Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahid Ibrahim Darmawan P.S.
Abstrak :
ABSTRAK
Untuk memperbaiki survival dan angka rekurens dari karsinoma rekti, saat ini di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo sedang dilakukan penelitian prospektip penatalaksanaan karsinoma rekti dengan tehnik sandwich. Kasus dibagi dalam 2 golongan yaitu yang dapat direseksi dan tidak dapat direseksi.

Kasus yang dapat direseksi diberikan radiasi pra bedah 1,000 cGy. dalam 1 minggu dan 5 FU lalu dibedah. Pasca bedah diberikan radiasi 4500 cGy. dalam 4,5 minggu dan 5 FU.

Kasus yang tidak dapat direseksi pra bedah diberikan radiasi 4500 cGy./4,5 minggu dan 5 FU, pasca operasi diberikan radiasi 1.500 cGy. dan 5 FU.

Sebagai laporan pendahuluan, sejak Januari 1988 sampai dengan Maret 1990 di RSCM/FKUI telah dilakukan penelitian terhadap 35 penderita yang datang ke UPF Radioterapi RSCM. Dari 5 orang yang tidak dapat dilakukan reseksi, 2 dapat dilakukan reseksi, 2 dapat direseksi tapi inoperable karena sudah ada metastase jauh.

Didapatkan harapan yang menggembirakan dari kelompok tumor yang tidak dapat direseksi menjadi dapat direseksi setelah diberikan radiasi pra bedah yaitu sebesar 40%.
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Liman
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian tentang manfaat dari pemeriksaan Tomografi komputer untuk mendeteksi hidrosefalus anak pada stadium dini. Penelitian dilakukan di bagian Radiology RSCM periode 1 Januari 1988 sampai 31 Desember 1990, terdapat sejumlah 83 penderita yang dilakukan distribusi menurut umur 0-12 tahun, jenis kelamin, jenis hidrosefalus, letak sumbatan, penyebab sumbatan dan derajat hidrosefalus. Dari 62 penderita yang dapat diukur derajatnya, dilakukan penelitian statistik hubungan korelasi dan regresi dengan pengukuran kepala dari skanogram Tomografi komputer ( yang telah dilakukan konversi). Ternyata ukuran biparietal, anteroposterior, tinggi I dan tinggi II berhubungan bermakna dengan derajat hidrosefalus. Untuk umur di bawah 2 tahun, diameter anteroposterior paling baik untuk mendeteksi hidrosefalus dini dengan batas terbawah sebesar mean dari standar Schmid, sedangkan untuk umur 2 sampai 12 tahun diameter tinggi I merupakan yang terbaik dengan batas terbawah sebesar mean dikurangi satu standar deviasi.
The use of Computed tomography had been discussed for the detection of hydrocephalus in children in the department of Radiology, University of Indonesia, Cipto Mangunkusumo Hospital in the period of January 1988 till December 1990 recently. There were 83 patients that had been distributed into age from 0 till twelve years old, sex distribution, type of hydrocephalus, site of obstruction, cause of obstruction and the grading of hydrocephalus. Grading of hydrocephalus had been detected in 62 patients and correlated with statistical study with the head measurement from the tomographic scannogram that had been conversed primarily. It was showed that biparietal, anteroposterior, and cephalocaudal diameter had correlated with the grading. For the age of under 2 years old, the anteroposterior diameter got very highly correlation to detect early stage of hydrocephalus with the limit above the normal Schmid standard, and for 2 years till twelve years old, the cephalocaudal diameter ( measure from tuberculum of cella to the point of junction between sagital and coronal suture ) was very dependable with the limit above the normal Schmid minus one standard deviation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Mukramin Amran Machmud
Abstrak :
ABSTRAK Telah dilakukan studi radiologis secara retrospektif terhadap kolitis ulseratif yang diperiksa dengan barium enema pada dua rumah sakit, yaitu satu rumah sakit pemerintah ( RS. Umum Dadi ) dan satu rumah sakit swasta ( RS. Stella Maris ) Ujung Pandang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kelainan radiologis yang diketemukan, menetapkan stadium berdasar gambaran radiologis oleh akibat perubahan patologis kolon yang terserang kolitis ulserativa. Selain itu penelitian ini juga bermaksud untuk mendapatkan data distribusi umur, jenis kelamin, lokasi anatomic kolitis ulserativa dan membandingkannya dengan data kepustakaan yang ada dengan harapan ini bisa digunakan dalam melacak dan mendiagnose penyakit tersebut. Penelitian dilakukan selama dua tahun ( 1988 - 1989 ) terhadap 457 pemeriksaan barium enema yang dicurigai sebagai kasus kolitis. Diketemukan 241 kolitis ulserativa yang terdiri dari 120 laki-laki dan 121 wanita ( 1 : 1 ) Tertinggi pada umur 21 - 40 tahun, gejala klinis yaitu menonjol adalah diare dengan atau tanpa darah, yang paling kurang yaitu demam dan takikardia. Kolitis fulminan diketemukan 8 penderita, hanya 14 penderita kolitis ulserativa timbul, neoplasms. Kolitis tingkat ringan terbanyak diketemukan pada penderita dirumah sakit swasta sedang yang tingkat berat terbanyak pada rumah sakit pemerintah. Penderita kolitis ulserativa terbanyak menempati ruang rawat kategori B (ekonami lemah). Lokasi anatomis kolitis ulserativa terbanyak pada kolon kiri sedang keterlibatan rectum pada penelitian ini hanya 70.5%, bandingkan dengan kepustakaan ( 95% ). Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pemeriksaan barium enema Cukup efektif untuk: mendiagnose awal kolitis ulserativa dan dapat dilakukan penetapan stadium secara radiologis, yang berquna untuk para klinikus dalam penanganan penderita kolitis ulserativa.
Barium examination of ulcerative colitis had been studied retrospectively in two which is Dadi Goverment hospital and Stella Morris hospital ( a private one ) that located in Ujung Pandang, South of Sulawesi. The purpose of this research was to determined radiological image of ulcerative colitis and to confirmed the stage of the disease that based on pathologic and radiological changes. Distribution of age, sex and anatomical location were also described and compared with other articles to detect and diagnosed the disease more properly. There were 457 barium enema examination had been performed to detect suspected cases in the period of 1933 - 1939. From such examination, 4hc'rs were 241 cases of ulcerative colitis had been detected ( 120 men and 121 women ) with the highest age frequency was 21 till 40 years old . The frequency clinical findings were diarrhea with or without blood staining and the lesser findings were febrile and tachycardi. There were 8 patients with fulminant stage of the disease and there were 14 patients that came up to be neoplasma. Mild colitis were found in the private hospital but on the other hand, severe colitis were more found in the government hospital. Patients with severe colitis came from lower social economic society that they had been hospitalized in B category. The anatomical location of ulcerative colitis were in the left side of colon and rectal involvement were only 70,5% compared to 95% from other article. It had been concluded that barium enema examination was very effective to diagnosed the early stage of ulcerative colitis and others stage as well, that is important for clinical doctors to decide the proper management for the patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Thamrin Pahar
Abstrak :
ABSTRAK
Di Indonesia yang termasuk kelompok negara-negara "Stone-belt", urolitiasis merupakan suatu masalah yang besar karena kebanyakan mengenai golongan umur produktif.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data prevalensi, profit radiologik, pengaruh suku dan tingkat sosial ekonomi terhadap urolitiasis.

Materi penelitian ini adalah penderita urolitiasis rawat inap di salah satu rumah sakit pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Didapatkan 155 penderita batu saluran kemih selama jangka waktu 4 tahun dari bulan Juli 1986-Juni 1990 yang terdiri dari 115 laki-laki dan 40 wanita dengan umur antara 1-75 tahun. Frekunsi kejadian tertinggi pada kelompok umur 40-49 tahun yaitu 40 dari 155 kasus {25,81%) dan paling rendah pada kelompok umur 10-19 tahun yaitu 6 dari 155 kasus (3,87%).

Lokalisasi Batu Saluran Kemih (BSK) yang terbanyak adalah pada ureter yaitu 82 kasus (45,05%) dan paling sedikit adalah uretra yaitu 1 kasus (0,54%). Pada penelitian ini ditemukan semua BSS{ dari kelompok umur 0-9 tahun adalah vesikolitiasis yang jumlahnya adalah 10 kasus. Dan ini adalah 30,30% dari semuua kasus vesikolitiasis yang berjumlah 33 kasus.

Jeis batu radiopak lebih banyak dari batu radiolusen dengan perbandingan 2,2, : 1.

Baik pada nefrolitiasis maupun pada ureterolitiasis tidak ditemukan perbedaan yang bermakna secara statistik antara penderita yang termasuk tingkat sosial ekonomi yang rendah, sedang dan tinggi. Namun pada vesikolitiasis ditemukan perbedaan yang bermakna antara setiap tingkat sosial ekonomi.

Penyulitan yang didapatkan secara radilogik berupa hidronefrosis 48 (35,40%) dan gangguan fungsi ginjal 32 (25,60%).

Kekerapan BSK paling tinggi pada suku Toraja yaitu 41 kasus dari 4210 penderita suku Toraja yang dirawat inap (9,73% per mil) dibanding dengan suku Bugis Makassar (6,32 per mil), Jawa (4,13 per mil) dan Cina (2,04 per mil).

Melihat tingginya angka penyulitan BSK dan banyaknya batu radiolusen, maka perlu dilakukan pemeriksaan Pielografi Intravena (PIV) pada setiap BSK.

1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Josef Parsaulian
Abstrak :
Di negara-negara maju kanker paru merupakan jenis kanker terbanyak yang didapatkan pada laki-laki dan memperlihatkan peningkatan sejak 40 tahun yang lalu, jauh melebihi kanker lain. Sementara Kekerapan kanker paru belakangan ini mulal menunjukkan kecenderungan menurun menyusul menurunnya konsumsi rokok yang dianggap salah satu penyebab terjadinya kanker paru untuk negara-negara maju. Di Indonesia menunjukkan hal yang sebaliknya dengan makin banyaknya ditemukan penderita kanker paru dan 80% dari penderita ini adalah perokok. Dikatakan pula lingkungan udara yang tercemar oleh hasil gas buang baik dari pabrik ataupun kendaraan yang makin banyak, merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya kanker paru. Khusus untuk kita di Indonesia dimana masih tingginya kasus Tuberkulosa paru maka lesifibrotik pada jaringan paru, dapat sebagai prediksi timbulnya kanker paru. Meskipun belum dapat dipastikan faktor mana yang paling berperan tetapi berbagai faktor ini mempertinggi resiko seseorang mendapatkan kanker paru. Di Jakarta sendiri kanker paru menduduki urutan ke 3 atau 4 diantara 10 jenis tumor ganas yang paling sering ditemukan. (16) Didalam penatalaksanaan kasus kanker paru penting diketahui a) jenis kanker (histopatologis) b) derajat (stadium) penyakit dan c) tampilan (performance status) penyakit tersebut. (16) Bidang radiologi mempunyai peranan yang sangat besar pada penatalaksanaan ini baik dalam diagnosa maupun untuk penentuan derajat atau stadium penyakit. Dalam penentuan derajat penyakit ini harus ditentukan eksistensi tumor serta perluasannya, terlibat atau tidaknya kelenjar getah bening dan kemungkinan adanya metastase. Banyak jenis pemeriksaan radiologis yang dapat dimanfaatkan untuk hal ini baik pemeriksaan konvensional ataupun pemeriksaan yang bersifat invasif. Tomografi komputer merupakan jenis pemeriksaan yang penting dalam bidang radiologi. Dikatakan jenis pemeriksaan ini selain bersifat tidak invasif juga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis pemeriksaan yang lain, baik didalam mengambarkan eksistensi massa tumor serta perluasannya maupun menilai kemungkinan adanya pembesaran kelenjar getah bening serta metastase.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosiana Anneke Sjahruddin
Abstrak :
Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral pembangunan nasional, dengan sendirinya diarahkan untuk mendukung terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya. Pembangunan tersebut dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan, yang bertujuan untuk membawa umat manusia kearah tujuan yang ingin dicapai tersebut. Salah satu wujud nyata dari pembangunan dibidang kesehatan saat ini yaitu kemampuan para ahli menegakkan diagnosa dengan cepat dan tepat. Keadaan seperti ini tak akan mungkin dicapai tanpa ditunjang oleh sarana yang memadai yaitu dengan ditemukannya alat-alat canggih serta kemampuan dalam menggunakannya. Dibidang radiologi penggunaan alat tomografi terkomputer sudah dikenal sejak awal tahun 1980-an yang mana pada saat itu pemakaiannya terbatas pada kasus-kasus cedera kepala, tetapi dengan makin berkembangnya pengetahuan para pakar, radiologi maka pemanfaatan alat canggih ini sudah makin luas yaitu untuk kasus-kasus tumor jinak maupun ganas. Untuk ilmu kedokteran mata alat penunjang diagnostik yang canggih seperti tomografi terkomputer ini sangat membantu karena dengan alat itu dapat terlihat dengan jelas seluruh jaringan lunak orbita dan tulang-tulangnya sekalipun. Gambaran klinis tumor orbita umumnya terdiri dari perubahan letak bola mata, gangguan visual dan gangguan pergerakan bola mata. Diagnosis dari gambaran klinis seperti ini saja sulit karena dapat juga disebabkan oleh penyakit non neoplasma. Dalam membuat diagnosis tumor orbita sering diperlukan diagnostik penunjang, seperti foto orbita baku, arteriografi ataupun ultrasonografi. Tetapi dengan tomografi terkomputer diperoleh kesehatan nilai akurasi sampai sekitar 80-85 %, hal ini dapat dicapai, oleh karena dengan pemeriksaan tomografi terkomputer tampak perbedaan densitas jaringan yang rnembentuk jenis tumor tersehut. Untuk lesi yang terletak di retrobulbair dengan pemeriksaan tomografi terkomputer didapatkan nilai akurasi 99.4 %. Hasil pemeriksaan tomografi terkomputer yang negatif palsu dapat terjadi bila lesi terbatas di daerah bulbus okuli.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T58509
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Syafriyetti Soeis
Abstrak :
ABSTRAK
Karsinoma serviks uteri merupakan keganasan ginekologik yang terbanyak ditemukan di Indonesia. (5,12,16) Dari tahun 1978-1982 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ditemukan kanker ginekologik sebanyak 3874 dan 73 96 diantaranya ialah kanker serviks uteri.

Banyak upaya yang telah dilakukan untuk penemuan secara dini karsinoma serviks uteri ini yang pada umumnya meliputi pemeriksaan kolposkopik dan sitologi. (2,17) Lebih dari 50% dari seluruh penderita datang pada stadium lanjut. Untuk pengobatan dari karsinoma ini tergantung pada stadium tumor saat penderita datang berobat antara lain meliputi bedah, radiasi dan khemoterapi. (11)

Untuk menilai perluasan proses maupun untuk persiapan pengobatan diperlukan pemeriksaan laboratorium, foto thoraks, pielografi intra vena ( PIV ), sistoskopi dan sigmoidoskopi.

Cara pengobatan ditentukan oleh stadium penyakit dimana pada stadium I dan stadium 1I awal bisa diobati dengan salah satu terapi radiasi atau histerektomi radikal. Untuk tumor dengan stadium yang lebih lanjut, terapi radiasi merupakan pilihan utama.

Dengan pemeriksaan PIV dapat mengetahui tumor yang timbul di kelenjar getah bening paraaorta, dinding panggul, parametrium atau vesika urinaria. Tumor tersebut dapat mendesak atau menyumbat ureter, sehingga akan timbul hidroureter, hidronefrosis atau afungsi ginjal. Pemeriksaan penunjang PIV ini juga dibutuhkan untuk ikut menentukan stadium dari karsinoma serviks uteri.(2,10) Di RSCM sebelum dimulainya pengobatan karsinoma serviks uteri ini secara rutin dilakukan pemeriksaan PIV ini.
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firdaus Sai Sohar
Abstrak :
Penyakit Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan penyakit yang masih banyak dibicarakan dalam bidang THT. Hal ini disebabkan usaha penatalaksanaannya guna memperbaiki fungsi pendengaran di samping penyembuhan penyakit masih banyak mengalami kegagalan (27).

Selain itu adanya Kolesteatom yang sering menyertai penyakit ini sudah tidak asing lagi. Adanya kolesteatom mengarahkan penyakit OMSK berubah menjadi ganas/maligna dengan segala akibat yang ditimbulkannya. Oleh karena itu usaha-usaha untuk mengetahui secara dini OMSK maligna termasuk mengetahui adanya kolesteatom sangat penting.

Bidang radiologi merupakan sarana penunjang dalam pelayanan masyarakat, khususnya dalam penegakan diagnosa penyakit.

Peningkatan kemampuan dalam penegakan diagnosa tidak dapat dipisahkan dari tersedianya sarana alat diagnostik yang semakin bertambah canggih, di samping kemampuan manusia penggunanya.

Pembangunan Kesehatan Nasional yang merupakan bagian integral Pembangunan Nasional dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan (21). Tahap demi tahap ditingkatkan dengan tidak lupa memperhatikan skala prioritas. Oleh karena itu walaupun di beberapa pusat pelayanan kesehatan sudah tersedia alat-alat radiologi yang canggih seperti tomografi komputer, masih banyak sarana pelayanan kesehatan yang hanya didukung oleh alat-alat radiologi konvensional.

Pemeriksaan radiologi mastoid diperlukan untuk mengetahui ada/tidaknya kolesteatom, luas serta lokasi kerusakan yang diakibatkannya, walaupun secara klinis adanya kolesteatom yang menyertai 0MSK tipe ganas sudah dapat diketahui. Disamping itu pemeriksaan tulang mastoid juga diperlukan untuk menilai pneumatisasi rongga udara.

1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hondo Supeno
Abstrak :
Latar Belakang Masalah
Telah dikenal berbagai cara untuk pemeriksaan adanya penyakit jantung koroner baik secara invasif maupun non invasif, untuk menentukan jenis dan lokasi kelainan tersebut.

Salah satu pemeriksaan non invasif yang kini telah dapat dikerjakan di Indonesia adalah pemeriksaan perfusi miokard dengan memakai Thallium 201 (3).

Pada tahun 1973, Zaret dan Strauss telah mempergunakan potasium 43 untuk pembuatan perfusi miokard terhadap penderita transien miokard iskemi (3). Kemudian pada tahun 1975 dipergunakan Thallium 201, sebagai analog dari potasium untuk pemeriksaan perfusi miokard. Pada tahun 1976 Ritchie dkk melaporkan penggunaan Thallium 201, dimana pemeriksaan kedua dilakukan 2 jam kemudian tanpa disuntik Thallium.

Diantara berbagai kelebihan dari pemeriksaan perfusi ini juga didapatkan beberapa kelemahan, yaitu adanya organ-organ sekitar seperti ventrikel kanan, diafragma, jaringan lemak (terutama pada wanita adanya payudara) gaster dan hepar yang ikut mengambil Thallium 201.

Pemeriksaan ini mempunyai sensitifitas dan spesifisitas tertentu, tergantung pembuluh koroner mana yang terkena, derajat penyempitan, berapa buahkah pembuluh yang terkena, apakah satu pembuluh atau beberapa pembuluh (1,4,5,7).
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T58514
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Helmy Rasjid
Abstrak :
PENDAHULUAN Karsinoma lidah termasuk keganasan yang tersering didapat dibandingkan dengan keganasan pada organ lain yang terdapat dalam rongga mulut, walaupun dibandingkan dengan keganasan pada organ lain seperti payudara, mulut rahim dan nasofarink, keganasan pada lidah ini termasuk yang jarang adanya.

Di negeri Belanda terdapat 3 - 4 kasus keganasan pada rongga mulut dari tiap 100.000 penduduk, yang duapertiga daripadanya adalah penderita keganasan pada lidah.

Keganasan ini, biasanya menyerang usia pertengahan sampai usia lanjut. Beberapa pendapat mengatakan bahwa 80% kasusnya berusia antara 60 - 80 tahun dengan perbandingan kekerapan antara pria dan wanita 4 : 1.

Pada penelitian yang dilakukan di Asia, didapatkan bahwa di India kekerapan kasus ini tidak banyak berbeda antara pria - dan wanita, hal ini kemungkinan disebabkan karena kaum wanitanya mempunyai kebiasaan mengunyah sirih atau tembakau.

Beberapa faktor disebutkan sebagai pencetus terjadinya keganasan pada lidah yaitu

- faktor lokal : higiene mulut yang buruk, karies dentis serta protesa gigi dengan kedudukan kurang baik.

- faktor luar : tembakau dengan berbagai cara penggunaannya

alkohol serta rempah dan bumbu-bumbuan.

- faktor dalam : deFisiensi makanan,vitamin dan anemia.

Pada makalah ini akan dibicarakan mengenai tinjauan kepustakaan karsinoma lidah, terutama mengenai terapi radiasi karsi noma lidah, pengamatan terhadap kasus yang datang ke Pav. Johannes Sub Sag Radioterapi. FKUI - RSCM periode Januari 1964-Jesember 1986, yaitu meliputi distribusi kelamin, umur, jenis patologi anatomi, lokasi tumor, penderajatan, hasil pengobatan serta timbulnya komplikasi akut radiasi berupa mukositis, dengan tujuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai ke ganasan lidah serta penangan dan
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>