Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 531 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arijanto Salmoen Wargadinata
"Korosi adalah proses alami yang terjadi pada material logam yang berakibat menurunnya kekuatan dari material logam tersebut. Proses korosi yang terjadi secara alami ini sangat sulit dihindari , usaha yang dilakukan hanyalah menghambat laju korosi yang terjadi dengan cara melakukan pencegahannya. Penggunaan pelat baja sebagai pilihan material suatu peralatan teknik, sering didatangkan dari mancanegara mengingat kwalitas /standard dari material tersebut belum diproduksi didalam negeri. Kasus yang dijumpai dilapangan menjelaskan bahwa, didalam gudang penyimpanan Tanjung Periuk didapatkan tidak kurang dari 20 % jumlah import material pelat baja dengan standard JIS G 3101 yang sesuai dokumen penyerta terserang korosi. Penelitian di lakukan terhadap sampel pelat baja JIS G 3101, guna mengetahui sebab terjadinya korosi pada material tersebut dan menjawab sampai sejauh mama pengaruhnya terhadap perubahan kekuatan material pelat baja itu."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wara Dyah Pita Rengga
"Unsaturated Polyester Resin (UPR) mempunyai sifat elektrik, kimia, dan mekanik yang baik. UPR dapat dipakai dalam beberapa aplikasi dan digunakan untuk berbagai peralatan, misalnya pipa air, kontainer, tangki penyimpanan, gedung, komponen otomotif, dan lambung kapal. Perilaku Korosi Glass Fiber-Reinforced Plastic (GRP) UPR dalam lingkungan basa, khususnya KOH dan NaOH, perlu diselidiki. UPR yang digunakan adalah Yukalac 150 HRBQTN jenis isophthalatic (UPR-iso). Untuk mengetahui perilaku GRP (UPR-iso) tersebut, spesimen direndam dalam larutan KOH dan NaOH.
Penentuan ketahanan korosi GRP (UPR-iso) mengacu pada ASTM C 581-94. Dalam penelitian, diamati perubahan hardness, ketebalan, berat, dan retensi Flexural Strength dan retensi Flexural Modulus. Selain itu juga analisis dengan uji FTIR, SEM-EDX.
Dalam penelitian diperlukan pembuatan GRP(UPR-iso), dimana fiberglass yang digunakan adalah E-glass sebanyak 2 lapis dan C-glass sebanyak 2 lapis. Setelah itu laminat tersebut dipotong menjadi spesimen_ Pada tepi samping spesimen dilapisi vinyl ester Spesimen tersebut direndam dalam larutan 10%, 25%, 50% berat KOH dan NaOH pada suhu 50°C. Spesimen direndam dalam tabung reaksi dan dipanaskan pada waterbath. Interval waktu yang digunakan adalah 1, 2, 3, 6, 18, 29, 39 hail.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seat mekanik (hardness, flexural strength, flexural modulus) GRP(UPR-iso) menurun dan sifat fisik (tebal dan berat) meningkat terhadap waktu. Pada lingkungan KOH, semakin besar konsentrasi penurunan sifat mekanik dan penambahan sifat fisik semakin besar. Sedangkan dalam lingkungan NaOH, pads konsentrasi 25%, penurunan seat mekanik dan penambahan seat fisik, lebih tinggi dibandingkan 10% dan 50%. Semakin lama waktu perendaman dan semakin besar konsentrasi, degradasi fisik dan kimia lebih cepat. Pengecualian pada 50% NaOH, mobilitasnya sudah mulai menurun dibandingkan 25% dan 10%, sehingga proses degradasi lambat dan sedikit.
Perbandingan antara penyerangan KOH dan NaOH terhadap GRP(UPR-iso) adalah lebih tinggi NaOH pada konsentrasi 10% dan 25%, sedangkan pada konsentrasi 50% lebih tinggi KOH. Hal ini dikarenakan BM NaK. Semakin besar konsentrasi, pendegradasian semakin cepat. Pengecualian pada 50% NaOH, mobilitasnya sudah menurun jika dibandingkan 50% KOH.
Pada GRP(UPR-iso) terjadi perubahan warna dari merah muda ke kuning/coklat, dan tidak transparan. Pada spesimen yang telah direndam terbentuk lapisan terkorosi pada bagian permukaan (corroded layer forming).
Mekanisme terjadinya korosi pada GRP(UPR-iso) dalam larutan basa adalah degradasi fisik dan degradasi kimia. Degradasi fisik adalah proses absorbsVdifusi larutan basa ke dalam GRP(UPR-iso) dan terjadinya proses osmosis dalam void. Sedangkan degradasi kimia adalah terjadinya berkurang atau hilangnya gugus ester karena reaksi hidrolisis oleh basa menjadi anion karboksilat dan alkohol.

Unsaturated polyester resin (UPR) has good electrical, chemical and mechanical properties. UPR can be used in various applications and equipments, such as water pipes, containers, storage tanks, buildings, automotive components, and ship hulls. The corrosion behavior of glass-fiber reinforced plastic (GRP) UPR in alkaline environment, especially KOH and NaOH, will be observed. The UPR used is Yukalac 150 HRBQTN, an isophthalatic UPR_ The specimens will be submerged in KOH and NaOH solutions to find out about GRP (UPR-iso) corrosion behavior.
ASTM C 581-94 is used to determine the GRP (UPR-iso) corrosion resistance. The observed parameters are changes in hardness, thickness, weight, flexural strength retention, and flexural modulus retention. Additional analysis is done with FTIR, SEM-EDX tests.
The GRP (UPR-iso) is created by using 2 layers of E-glass and 2 layers of C-glass, cut into specimens and coated with vinyl ester. The specimens are then submerged in test tubes filled with 10%, 25% and 50% weight KOH and NaOH solutions. The test tubes and the specimens are continuously heated at 50°C using water bath. The observed time intervals are 1, 2, 3, 6, 18, 29 and 39 days.
The results showed that GRP (UPR-iso) mechanical properties (hardness, flexural strength, flexural modulus) weakened the longer it stays in the alkaline solutions while its thickness and weight increased. In KOH solutions, higher concentrations lead to larger weakening of mechanical properties and larger increase in thickness and weight. In NaOH solutions however, it was the 25% solution and not the 50% solution, that exhibited the biggest weakening of mechanical properties and highest increase in thickness and weight. Overall, increasing concentrations and increasing time spent submerged will accelerate the physical and chemical degradation of GRP (UPR-iso). The exception is 50% NaOH solution. At this concentration, the solution's mobility decreased compared to 25% and 10% solutions which slows down the degradation.
When comparing degradations in KOH and NaOH solutions with similar concentration, NaOH caused more degradation at 10% and 25% solutions, white KOH caused more degradations at 50% solution. This is due to Sodium having higher molecular weight than Potassium, thus making Sodium's molarity bigger than Potassium's. Larger alkaline concentrations caused faster degradations with the exception of 50% NaOH solution because of the drop in mobility compared with 50% KOH solution.
Another observed difference is the color change from translucent pink to yellow/brownish. The submerged specimens have corroded layer forming on the surface.
The corrosion mechanism of GRP (UPR-iso) in alkaline solution is by physical and chemical degradation. Physical degradation is the process of absorption/diffusion of alkaline solution into GRP (UPR-iso) and the occurrence of osmosis in the void. While chemical degradation is the decrease or loss of esters because of hydrolysis by alkaline into alcohols and carboxylate anions.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14719
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alia Badra Pitaloka
"Fiber Reinforced Plastic (FRP) sudah banyak digunakan di berbagai bidang, seperti konstruksi bangunan, industri perkapalan, dan berbagai saluran pipa (pipeline). Penggunaan FRP sebagai bahan konstruksi di industri seperti tangki penyimpan, pipa, dan lain-lain sudah mulai berkembang. Sebagai bahan yang lebih tahan korosif dibandingkan dengan logam, maka FRP berpotensi untuk dipakai sebagai bahan konstruksi tangki penampung zat-zat kimia korosif, seperti asam nitrat dan hidrogen peroksida, yang pada saat ini masih banyak menggunakan logam.
Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap korosi glass fiber-reinforced unsaturated polyester resin jenis orto (UPR-fiber glass) dengan gelcoat di dalam larutan asam nitrat (HNO3) 40%, 50%, dan 60% dan hidrogen peroksida (H2O2) 10%, 20%, dan 30%. Perendaman dilakukan pada suhu 50°C. Setelah spesimen direndam di dalam larutan selama waktu tertentu, dilakukan analisis terhadap larutan dan spesimen yang tersisa.
U PR-fiber glass yang telah direndam di dalam larutan asam nitrat dan hidrogen Feroksida mengalami penurunan sifat mekanik, yang meliputi kekerasan (Barcol), flexural strength, dan flexural modulus. Pada awal perendaman terjadi penambahan berat spesimen sampai waktu tertentu dan kemudian mengalami penurunan. Selain itu larutan perendam juga mengalami penurunan konsentrasi. Secara visual, UPR fiber glass mengalami perubahan warna. Di dalam larutan HNO3, sisi UPR-fiber glass dengan gelcoat berubah warna dari biru menjadi hijau muda, sementara sisi U PR-fiber glass tanpa gelcoat berubah dari Bening menjadi kuning. Di dalam larutan H2O2, sisi gelcoat mengalami perubahan warna dari biru menjadi biru muda sampai putih kebiruan sementara pada sisi UPR-fiber glass tanpa gelcoat terlihat garis-garis putih yang tak lain adalah serat galas. Dengan menggunakan SEM, dapat dilihat kerusakan struktur fisik spesimen yang telah direndam di dalam larutan HNO3 dan H2O2.
Dengan menggunakan FT-IR, dapat diperkirakan reaksi yang terjadi pada UPR-fiber glass di dalam HNO3 adalah reaksi hidrolisis gugus ester menjadi karboksitat dan alkohol, reaksi oksidasi gugus alkohol menjadi asam karboksitat dan keton, dan reaksi pembentukan alkil nitrat. Sementara pada UPR-fiber glass di dalam H2O2 dapat diperkirakan terjadi reaksi oksidasi alkohol yang menghasilkan senyawa karboksilat, aldehid dan keton.

Fiber Reinforced Plastics (FRP) has been used in a wide range of applications such as building construction, shipbuilding industries, and various pipelines. The using of FRP as a construction material in industries, such as storage and pipes, has been developing. FRP as a material which has more corrosive resistant than metal, has a potential usage in industrial application, especially in the implementation of FRP for nitric acid and hydrogen peroxide environment.
This research is to observe corrosion behavior of glass fiber-reinforced orthophthalic unsaturated polyester resin with gel coat in nitric acid (HNO3) and hydrogen peroxide (H202). The concentration of HNO3 and H2O2 are [40%, 50%, and 60%] and [10%, 20%, and 30%], respectively, the immersion temperature was 50°C. After the specimens are immersed in the solution for a certain length of time, the analysis of the remaining solution and the specimen was performed.
UPR-fiber glass which has been immersed in the nitric acid and hydrogen peroxide solutions underwent a decrease of mechanical properties. These mechanical properties consist of hardness (Barcol), flexural strength, and flexural modulus. On the beginning of the immersion, the weight specimen was gained for a certain time, and then gradually decreased. The immersion solution concentration was decrease as well. By visual observation, the color of UPR was changed. in nitric acid solution, the side of UPR with gel coat turned from blue into light green. In the same condition, the part of UPR without gel coat changed from colorless into yellow. In hydrogen peroxide solution, the side of UPR with gel coat turned from blue into light blue, and finally into bluish white. While at the other side, the fiberglass in a form of white lines was also seen. Through SEM observation, the deterioration of the specimen's physical structure after immersion in a certain time into the solution can be seen.
From infrared spectra (FTIR), it is expected that the reactions occurred to UPR in the nitric acid solution were a hydrolysis reaction of ester groups into carboxylic and alcohol, oxidation reaction of alcohol group into carboxylic acid and ketone, and the forming of nitric alkyl. Regarding the UPR in a hydrogen peroxide, it is predicted that an oxidation reaction of alcohol resulting in carboxylic, aldehyde, and ketone groups, occurred.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14716
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Heat traetment fluence to intergrannular corroson succeptibility of stainless stell type 316. Stainless steel was used in nuclear industry as cladding of Liquid Metal Fast Breeder Reactor (LMFBR), which operation temperature above 500oC. According to the theory, resistence of stainless steel type 316 is good enough, but in the high temperature tend to influence by intergranular corrosion.. The sensitization degree of stainless steel type 316 (SS 316) was calculated by potentiostat using potentiodynamic method, and was to observed by scanning electron microscope (SEM)...."
[s.l]: [s.n], 2008
AJ-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dandit Panggih Triharto
"Penggunaan material austenitik stainless steel 316L untuk asam asetat yang mengandung ion bromida pada pabrik terephthalic acid mengalami kebocoran yang disebabkan terjadinya korosi sumuran pada pipa. Untuk mengatasinya dilakukan penggantian dengan material yang lebih tahan korosi. Material yang dipilih adalah SUS 317L karena material ini memiliki kandungan molibdenum yang lebih tinggi. Studi ketahanan korosi sumuran SUS 317L harus dilakukan untuk dapat mengevaluasi efektivitas penggantian material dari SUS 316L menjadi SUS 317L. Studi alternatif material lain selain SUS 317L juga dilakukan dan material yang diujicobakan adalah material yang memiliki nilai pitting resistance number yang lebih besar dari SUS 317L yaitu SUS 329J dan hastelloy C-276. Hasil studi menunjukan SUS 317L masih akan mengalami korosi sumuran seperti halnya SUS 316L dalam lingkungan asam asetat yang mengandung ion bromida. SUS 329J tidak mengalami korosi sumuran sedangkan hastelloy C-276 memiliki ketahanan korosi sumuran yang paling baik. Lapisan pasif yang terbentuk pada Hastelloy C-276 stabil dan didapatkan logam ini tidak mengalami korosi pada lingkungan asam asetat yang mengandung ion bromida.

Utilization of austenitic stainless steel SUS 316L for acetic acid solution with bromide solution that have been applied for terephthalic acid plant was leakage due to pitting corrosion. To handle this problem replacement of SUS 316L with SUS 317L was conducted. Higher molybdenum content compare with SUS 316L, SUS 317L supposed to more resistant for pitting corrosion. To evaluate the effectiveness of replacement SUS 316L with SUS 317L, study of pitting corrosion for SUS 316L and SUS 317L have been conducted. Alternative material for SUS 316L replacement also have been conducted by higher pitting resistant number material compare with SUS 317L, SUS 329J, and hastelloy C-276 was selected. Result of this study shown that SUS 317L still object of pitting corrosion same as SUS 317L under acetic acid with bromide ion environment. SUS 329J had better pitting corosion resistance due to higher molibdenum content, pitting corrosion not happen for this material. Hastelloy C- 276 is the best for pitting corrosion resistant with higest molibdenum content, this material very superior compare with SUS 316L, SUS 317L ans SUS 329J."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27510
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Indradjaja
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T39817
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidiq Ruswanto
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T39731
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Surdakim
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T39742
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Handayani Syukri
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T39769
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Hari Suryawan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T39750
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>