi produksi Reservoar B yakni sekitar 4% (tahun 1986) sampai >95% di tahun 1997. Penelitian menunjukkan bahwa geokimia reservoar dapat digunakan untuk mempertahankan/meningkatkan efisiensi produksi di Sumur X di masa datang.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T2803
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutanto, 1950-
Abstrak :
Proses dekomposisi senyawa ester menjadi asam karboksilat dan alkena dalam sedimen disimulasikan dengan pendekatan pirolisis metilasi in situ. Simulasi dekomposisi senyawa ester telah dilakukan terhadap fraksi kerogen dan aspalten dari tujuh sampel dalam interval kedalaman 1100-2330 m mewakili runtunan sedimen sumur GNK-67, sub Cekungan Palembang-Selatan. Hasil studi menunjukkan bahwa dalam fraksi kerogen maupun aspalten banyak mengandung ester rantai panjang dari n-C10 sampai n-C20 dengan kelimpahan dominan n-C16 dan n-C18. Ester-ester ini secara umum menunjukkan pola perubahan yang menggambarkan proses potensial yang tidak terpengaruh oleh tingkat oksisitas maupun keasaman sedimen. Uji korelasi indeks dekomposisi ester terhadap data parameter kematangan terbakukan menunjukkan gambaran yang jelas bahwa pola perubahan residu normal ester paralel dengan data tersebut. Dua parameter ester n-C16 dan n-C18 telah diusulkan sebagai parameter kematangan termal alternatif dengan batas awal jendela pembentukan minyak disekitar 1500 m.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sumarsih
Abstrak :
Aktivitas biologi, toksisitas, disposisi dan metabolisme obat sangat berbeda untuk masing-masing enansiomer obat khiral. Banyak senyawa khiral yang aktivitas biologinya semata-mata terletak pada salah satu enansiomer, sedangkan enansiomer pasangannya bersifat kurang potensial untuk pengobatan, tidak aktif, bersifat toksik atau bahkan bereaksi berlawanan dengan efek yang diinginkan. Penelitian ini bertujuan melakukan isolasi dan karakterisasi lipase R stolonifer UICC 137 serta aplikasinya sebagai biokatalis untuk hidrolisis (R,S)-ibuprofen metil ester. Lipase diisolasi dari enzim kasar dengan metode pengendapan bertahap menggunakan amonium sulfat. Aktivitas lipolitik lipase ditentukan terhadap substrat minyak zaitun dengan metode titrimetrik. Resolusi (R,S)-ibuprofen metil ester dengan biokatalis lipase dilakukan dengan metode hidrolisis di dalam buffer pH 7,0 dan temperatur 40-42°C. Sebagai pembanding, dilakukan resolusi (R,S)-ibuprofen metil ester dengan biokatalis lipase Candida rugosa (Sigma). Analisis produk resolusi dilakukan dengan spektrofotometer IR, polarimeter dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) yang dilengkapi dengan kolom khiral Cyclobond I 2000. Kondisi optimum untuk penentuan aktivitas lipolitik adalah pH 7-7,5 dan temperatur 370 C. Enzim kasar R. stolonifer UICC 137 mempunyai aktivitas spesifik 20,20 Unit/ mg protein, nilai Vmaks = 15,15 µmol/menit dan KM = 12,5 mg/ ml. Enzim kasar dapat mempertahankan aktivitas lipolitiknya sebesar 79,90 %, 68,04 % dan 52,62 % setelah diinkubasi selama 90 menit pada temperatur 40, 50 dan 600 C. Diantara 4 fraksi lipase yang diperoleh, lipase fraksi 30 - 60 % mempunyai aktivitas spesifik yang lebih tinggi yaitu 47,70 -Unit/mg protein. Resolusi (R,S)-ibuprofen metil ester dengan biokatalis lipase fraksi 30 - 60 % menghasilkan produk ibuprofen (43,1456 %) dengan kelebihan enansiomer-S (enantiomeric excess = ees) = 19,334 %.
Isolation and Characterization of Rhizopus stolonifer UICC 137 Lipase and Its Application for Resolution of (R,S)-Ibuprofen Methyl Ester The biological activity, toxicity, drug disposition and metabolism can be dramatically different for the enantiomers of a chiral drug. There are numerous chiral compounds in which the desired biological activity solely resides in one enantiomer of chiral drug, with the other isomers being less potent, inactive, toxic, or even acting with cross-purpose effect. The aim of this study was to isolate and characterize the crude lipase of Rhizopus stolonifer UICC 137. Characterization of lipase was focused on the specific ability of lipase to hydrolyze (R,S)-ibuprofen methyl ester. The lipase was isolated from the crude enzyme by ammonium sulfate precipitation method. The lipolitic activity was determined by titrimetric method toward olive oil - arabic gum emulsion as a substrat. The lipase-catalyzed resolution of (R,S)-ibuprofen methyl ester were carried out at 40-42° C in phosphate buffer pH 7,0. The resolution products were analyzed by IR Spectrophotometer, polarimeter and HPLC system equipped with a chiral column of CyclobondI 2000. A resolution of (R,S)-ibuprofen methyl ester using C rugosa lipase (Sigma), was used as a reference. The optimum condition for lipolitic activity measurement were pH of 7,5 and temperature of 37° C. The crude enzyme has a specific activity of 20,20 Unit/ mg protein, the Vmax was 15,15 µmol/min and Km was 12,5 mg/ ml. The crude enzyme retained 79,90 %, 68,04 % and 52,62 % of its lipolytic activity, when incubated for 90 minutes at temperature of 40, 50 and 60 ° C respectively. Among four lipase fraction, the 30 - 60 % lipase fraction has a higher specific activity of 47,70 Unit/ mg protein. The resolution of (R,S)-ibuprofen methyl ester by the 30 - 60 % lipase fraction produced an enantioenriched S(+)-ibuprofen with an enantiomeric excess of 19,334 %.
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Triandi Tjahjanto
Abstrak :
Telah dilakukan immobilisasi TiO2 dalam bentuk lapisan tipis pada permukaan kaca preparat. Teknik pelapisan menggunakan teknik proses sol-gel (PSG) dari prekursor titanium tetraisopropoksida yang dilarutkan dalam isopropanol pada konsentrasi 0,05 M dan 0,1 M. Lapisan tipis yang diperoleh dikarakterisasi dengan instrumen spektrofotometer UV-Vis, difraksi sinar-x, foto SEM, serta dilakukan uji aktivitas mendegradasi fenol sebagai model limbah organik dan uji adsorbsi. Hasil XRD menunjukkan bahwa kristal yang diperoleh anatase dan tidak terdeteksi adanya rutil. Dari difraktogram tersebut juga dapat diperkirakan ukuran kristal yang dihasilkan adalah sekitar 19 - 39 nm. Foto SEM menunjukkan permukaan yang cukup berpori, namun uji adsobsi menunjukkan peningkatan luas permukaan hanya 20%. Dari hasil uji aktivitas dapat diprediksi bahwa katalis dengan tebal 6,33 µm, dan kandungan TiO2 1,04 mg/cm2 akan memiliki aktivitas optimum.
The Characterization of Thin Layer Titanium Dioxide from Titanium Tetraisopropoxide Precursor and the Examination of Its Activity as Photo CatalystImmobilization of TiO2 as thin layer on microscope slide glasses has been done. The slide was coated by sol-gel technique with titanium tetraisopropoxide as precursor diluted in isopropanol at the concentration of 0.05 M and 0.1 M. The thin films produced were characterized with W-Vis spectrophotometer, X-ray diffraction analyzer (XRD), SEM, and the activity as photo catalyst was examined by degrading phenol as an organic pollutant model, and also done adsorption examination. The XRD results show that the crystal produced were in the anatase form and there are no rutile form detected. The results were also provide that the expectation size of the crystal was about 19 -- 37 nm. SEM results show moderate porosity of the thin layer surface but the adsorption examinations provide that the effective surface width increased in only 20 percent. From the result of activity examinations was been able to predict that thin layer catalyst at the thick of 6.33 µm, and TiO2 loading of 1.04 mg/cm2 has maximum activity.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T9464
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Usman
Abstrak :
Nikel (6%) yang disangga dengan TiO2 Al203, dan campuran TiO2:Al203 (1:9) digunakan sebagai katalis untuk mengkonversi karbondioksida menjadi metana. Luas permukaan spesifik (BET) katalis setelah reduksi pada suhu 300 °C adalah 39, 120, dan 113 m2/g, sedangkan pada suhu reduksi 400 °C adalah 42, 135, dan 120 m2Ig untuk katalis Ni/TiO2, Al203, dan TiO2:Al203 secara berturut-turut. Setelah reduksi, pada katalis Ni/TiO2 dan Ni/TiO2-Al203 ditemukan peak karakteristik Ni pada difraktogram XRD, sedangkan pada katalis Ni/Al203, tidak ditemukan adanya peak Ni. Berdasarkan tingginya laju metana yang terbentuk (ml/g Nl/detik) pada suhu reduksi 300 °C, urut-urutan katalis adalah Ni/TiO2 > Ni/TiO2-AI203 > Ni/Al203, sedangkan pada suhu reduksi 400 °C urut-urutan katalis adalah NifTiO2-A1203 > NifTi02 > NiIAI203. Berdasarkan persen konversi CO2 pada kondisi stabil, urut-urutan katalis adalah Ni/AI203 > Ni/TiO2-Al203 > Ni/Ti02 secara berturut-turut, baik pada suhu reduksi 300 °C maupun pada suhu reduksi 400 °C. Pemulihan aktivitas katalis bekas pada katalis Ni/Al203 dipengaruhi oleh lama reduksi, sedangkan pada katalis Ni/TiO2:Al203 dipengaruhi baik oleh lama reduksi maupun oleh lama kalsinasi. Pada katalis regenerasi NifTi02 terjadi kenaikan aktivitas dibandingkan dengan katalis segarnya.
Nickel (6%) which supported by TiO2 y-Al203, and the mixture of TiO2-y-Al2O (1:9) are used as catalyst for convertion of CO2 to methane. The specific surface area of catalysts after reduction at 300 °C are 39, 120, and 113 m21g, whereas after reduction temperature at 400 °C are 42, 135, and 120 m21g, for catalyst NifTi02, Ni/Al2O3, and Ni/TiO2-Al203 respectively. After reduction, the characteristic peak of Ni° were detected on the Ni/TiO2 and NifTiO2-AI203, while not detected at Ni/Al2O3 difractogram. According to methane production, at reduction temperature of 400 °C, the catalyst activity decrease in the order Ni/TiO2,Ni/Ti02-Al203>Ni/Al2O3, while at reduction temperature of 400 °C, the catalyst activity decrease in the order NifTiO2-Al203>Ni/TiO2>Ni/Al2O3. According to CO2 convertion at steady state, the catalyst activity decrease in the order Ni/A12O3>Ni/Ti02-AI203>Ni1TiO2 for both reduction temperature. The recovery of activity of used catalyst for Ni/Al2O 3 was influenced by long of reduction, for Ni/TiO2-Al203 was influenced by long of reduction and long of calcination. For Ni/TiO2 catalyst, the used catalyst more active than the fresh catalyst.
2001
T9573
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sal Prima Yudha
Abstrak :
Pengompleksan Fe2+, Co2+, Ni2+ dengan ligan-ligan 2,2-bipiridin dan 2,9-dimetil-1,10-fenantrolin telah diteliti dengan memuaskan. Subtitusi ligan lain ke dalam senyawa kompleks. M(bipy) 2 (H20)22+ dan M(phen)2(H2D)22+ akan mempengaruhi simetri dan struktur senyawa kompleks. Penentuan konstanta stabilitas (pembentukan) senyawa kompleks menjadi begitu penting untuk memprediksikan hal ini. Melalui metode yang dikenal dengan Scatchard Plot diperoleh konstanta stabilitas senyawa-senyawa kompleks [M(bipy)2(H20) (bipy')]2+ dan (M(phen)2(H2Q)(bipy')j2+ yang secara umum mengikuti deret Irving Williams. Pada senyawa kompleks dengan kerangka 2,2-bipiridin secara berurutan diperoleh konstanta untuk Fe(lI),Co(II), dan Ni(I1) yaitu (skala log K) : 3,940, 3,504, 3,522. Fenomena khusus yang terjadi pada Fe(bipy)2(H20)2z+ menjelaskan kemungkinan terjadinya perubahan spin dari spin tinggi ke spin rendah. Hal ini ditunjukkan dengan harga kosntanta yang cukup besar. Pada senyawa kompleks dengan kerangka 2,9-dimetil-1,10-fenantrolin mengikuti deret Irving Williams yang ditunjukkan dengan harga konstanta secara berurutan dari Fe(II), Co(1l) dan Ni(ll) yaitu (skala log K) : 2,601, 4,240 dan 4,505. Interaksi kuat-kuat dan lunak-lunak asam basa serta besarnya pemecahan energi oleh medan ligan dapat menjawab fenomena yang terjadi. Selain itu efek sterik juga memainkan peranan yang penting dari data konstanta stabilitas dapat dianalisa bahwa 4,4-bipiridin berperan sebagai ligan jembatan dan dapat digunakan untuk sintesis senyawa kompleks inti ganda.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T10324
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Nugraha Ardiwinata
Abstrak :
ABSTRAK Telah dilakukan penelitian translokasi klorpirifos (Q,O-diethyl-0-3,5,6-irichloro-2 pyridyl phosphorolhioate) karbofuran (2, 3-dihydro-2, 2-dirnethyl-7-benzo frrranyl metylcarbamate), dan lindan (1, 2, 3,4,5,6-hexachloro cycla hexane) pada tanaman padi dan penurunan konsentrasinya di dalam tanah. Penelitian dilakukan di Instalasi Laboratorium Biokimia & Enzimatik dan Instalasi Rumah Kaca, Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor. Penelitian translokasi insektisida menggunakan tanaman padi varietas IR. 64 dan 3 jenis insektisida karbofuran, klorpirifos dan lindan dengan dosis setara 1 kg/ha. Translokasi insektisida pada tanaman padi dirunut dengan mengukur kandungan residu insektisida pada daun, batang, malai dan beras dengan selang waktu pengamatan 5, 10, 15, 25 dan 30 had setelah aplikasi (HSA) untuk insektisida karbofuran dan klorpirifos, sedangkan selang waktu 5, 15, 25, 35 dan 45 HSA untuk insektisida lindan. Pada penelitian penurunan konsentrasi insektisida digunakan tiga jenis tanah yang berasal dari Wonosari (Jawa Tengah), Bekasi dan Karawang (Jawa Barat) dan 3 jenis insektisida yaitu karbofuran, klorpirifos dan lindan dengan konsentrasi masing-masing 0,45 ppm. Pengamatan laju penurunan konsentrasi insektisida dilakukan dengan cara mengukur kandungan residu insektisida karbofuran dan klorpirifos pada selang waktu 0, 20, 40, 60 dan 80 HSA dan 0, 25, 50, 75 dan 100 HSA untuk lindan. Aplikasi insektisida dilakukan dua kali pada fase vegetatif (5 MST-minggu setelah tanam) dan fase generatif (10 MST). Kandungan residu insektisida pada tanaman padi dan tanah diukur dengan alat kromatografi gas cairan yang dilengkapi dengan detektor ECD. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 3 faktor dan 2 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa insektisida karbofuran, klorpirifos dan lindan ditranslokasikan ke daun, batang, malai dan beras. Residu insektisida pada daun padi paling banyak ditemukan kemudian diikuti pada batang, malai dan beras, Penurunan konsentrasi residu insektisida pada tanah Karawang lebih tinggi daripada tanah Wonosari dan Bekasi. Laju penurunan konsentrasi insektisida karbofuran (t1/2 = 10,0 hari) lebih cepat daripada insektisida lindan (t1/2 = 63,2 hari) dan klorpirifos (ti.12,9 hari) pada tanah Karawang.
ABSTRACT The chlorpyrifos (0,0-diethyl 0-3,5, 6-trichloro-2 pyridyl phosphoro hioate), carbofuran (2,3-dihydro-2,2-dimethyl-7-benzofuranyl metylcarbamate), lindane (1,2,3,4,5,6-hexachloro cyclo hexane) insecticides translocation research has been conducted on paddy and its concentration decrease in soil. The research was conducted at the Biochemistry & Enzymatic Laboratory and the Green House of the Research Institute for Food Crops Biotechnology. The insecticide research used IR 64 paddy variety and 3 kinds of insecticides, namely: carbofuran, chlorpyrifos and lindane with the dosage equals to 1 kg a.i.lha. The insecticide translocation in the paddy was discovered by measuring the insecticide residues conten on the leaf, stem and panicle on the observation interval time of 5, 10, 15, 25 and 30 days after the treatment (DAT) for the chlorpyrifos and carbofuran insecticides and 5, 15, 25, 35 and 45 DAT for the lindane insecticide. Whereas on the insecticide concentration decrease research utilized 3 types of soil come from Wonosari (Middle Java), Bekasi and Karawang (West Java) and 3 types of insecticides, namely: chlorpyrifos, carbofuran and lindane with each concentration of 0.45 ppm. The rate of concentration decrease was observed by measuring the insecticide residue content in the soils at the time interval of 0, 20, 40, 60 and 80 DAT (chlorpyrifos and carbofuran) while the lindane at the time interval of 0, 25, 50, 75 and 100 DAT. The insecticide treatment was done twice on the vegetative phase (5 WAP-weeks after planting) and the generative phase (10 WAP). The insecticide residue content on the paddy and the soil was determined by the gas liquid chromatograph equipped with the ECD detector. The design of the research used the complete random design with 3 factors and 2 replication. The results showed that the vegetative phase (on the stem and panicle) and in the generative phase (stem, leaf and the panicle) was recognized the chlorpyrifos, carbofuran and lindane insecticide residues. The insecticide residues translocation of chlorpyrifos, carbofuran and lindane was higher in leaves than in the stem and panicle. The concentration decrease of chlorpyrifos, carbofuran and lindane insecticide residues in Karawang soil's was higher than in the sail from Wonosari and Bekasi. The rate of concentration decrease of carbofuran (ti = 10,0 days) was faster than lindane (t ½ = 63,2 days) and chlorpyrifos (t1/2 = 12,9 days).
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>