Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Didan Tarmansyah
Abstrak :
ABSTRAK
Nyeri pasca pembedahan masih menjadi masalah utama diseluruh dunia, nyeri ini menimbulkan ketidaknyamanan pasien, memperlambat penyembuhan, memperpanjang waktu perawatan dan menimbulkan komplikasi lainnya. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang nyeri dan penatalaksanaanya terhadap sikap perawat dalam menurunkan nyeri pada pasien pasca pembedahan di ruang perawatan RSUP Perasahabatan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analitik Korelatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang diambil 102 orang dengan Simple Random Sampling. Analisis pada penelitian ini menggunakan analisis Spearman. Hasil penelitian ini Terdapat Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Nyeri dan Penatalaksanaaanya terhadap Sikap Perawat dalam Menurunkan Nyeri pada Pasien Pasca Pembedahan di RSUP Persahabatan Jakarta dengan nilai P=0,003 ?=0,05 . Disarankan perawat untuk tetap meningkatkan pengetahuan dan sikapnya dalam penatalaksanaan nyeri pada pasien pasca pembedahan sehingga dapat menjaga kualitas pelayanan keperawatan di Rumah Sakit.
ABSTRACT
Pain post operative is still recognized as a main problem in the world. The pain generally leads to a state of discomfort feeling, delay healing, prolonge length of stay. This study examined the correlation between nurses knowledge regarding pain and its management towards nurses attitude to reduce pain in patients post operative in ward RSUP Persahabatan. The design of this study using correlational descriptive with cross sectional approach. This participants of this study consisted of 102 nurses with simple random sampling method. The result of Spearman analysis indicates that there is a correlation between nurses knowledge regarding pain and its management towards nurses attitude to reduce pain in patients post operative in ward RSUP Persahabatan Jakarta, with p value 0,003 0,05 . Recomendation for nurses is to keep improving knowledge and atttude regarding pain and its management towards patients post operative in order to improve the quality of health care service in hospital.
2017
S68861
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berri Primayana
Abstrak :
Latar Belakang : Kejadian AKI Acute Kidney Injury pascabedah akan meningkatkan morbiditas, mortalitas dan lama perawatan di rumah sakit. Diagnosis AKI ditegakkan berdasarkan kriteria AKIN. Kondisi dan manajemen perioperatif sangat mempengaruhi kekerapan AKI pascabedah. Tujuan : Mengetahui hubungan faktor komorbiditas prabedah dan jenis operasi sebagai prediktor AKI pascabedah elektif yang dirawat di ICU RSCM. Metode : Penelitian kohort retrospektif menggunakan data dari rekam medis pasien yang dirawat di ICU pascabedah elektif antara Januari 2014 hingga Desember 2015. Seratus satu pasien diikutkan dalam penelitian dari total 1739 data pasien yang didapatkan. Diagnosis AKI ditegakkan dengan keriteria AKIN. Data diolah menggunakan perangkat lunak SPSS dengan uji Chi Square dan Independent T test. Hasil : Analisis dilakukan pada 101 pasien dari 1739 populasi terjangkau. Insiden AKI didapatkan sebesar 44,6 . Diagnosis AKI ditegakkan dengan penurunan jumlah urin sesuai dengan Stage 1 AKI berdasarkan AKIN. Rata-rata usia AKI didapatkan sebesar 50,44 13,7 tahun p=0,304 . Analisis berdasarkan masing-masing variabel didapatkan kekerapan AKI pada diabetes melitus sebesar 50 p=0,633 , penyakit jantung sebesar 40,7 p=0,641 , hipertensi sebesar 46,9 p=0,749 , dan operasi intraabdomen sebesar 61,9 p=0,072 . Kesimpulan : Dari variabel yang diteliti tidak ada hubungan faktor komorbiditas prabedah dan jenis operasi sebagai prediktor AKI pascabedah elektif yang dirawat di ICU RSCM.
Background Postoperative Acute Kidney Injury AKI will increase the risk of patient rsquo s morbidity, mortality and or prolonged the hospital stay. In this study, the diagnosis of AKI was made based on The Acute Kidney Injury Network AKIN criteria. Perioperative patient condition and management influenced the incidence of postoperative AKI. Aim To determine the relationship between preoperative patient rsquo s comorbidities and surgical procedure with the incidence of postoperative AKI in patients who were admitted in ICU RSCM immediately after surgery. Methods A retrospective cohort study using consecutive patients who underwent elective surgery with postoperative ICU admission from January 2014 to December 2015. A total of 1739 patients were collected from medical record, and 101 patients were included for the study. The included patients were segregated using AKIN diagnosis criteria and the relationship variables were analyzed using Chi Square test and Independent T test. Results The incidence of AKI in this study were 44.6 , in which all of them were diagnosed as AKI Stage I, based on decrease in urine output as stipulated by AKIN criteria. The average age was 50.44 13.7 years old p 0.304 . The incidence of AKI in patients with diabetes mellitus was 50 p 0.633 , heart disease 40.7 p 0.641 , hypertension 46.9 p 0.749 , and intra abdominal surgery 61.9 p 0.072 . Conclusion There were no relationship between patient rsquo s preoperative comorbidities and surgical procedure with the incidence of AKI postoperatively in patients admitted in ICU RSCM.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Samardiyah
Abstrak :
Penyakit kongenital atau kelainan bawaan pada anak dan neonatus merupakan urutan kelima penyebab kematian di dunia pada anak dan neonatus. Pada tahun 2015 ada sekitar 303 ribu bayi baru lahir meninggal dunia dalam waktu 4 minggu setelah kelahiran setiap tahun, di seluruh dunia karena kelainan bawaan. Polusi udara serta ketidakadekuatan nutrisi pada masa kehamilan menjadi salah satu penyebab terjadinya kelainan bawaan. Tatalaksana pada kelainan bawaan salah satunya adalah dengan prosedur pembedahan. Jenis pembedahan yang sering dilakukan pada anak adalah pembedahan gastrointestinal. Pembedahan memiliki banyak risiko, diantaranya mual muntah pasca bedah. Mual muntah pasca bedah pada anak merupakan masalah yang dapat menimbulkan kecemasan pada orang tua serta dapat mengakibatkan dehidrasi dan lamanya masa pemulihan. Terapi musik merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi mual muntah pasca bedah pada anak. Terapi musik efektif dapat menurunkan mual muntah dan kebutuhsn terhadap antiemetik pada anak pasca bedah. Hasil pemberian terapi musik pada pasien anak pasca bedah berupa penurunan terhadap keluhan mual muntah dan peningkatan perasaan rileks pada anak. Oleh karena itu penanganan mual muntah pasca bedah pada anak perlu disertai dengan pemberian terapi musik sebagai terapi non farmakologis sebagai teknik distraksi dari ketidaknyaman fisik akibat mual muntah.
Congenital disease or congenital abnormalities in children and neonates is the fifth cause of death in the world in children and neonates. In 2015 there were around 303,000 newborns died within 4 weeks of birth each year, worldwide due to congenital abnormalities. Air pollution and nutrient insufficiency during pregnancy are among the causes of congenital abnormalities. Management of congenital abnormalities is one of them is a surgical procedure. The type of surgery that is often done in children is gastrointestinal surgery. Surgery has many risks, including postoperative nausea and vomiting. Postoperative vomiting in children is a problem that can cause anxiety in the elderly and can lead to dehydration and the length of the recovery period. Music therapy is one of the actions that can be done to overcome postoperative nausea and vomiting in children. Effective music therapy can reduce vomiting nausea and the need for antiementics in postoperative children. The results of the provision of music therapy in postoperative pediatric patients in the form of a decrease in complaints of nausea vomiting and increased feelings of relaxation in children. Therefore handling postoperative vomiting in children needs to be accompanied by the provision of music therapy as non-pharmacological therapy as a distraction technique from physical discomfort due to nausea and vomiting.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andana Haris R
Abstrak :
Pendahuluan. Pemberian cairan karbohidrat oral prabedah dan mengurangi durasi puasa merupakan salah satu komponen dari enhanced recovery after surgery (ERAS). Namun, data penelitian mengenai pemberian cairan karbohidrat oral prabedah pada populasi anak masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efek pemberian cairan karbohidrat elektrolit oral dan air putih 1 jam prainduksi terhadap kadar glukosa darah pada anak yang menjalani pembedahan abdomen bagian bawah. Metode. Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar tunggal yang mengikutsertakan 44 pasien anak yang menjalani pembedahan abdomen bagian bawah. Sampel dilakukan pengelompokan dengan metode randomisasi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah anak yang diberikan cairan karbohidrat elektrolit oral prabedah. Kelompok kedua adalah anak yang diberikan cairan air putih prabedah. Kedua kelompok dilakukan tiga kali pemeriksaan glukosa darah, yaitu pascainduksi, akhir pembedahan, dan hari I pascabedah, serta elektrolit darah saat pascainduksi. Kedua kelompok dilakukan uji hipotesis untuk melihat perbedaan rerata kadar glukosa darah dan general linear model (repeated measure) untuk melihat tren perubahan kadar glukosa darah selama perioperatif. Selain itu, kedua kelompok dilakukan uji hipotesis untuk melihat perbedaan kadar elektrolit darah pascainduksi sebagai luaran tambahan. Hasil. Tidak terdapat perbedaan kadar glukosa darah yang bermakna antara kelompok anak dengan pemberian cairan karbohidrat elektrolit oral 1 jam prainduksi dan kelompok anak dengan pemberian air putih oral 1 jam prainduksi saat pascainduksi, akhir pembedahan, dan hari I pascabedah (nilai p >0,05). Tidak terdapat perbedaan kadar elektrolit yang bermakna antara kelompok anak dengan pemberian cairan karbohidrat elektrolit oral 1 jam prainduksi dan kelompok anak dengan pemberian air putih oral 1 jam prainduksi saat pascainduksi (nilai p >0,05). Terdapat perbedaan yang bermakna antara volume pemberian cairan pada kelompok pemberian karbohidrat elektrolit oral (median 300 mL, IQR 150 mL) dan air putih (median 200 mL, IQR 200 mL) (nilai p <0,05). Tidak ditemukan kejadian regurgitasi dan aspirasi pneumonia pada kedua kelompok saat induksi anestesia. Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan kadar glukosa darah perioperatif yang bermakna antara kelompok anak dengan pemberian cairan karbohidrat elektrolit oral 1 jam prainduksi dan kelompok anak dengan pemberian air putih oral 1 jam prainduksi. ......Introduction. Preoperative oral carbohydrate electrolyte administration and reducing of clear fluid fasting duration are components of enhanced recovery after surgery (ERAS). However, studies related to preoperative oral carbohydrate electrolyte administration in pediatric elective surgery patients are still limited. This study aimed to evaluate the effects of 1 hour preoperative oral carbohydrate electrolyte fluids on blood glucose in pediatric lower abdominal surgery. Methods. Fourty four patients were randomly allocated to either carbohydrate electrolyte fluids (intervention group) or water fluids (control group). Blood glucose of both groups were analysed at three time points; postinduction, end of surgery, and postoperative day 1. Electrolytes of both groups were also analysed at postinduction. The results were analysed to evaluate mean differences of blood glucose and general linear model to evaluate the trend of blood glucose consecutively as primary outcome, and electrolytes as secondary outcome. Results. There are no significant differences on blood glucose levels between group with 1 hour preoperative oral carbohydrate electrolyte fluids and 1 hour preoperative oral water fluids postinduction, end of surgery, and day I postsurgery (p value >0,05). There are no significant differences on electrolyte levels between group with 1 hour preoperative oral carbohydrate electrolyte fluids and 1 hour preoperative oral water fluids postinduction (p value >0,05). There are significant differences on preoperative volume fluids between group with carbohydrate electrolyte fluids (median 300 mL, IQR 150 mL) and water fluids (median 200 mL, IQR 200 mL) (p value <0,05). There are no regurgitation and pneumonia aspiration events on both groups. Conclusion. There are no significant differences on perioperative blood glucose levels between group with 1 hour preoperative oral carbohydrate electrolyte fluids and 1 hour preoperative oral water fluids.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lathifany R. W.
Abstrak :
ABSTRAK
Mobilisasi dini pasca operasi merupakan salah satu intervensi yang penting pada periode pasca operasi yang dapat mempersingkat hari rawat LOS dan mencegah komplikasi post operasi. Namun demikian, mobilisasi pasca operassi merupakan elemen asuhan keperawatan yang kadang terlupakan. Tujuan penulisan adalah untuk menganalisis intervensi program mobilisasi dini pada klien Ny.S 60 tahun dengan lumbal spinal stenosis L4-L5 pasca operasi dekompresi dan pemasangan TLIF Transforaminal Lumbar Interbody Fusion dengan riwayat hipertensi, obesitas dan foot drop dextra. Intervensi dilakukan selama lima hari perawatan yang meliputi edukasi kesehatan, latihan kekuatan otot, mobilisasi di tempat tidur, hingga mobilisasi jalan dengan menggunakan walker. Hasil pelaksanaan intervensi adalah kemampuan klien dalam mobilisasi meningkat yang ditunjukan dengan pencapaian 6 dari 8 skor JH-HLM John Hopkins Highest Level of Mobilty yaitu klien mampu berjalan lebih dari 10 langkah dalam 5 hari perawatan. Selain itu, kondisi umum klien meningkat yaitu secara fisik meliputi: klien lebih aktif untuk merubah posisi dan bergerak, keluhan nyeri dan kelelahan jarang, mengatakan lebih nyaman dan tubuhnya tidak kaku ; emosional meliputi: mood tampak baik, kecemasan untuk mobilisasi minimal, kooperatif dalam program mobilisasi , dan sosial meliputi: peningkatan tingkat kemandirian klien untuk mobilisasi, keluarga berpartisipasi aktif dalam mendukung dan mendampingi klien dalam program mobilisasi . Hasil analisis menunjukan bahwa intervensi program mobilisasi dini pasca operasi berdampak positif terhadap hasil perawatan pasca operasi klien sehingga perlu menjadi prioritas dalam asuhan keperawatan pasca operasi.
ABSTRACT
Early postoperative mobilization is one of the most important interventions in the postoperative period that can shorten length of stay LOS and prevent postoperative complications. However, postoperative mobilization is the most frequently overlooked element of nursing care. The purpose of the writing was to analyze the early mobilization program on the Ny.S 60 years old client with Lumbar L4 L5 spinal stenosis post decompression and TLIF Transforaminal Lumbar Interbody Fusion installation with history of hypertension, obesity, and foot drop dextra. Interventions were performed for five days of care that included health education, muscle strength training, bed mobilization, to out of bed mobilization using walkers. The result of the intervention was client rsquo s ability to mobilize has increased which has been shown in the achievement of 6 of 8 JH HLM score John Hopkins Highest Level of Mobilty which client can walked more than 10 steps within 5 days of treatment. Client rsquo s general condition also improved which physical aspect including the client were more active to change position and moved, rare to complaint pain and tiredness, said more comfortable and her body more relaxed emotional aspect including good mood, minimal anxiety during mobilization, cooperative in mobilization program , social aspect including the level of client independence for mobilization increased, the family actively participated in supporting and assisting clients in the mobilization program . The results of the analysis showed that the intervention of early postoperative mobilization program had a positive impact on client rsquo s postoperative outcomes, therefore it needs to be a priority interventions in postoperative nursing care.
2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library