Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syamsudin
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian: Kurkumin merupakan zat warna kuning yang terdapat dalam berbagai spesies kurkuma seperti: Curcuma Tonga L, Curcuma xantorrhizae roxb dan digunakan dalam obat tradisional untuk penyakit hati. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kurkumin dapat mencegah kerusakan hati yang diinduksi oleh CCL4, galaktosamin dan parasetamol dosis tinggi. Dari penelitian ini tampak bahwa efek kurkumin agaknya berdasarkan efek antioksidannya. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh pemberian kurkumin terhadap aktivitas enzim antioksidan yang terdapat di mitokondria seperti glutation peroksidase (GPx dan glutation reduktase (GR) disamping itu untuk mengamati kerusakan oksidatif mitokondria hati tikus yang terisolasi yang diinduksi oleh butil hidroperoksida tersier (t-BHP). Efek proteksi kurkumin dilihat dari peningkatan aktivitas GP, dan GR. Isolasi mitokondria dilakukan dengan cara sentrifugasi bertingkat. Fraksi mitokondria yang diperoleh dilakukan pengukuran aktivitas glutation reduktase (GR) dan glutation peroksidase (GPx). Pengukuran dilakukan secara spektrofotometri pada panjang gelombang 340 ηm. Hasil dan kesimpulan : Mitokondria yang diisolasi cukup baik (RSA untuk SDH = 34,24). Pemberian t-BHP 200 µM dan 400 µM dapat menurunkan aktivitas glutation reduktase dan glutation peroksidase dari 15 ± 3 nmol/min/mg protein menjadi 6 ± 1 nmol/min/mg protein dan 0,29 ± 0,03 µmol/min/mg protein menjadi 0,04 ± 0,01 µmol/min/mg protein. Pemberian kurkumin dengan dosis 60 µM dapat meningkatkan aktivitas glutation reduktase dari 6 ± 1 nmol/min/mg protein menjadi 16 ± 3 nmol/min/mg protein dan pemberian kurkumin dengan dosis 1000 µM dapat meningkatkan aktivitas enzim glutation peroksidase dari 0,04 ± 0,01 µmol/min/mg protein menjadi 0,016 ± 0,002 gmol/min/mg protein. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa kurkumin dapat melindungi kerusakan mitokondria pada rentang dosis 60-1000 µM.
Reductase Enzyme's Activity in Rat Liver Mitochondria Affected By t-BHP OxidantDimension and method study. Curcumin is the yellow substance of various Curcuma sp. Such as Curcuma longa L, Curcuma xantorrhizae roxb which traditionally used to cure liver ailments. Several studies show that curcumin can prevent CCl4, galactosamin and high dose paracetamol induced liver damage and indicted its antioxidant role in that part. This present study was conducted to obtain further information regarding the effect of instilled curcumin toward the antioxidant enzymes present in mitochondria, gluthatione peroxidase and gluthatione reductase and to observe the oxidative damage of the isolated rat liver induced by t-BHP. Curcumin's protective effect is shown by the gluthatione peroxidase and gluthatione reductase increase activity. Mitochondria isolation was done by fractionated centrifugation. Mitochondria fraction obtained was subjected to gluthatione peroxidase and gluthatione reductase activity determination, which was procured spectrophotometrically at wavelength 340 ηm. The Result and Conclusion: The isolated mitochondria was good(RSA for SDH =34,24). Instillation of t-BHP 200 µM and 400 µM reduced GPx and GR activity from l5 ± 3 nmol/min/mg protein to 6 ± 1 nmol/min/mg protein and from 0,29 ± 0,03 nmol/min/mg protein to 0,04 ± 0,01 nmol/min/mg protein. Instillation of curcumin at 60 µM dosage increased the GR's activity from 6 ± 1 nmol/min/mg protein to 16 ± 3 nmol/min/mg protein, while a 1000 µM dosage increased the GPx's enzyme activity from 0,04 ± 0,01 nmol/min/mg protein to 0,016 ± 0,002 nmol/min/mg protein. These studies showed that curcumin can prevent mitochondria damage at dose range of 60-1000 µM.
2001
T8339
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wuryantari
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Beberapa penanda genetik pada DNA mitokondria (mtDNA) seperti: sekuens daerah hipervariabel 1 pada D-Loop mtDNA, susunan polimorfisme situs restriksi gen penyandi pada mtDNA, delesi 9-pb pada daerah intergenik COII/tRNAlys, motif Polinesia dapat digunakan untuk mempelajari karakteristik suatu populasi. Sisa tulang-belulang prasejarah dapat memberikan informasi genetik berkenaan dengan sejarah suatu populasi melalui pendekatan molekul. Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah manusia dari situs Plawangan (Jawa Tengah) dan Gilimanuk (Bali) yang hidup sekitar 2.000 tahun yang lalu merupakan nenek moyang populasi Jawa dan Bali masa kini. Secara spesifik, 1) apakah teknologi isolasi dan amplifikasi yang dikembangkan cukup efektif dipakai pada materi tulang prasejarah yang telah berumur ribuan tahun, 2) menentukan haplotipe mtDNA berdasarkan variasi sekuens daerah hipervariabel I (HVR-1) pada D-Loop mtDNA dan susunan polimorfisme bagian mtDNA lain dengan RFLP kedua situs arkeologi tersebut, 3) apakah terdapat persamaan haplotipe mtDNA antara manusia prasejarah kedua situs dengan manusia masa kini, dan menganalisa haplotipe yang ditemukan dalam kaitannya dengan kekerabatan serta pola migrasi. Untuk menjawab pertanyaan tersebut dilakukan isolasi DNA dari tulang manusia prasejarah dan amplifikasi DNA dengan PCR yang sebelumnya telah dilakukan verifikasi kedua metoda tersebut dengan menggunakan sampel tulang manusia masa kini. Dilakukan pula analisis sekuensing DNA daerah HVR-I pada D-Loop mtDNA sepanjang 519 pb; metoda PCR untuk analisis RFLP, deteksi delesi 9-pb dan identifikasi jenis kelamin dengan penanda gen amelogenin. Hasil dan Kesimpulan: Dari hasil verifikasi metoda isolasi dan amplifikasi, terbukti baik isolasi dengan metoda silica-based purification maupun isolasi fenol/kloroform dapat diaplikasikan pada materi tulang prasejarah dan DNA hasil isolasi dapat diamplifikasi dengan metoda PCR sepanjang kurang dari 500 pb. Keseluruhan informasi genetik menunjukkan manusia yang berasal dari kedua situs mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat dan mempunyai kemiripan dengan manusia yang sekarang ada di Jawa dan Bali. Manusia dari kedua situs merupakan keturunan ras Asia (Mongoloid) dengan ciri Polinesia. Identifikasi jenis kelamin menunjukkan bahwa semua sampel tulang prasejarah adalah perempuan.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
T9977
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risdawati Djohan
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian: Kurkumin adalah salah satu zat aktif dari tanaman kurkuma yang banyak terdapat di Indonesia dan sudah lama digunakan sebagai obat, diantaranya untuk penyakit hati. Penelitian kurkumin sebagai hepatoprotektor sudah banyak dilakukan, namun mekanismenya belum diketahui dengan jelas. Beberapa hasil penelitian in vivo pada tikus dan mencit maupun in vitro dengan menggunakan mikrosom hati dan hepatosit tikus, menunjukkan bahwa kurkumin efektif sebagai antioksidan, menghambat enzim sitokrom P450, siklooksigenase dan lipooksigenase serta menghambat proses peroksidasi lipid. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang mekanisme kerja kurkumin sebagai hepatoprotektor, dengan mempelajari efek kurkumin pada mitokondria hati tikus (galur Wistar) terisolasi, menggunakan t-BuOOH sebagai model untuk menimbulkan cedera oksidatif. Isolasi mitokondria dilakukan dengan cara sentrifugasi bertingkat. Fraksi mitokondria yang diperoleh dibagi 4 bagian, masing-masing untuk pengukuran aktivitas enzim suksinat dehidrogenase (SDH) dan sitokrom c oksidase (CCO), kadar glutation (GSH) dan malondialdehid (MDA). Tiap bagian dibagi 9 kelompok. Dalam pengukuran tersebut mitokondria diinkubasi pada suhu 37° C selama 30 menit, dengan atau tanpa penambahan t-BuOOH, dan dengan atau tanpa pemberian kurkumin. Pengukuran ke empat parameter dilakukan secara spektrofotometri pada panjang gelombang 600 nm (untuk SDH), 550 nm (untuk CCO), 412 nm (untuk GSH), dan 530 nm (untuk MDA). Hasil dan kesimpulan: Mitokondria diisolasi cukup baik (RSA untuk SDH = 32.59 dan untuk CCO = 72.18). Penambahan t-BuOOH pada mitokondria terisolasi mengakibatkan deplesi GSH (78 %) yang diikuti oleh peningkatan kadar MDA (125 %), penurunan aktivitas SDH (20 %), dan CCO (22 %). Perubahan ini dapat dihambat oleh kurkumin pada dosis berbeda. Pada dosis 500 RM, kurkumin dapat meningkatkan kadar GSH (50 %) disertai dengan penurunan kadar MDA (45 %), namun tidak diikuti oleh peningkatan aktivitas SDH dan CCO, mungkin dosis ini merupakan dosis toksik untuk enzim SDH dan CCO. Peningkatan aktivitas SDH (23 %) dan CCO (20 %) terlihat pada dosis 5 RM. inkubasi mitokondria mengakibatkan penurunan aktivitas SDH dan CCO dan peningkatan kadar GSH dan MDA, dimana kurkumin tidak mampu melindungi perubahan tersebut, kecuali untuk MDA. Meskipun GSH tidak terlibat langsung pada kegiatan respirasi mitokondria, namun GSH sangat berperan dalam mengontrol ststus redoks di mitokondria serta memelihara integritas membran melalui perlindungan gugus SH protein di membran. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa kurkumin dapat mencegah kerusakanl gangguan fungsi mitokondria pada rentang dosis 5 - 500 W.
Field and methodology : Curcumin is an active substances of Curcuma, a plant which is abundantly found in Indonesia. and has traditionally been used as herbal medicine, for instance for liver diseases. There have been many studies carried out on cm-cumin as a hepatoprotective agent. However, the mechanism underlying the protective effects are not known. Some in vivo studies on rate and mice as well as in vitro studies using rat liver microsomes and hepatocytes, showed that cu-cumin is an effective antioxidant, that it causes inhibition of cytochrom P450, cyclooxygenase and lipooxygenase activities and lipid peroxidation . The present study was performed to find out some information on the mechanism of action of curcumin as a hepatoprotective agent, using isolated mitochondria from rat (Wistar) liver as a model and t BuOOH as an oxidative inducing --- agent. The liver mitochondria were isolated using differential cenirifiugatien_.On the isolated mitochondria. was determine the activities of succinate dihydrogenase (SDH) and cytochrome a oxidase (CCO) and the contens of reduced glutatione (GSH) and malondialdehyde (MDA). In each determination mitochondria) fractions were incubated at 37°C for 30 min, in the presence and absence of t-BuOOH, and with or without cm-cumin. The biochemical parameters were determined spectrophtometrically at 600 nm (SDH), 550 um (CC 0), 412 nm (GSH), 530 um (MDA). Results and conclusion : The mitochondria was purified to high degree (RSA for SDH and CCO, respectively were 33 and 72). The protein yield was 43 mgfg liver wet weight. The addition of t-BuOOH on isolated mitochondria caused GSH depletion (78 %) and increase MDA (125 %) and decrease activites of SDH (20 %) and CCO (22 %). The biochemical alteration could be inhibited by cm-cumin at various concentrations. At 500p.M, cm-cumin could increase GSH level (50 %) and decrease MDA (45 %), but could not increase the activities of SDH and CCO; it appeared that at the concentration cm-cumin was toxic for SDH and CCO. Increase activity of SDH (23 %) and CCO (20 %) was found at the concentration of 51A.M of curcumin. Incubation of mitochondria alone cause decrease activities of SDH and CCO and increase of level GSH and MDA, whereas cm-cumin had no protection, except on MDA level. Although GSH is not directly involved in the activity of mitochondria! respiration, this peptide play a significant role in controlling the redox status of the mitochondria and preserving the membrane integrity through maintaining the thiol contents in the membrane protein. This study demonstrates the protective effects of curcurnin wind oxidative damage of the liver mitochondria in the range of 5 - 500 µM
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T1489
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Mutasi titik DNA mitokondria A3243G t-RNA(leu) telah diketahui ebagai penyebab Maternally Inherited Diabetes and Deafness (MIDD). Potensi MIDD dapat diidentifikasi pada fenotip penderita diabetes melitus (DM) tipe 2. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan informasi ilmiah tentang MIDD pada penderita DM tipe 2 dan mendapatkan metode sederhana untuk mendeteksi mutasi titik DNA mitokondria A3243G t-RNA(leu). Diperoleh 50 penderita DM tipe 2 dari Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Informasi mengenai riwayat keluarga dengan DM dan adanya gangguan pendengaran, pengobatan, komplikasi dan manifestasi lainnya diperoleh melalui wawancara dan kuisioner. Penentuan mutasi dilakukan dengan metode PCR Alele?s Specific Amplification (PASA) mismatch 2 basa dan PCR-Restriction Length Polimorphism (PCR-RFLP) dengan enzim restriksi HaeIII. Hasil metode PASA yang diduga positif ditunjukkan dengan munculnya pita berukuran 200 pb baik pada tabung yang mengandung primer normal ataupun mismatch 2 basa. Hasil metode PCR-RFLP menunjukkan kesulitan mengkarakterisasi pemotongan fragmen berukuran 294 pb. Potensi MIDD dapat ditemukan dengan mengamati fenotip penderita dan mengidentifikasi mutasi heteroplasmi A3243G menggunakan metode PASA , namun metode PCR-RFLP pada penelitian ini belum dapat mengidentifikasi karakterisasi mutasi heteroplasmi A3243G.
Abstract
Point mutation of mitochondrial DNA A3243G has been known as a cause of Maternally Inherited Diabetes and Deafness (MIDD). Potency of MIDD can be identified from patient phenotype of Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). The objective of this study is acquiring information about MIDD on patient of NIDDM type and obtaining the simple method to detect the point mutation of mtDNA A3243G. 50 NIDDM patients were attained from RSCM Hospital, Jakarta. Information concerning family history with NIDDM and existences of deafness, medication, and other complication and manifestation were obtained through interview and questioner. Point mutation of A3243G was determined with the method of PCR Allele?s Specific Amplification (PASA) Mismatch 2 bases and PCR-Restriction Length Polymorphism (PCR-RFLP) with the HaeIIl restriction enzyme. Detectable Potency MIDD was found by perceiving the patient phenotype and identifying the mutation of heteroplasmic A3243G utilizing the PASA method.
[Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran. Fakultas Farmasi], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Octavia
Abstrak :
Ikan gupi (Poecilia reticulata) merupakan ikan hias air tawar yang telah menjadi komoditas ekspor utama di Indonesia. Persilangan antar strain ikan gupi sudah banyak dilakukan, namun masih sedikit ketersediaan informasi genetik intraspesies ikan gupi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik intraspesies ikan gupi dan hubungan kekerabatan antar populasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi menggunakan marka gen Cytochrome Oxidase Subunit 1 (CO1). Amplifikasi PCR dan sekuensing menggunakan marka gen CO1 (F): 5 TCAACCAACCACAAAGACATTGGCAC-3 (26 pb) dan CO1 (R): 5 TAGACTTCTGGGTGGCCAAAGAATCA-3 (26 pb). Analisis yang dilakukan terhadap sekuen DNA ikan gupi antara lain; homologi BLAST, jarak genetik, dan analisis filogenetik. Hasil analisis homologi berdasarkan BLAST menunjukkan persentase similaritas 98-99% terhadap mtDNA Poecilia reticulata dan Poecilia wingei. Hasil analisis didapatkan jarak terbesar dan kekerabatan terjauh adalah populasi Bekasi strain Albino Full Red dengan populasi Tangerang strain Cobra. Sekuens tersebut mungkin dapat digunakan untuk menghasilkan benih dengan keragaman tinggi.
Guppy fish (Poecilia reticulata) is fresh water ornamental fish which have been the top export commodity in Indonesia. A lot of guppy strains had been hybridized, yet there are still few information about intraspecies genetic variation. Research was conducted to study intraspecies genetic variation and phylogenetic relationship among guppy population in region Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi using Cytochrome Oxidase Subunit 1 (CO1) as genetic marker. Amplification and sequencing were using CO1 (F): 5 TCAACCAACCACAAAGACATTGGCAC-3 (26 pb) and CO1 (R): 5 TAGACTTCTGGGTGGCCAAAGAATCA-3 (26 pb). Some analysis which had been done with guppy DNA were; BLAST homology, genetic distance, and phylogenetic analysis. BLAST homology resulted 98-99% similarity according to mtDNA Poecilia reticulata and Poecilia wingei. The biggest distance and farthest relationship belong to Albino Full Red strain in Bekasi with Cobra strain in Tangerang. Those sequences might be used to produce potential germ with high genetic variation.
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qonita Hanifa Khairunnisa
Abstrak :
Kemiripan karakter morfologi dan genetik antara Epinephelus chlorostigma dan E. areolatus sering menyebabkan kekeliruan antara kedua spesies. Hibiridisasi alami antara spesies kerapu tidak jarang terjadi dan dapat diidentifikasi berdasarkan karakter morfologi dan genetik. Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi E. chlorostigma dan E. areolatus dengan marka mitokondria Sitokrom C oksidase subunit I (COI) dan menganalisis peristiwa hibrisasi antara kedua spesies dengan marka inti Recombination activating gene 1 (RAG1). Total 19 sampel yang telah diidentifikasi berdasarkan morfologi sebagai E. chlorostigma dan E. areolatus diperoleh dari Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat, dan Aceh. Sekuens COI sepanjang 656 bp berhasil mengidentifikasi spesies dengan kemiripan yang tinggi (98-100%) berdasarkan database NCBI dan BOLD walaupun beberapa sampel E. areolatus menunjukkan kemiripan yang tinggi terhadap sekuens E. chlorostigma dari kedua database. Jarak genetik inter-spesies berdasarkan sekuens COI teramati sebesar 0,071, cukup untuk delimitasi spesies. Rekonstruksi filogenetik COI, RAG1kedua marka berhasil memisahkan klade kedua spesies dengan konsisten dan tidak mengindikasikan terjadinya peristiwa hibridisasi. Satu posisi basa polimorfik, posisi 1120 bp, di elektroferogram menunjukkan puncak ganda pada sekuens RAG1 epanjang 1492 bp. Sekuens RAG1 E. areolatus menunjukkan variasi nukleotida sementara sekuens E. chlorostigma teramati monomorfik. Namun, peristiwa hibridisasi tidak dapat disimpulkan akibat rendahnya jumlah sampel.  ......Morphological and genetic similarities between Epinephelus chlorostigma and Epinephelus areolatus often cause confusion between the two species. Natural hybrids among grouper species are a common occurrence and may be identified by morphological and genetic characteristics. This study aims to identify E. chlorostigma and E. areolatus samples using the mitochondrial marker Cytochrome C oxidase subunit I (COI) gene and analyze hybridization events using the nuclear marker Recombination activating gene 1 (RAG1) gene.  A total of 19 samples morphologically identified as E. chlorostigma and E. areolatus, originating from North Maluku, West Nusa Tenggara, and Aceh, were analyzed. The COI sequence of 656 bp length successfully identified all samples as respective putative species with high similarities (98–100%) based on NCBI and BOLD databases, although several E. areolatus samples showed high similarity results with E. chlorostigma sequences from both databases. The interspecific genetic distance of the COI sequence was observed to be 0,071, enough to discriminate the two species. Phylogenetic reconstruction of COIand RAG1 genes consistently divided putative species into distinct clades. Phylogenetic tree of AG1 was recovered with low bootstrap value thus hybrid assumption cannot be proven. One polymorphic base site at 1120 bp with double peaks on the electropherograms was observed out of 1,492 bp of the RAG1 gene. E. areolatus sequences showed varying nucleotides between populations, while E. chlorostigma sequences showed monomorphic nucleotides. However, due to the small sample size, hybridization events cannot be inferred.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
This book will describe the nuclear encoded genes and their expressed proteins of mitochondrial oxidative phosphorylation. Most of these genes occur in eukaryotic cells, but not in bacteria or archaea.
New York: Springer, 2012
e20401596
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
As age related diseases increase in prevalence and impact more significantly on medical resources it is imperative to understand these diseases and the mechanisms behind their progression. New research has stimulated a growing interest in mitochondrial involvement in neurodegenerative disorders such as parkinson’s disease, alzheimer’s disease and multiple sclerosis and the mechanisms which lead from mitochondrial dysfunction to neurodegeneration. Mitochondrial dysfunction in neurodegenerative disorders brings together contributions from leaders in the field internationally on the various ways in which mitochondrial dysfunction contributes to the pathogenesis of these diseases, guiding the reader through the basic functions of mitochondria and the mechanisms that lead to their dysfunction, to the consequences of this dysfunction on neuronal function before finishing with the modelling of these disorders and discussion of new potential therapeutic targets.
London : Springer, 2012
e20426197
eBooks  Universitas Indonesia Library