Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Maulana
"Isu pemanasan global dan meningkatnya permintaan energi telah menyebabkan peningkatan minat dunia akan sumber energi terbarukan. Hal tersebut memotivasi banyak peneliti untuk mengembangkan pendekatan teknologi baru yang berusaha untuk mengubah air yang berlimpah menjadi oksigen dan hidrogen menggunakan energi foton sebagai pendorong utama. Pada penelitian ini, preparasi fotoanoda BiVO4 terintegrasi TiO2 dengan mediator redoks berupa pewarna komersial Indoline D102 dan ko-katalis oksidasi air berupa copper (II) meso-tetra(4- karboksifenil) porfirin atau CuTCPP dilakukan untuk meningkatkan aktivitas fotoelektrokatalitik dari semikonduktor BiVO4. TiO2 akan bertindak sebagai pendukung untuk transfer muatan dari pewarna organik ke ko-katalis. Pewarna organik yang digunakan adalah Indoline D102 karena relatif murah disebabkan prosedur persiapan sederhana dan tidak adanya logam yang mahal. Dibandingkan dengan pewarna Ru-kompleks, D102 memiliki koefisien extinction molekul yang jauh lebih tinggi dan karenanya membutuhkan matriks oksida yang lebih tipis dan sejumlah kecil pewarna yang diimobilisasi. Sedangkan ko-katalis untuk oksidasi air yang digunakan adalah CuTCPP karena terdiri dari unsur-unsur yang berlimpah di bumi dan beberapa penelitian menggunakan kompleks CuTCPP sebagai elektrokatalis telah menunjukkan kinerja yang sangat baik untuk kinetika oksidasi air. Fotoanoda BiVO4/TiO2/Pewarna organik-CuTCPP mampu meningkatkan densitas photocurrent pada potensial oksidasi air secara termodinamik (0,82 V vs NHE pH 7) di bawah iradiasi 100 mW cm-2. Hasil pengukuran menunjukkan densitas photocurrent sebesar 0,103 mA cm-2 yang diperoleh selama 600 detik pengukuran dalam suhu ruang. Fotoelektrokatalisis menggunakan fotoanoda BiVO4/TiO2/Pewarna organik-CuTCPP menghasilkan oksigen sebanyak 10 μmol dengan efisiensi faraday oksigen mencapai 97% dan juga menghasilkan hidrogen sebanyak 17 μmol.

The issues of global warming and increasing demand for energy have led to growing worldwide interest in renewable energy sources. Those issues have motivated many researchers to establish new technological approaches, which seek to convert abundant water to oxygen and hydrogen using photon energy as the main driver. In this study, preparation of BiVO4 photoanode integrated by TiO2 modified with indoline dye D102 as redox mediators and copper(II) meso-tetra(4-carboxyphenyl)porphyrin or CuTCPP as co-catalyst for light-driven water oxidation is used to enhance photoelectrocatalytic activity of BiVO4 semiconductor. TiO2 acts as support layer for charge transfer from organic dye to co-catalyst. Organic dye used in this study is indoline D102 because relatively cheap due to a simple preparation procedure and the absence of an expensive metal. Compared to Ru-complex dyes, D102 has much higher molecular extinction coefficient and thus require thinner oxide matrix and a smaller amount of immobilized dye. While molecular water oxidation co-catalyst used in this study is CuTCPP because it consists of elements that are abundant on earth and some researches using the CuTCPP complex as an electrocatalyst have shown excellent performance for water oxidation kinetics. BiVO4/TiO2/Organic Dye-CuTCPP photoanode can improve the photocurrent density at the thermodynamic water oxidation (0,82 V vs. NHE pH 7) under 100 mW cm- 2 irradiation. The photocurrent density result is about 0,103 mA cm-2 for 600 seconds measurement at room temperature. The photoelectrocatalysis by BiVO4/TiO2/Organic Dye-CuTCPP photoanode produces 10 μmol evolved oxygen at 97% Faradaic efficiency and also produces 17 μmol hydrogen."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Blackburn, John O.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia , 1988
333.79 BLA e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Chasanah
"Perubahan struktur ekonomi di Indonesia dari pertanian ke industri serta meningkatnya aktivitas ekonomi diberbagai sektor sangat mempengaruhi laju peningkatan konsumsi energi di sektor industri dan transportas, termasuk sektor rumah tangga. Selama ini, 90% kebutuhan energi dipenuhi melalui eksploitasi sumber daya energi yang tidak terbarukan, dan setengahnya berasal dari minyak bumi.
Peningkatan konsumsi energi yang semakin tinggi, mendorong bangsa Indonesia untuk tetap menjaga keseimbangan antara pasokan dan cadangan energi nasional dengan laju permintaan terhadap energi itu sendiri. Apabila terjadi kelidakseimbangan antara cadangan dan laju permintaan, cadangan energi akan terkuras habis dengan cepat.
Dalam upaya pemenuhan kebutuhan energi Nasional, peranan atau kegiatan diversifikasi energi menjadi sangat penting. Diversifikasi energi diarahkan untuk penganekaragaman pemanfaatan energi, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan, dalam rangka optimasi penyediaan energi nasional yang paling ekonomis dan untuk mengurangi laju pengurasan sumber daya hidrokarbon untuk secara nasional mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya (maximum net benefit) sehingga pembangunan berkelanjutan dapat terlaksana.
Indonesia masih memiliki potensi/sumber daya yang belum banyak dikembangkan untuk menghasilkan energi (energi surya, tenaga air, tenaga angina, panas bumi, biomassa, hingga berbagai bentuk energi samudra). Sumber energi ini disebut sumber Energi Terbarukan (ET) karena sifat persediaannya yang tidak terbatas atau tidak habis. ET dari segi lingkungan sangat ramah. Hampir semua ET tidak menghasilkan gas rumah kaca (GRK) bila dikonversikan ke bentuk energi lain, kalau ada yang menghasilkan kadarnya jauh lebih kecil dibanding energi fosil.
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk melihat kondisi kebijakan ET serta implementasi di lapangan: (2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam keberhasilan pengembangan dan pemanfaatan ET: serta (3) Untuk mencari masukan atau strategi yang dapat digunakan untuk optimasi pengembangan dan pemanfaatan ET.
Penelitian ini dipandu dengan hipotesis kerja bahwa: Kepemimpinan yang berpihak pada ET serta aturan ET yang jelas mempunyai pengaruh yang kuat terhadap keberhasilan pengembangan dan pemanfaatan ET di lapangan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, melalui survey, dengan pengambilan sampel purposif berdasarkan pada keahlian (expert), keterlibatan (involvement), pengalaman (experience) serta dapat dipercaya (accountable), dimana peneliti melibatkan 30 orang termasuk 11 ahli dibidang energi, sebagai responden / nara sumber yang mewakili golongan: DPR, LSM, Investor, Pemerintah, Masyarakat / Assossiasi. dan Akademisi. Penentuan responden dilakukan di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya (Depok. Tangerang, Bogor dan Bandung).
Penelilian ini menggunakan teknik kuesioner secara terstruktur dan tertutup, untuk melihat kondisi kebijakan dan implemenlasi ET di lapangan. Penelitian ini juga dilakukan melalui wawancara terbuka untuk menjawab pertanyaan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan upaya pengembangan dan pemanfaatan E disamping tetap mcngacu pada studi pustaka, untuk menjawab pertanyaan tentang strategi kebijakan yang dianggap paling efektif untuk optimasi pengembangan dan peralatan ET, kuesioner tersusun berdasarkan metode AHP yang terdiri dari 3 (tiga) hirarki, yaitu manfaat, sasaran, serta alternatif kebijakan ET.
Untuk melihat kondisi kebijakan dan implementasi ET, penulis menggunakan teknik analisis kuantitatif kualitatif, sedangkan untuk mencari strategi optimasi dalam pengembangan dan pemanfaatan ET, penulis menggunakan teknik analisis data melalui pendekatan Proses Analisis Hirarki (Analytical Hierarchs Process / AHP) dengan bantuan perangkat lunak Expert Choice Versi 9,
Hasil dari penelitian menyimpulkan sebagai berikut:
1. Kondisi Kebijakan dan implementasi ET saat ini adalah:
(a) Secara keseluruhan baik kebijakan maupun implementasi energi angin "tidak memuaskan": (b) Kebijakan energi dan implementasi surya secara umum "tidak memuaskan"; (c) Beberapa kebijakan dan implementasi energi air mempunyai kategori tertinggi "cukup": (d) Untuk semua kebijakan dan implementasi energi biomass mempunyai kategori tertinggi "tidak memuaskan": (e) Kebijakan energi panas bumi mempunyai kategori yang bervariasi, walaupun masih didominasi oleh kategori ?tidak memuaskan?. sedangkan implementasi secara keseluruhan "cukup" kecuali untuk keterlibatan masyarakat "tidak memuaskan".
Dalam hal kinerja institusi 54% responden menyatakan "tidak memuaskan" dan 3% menyatakan "memuaskan". Koordinasi antar instansi terkait, 50% responden menyatakan koordinasi tersebut "tidak memuaskan" dan 3% menyatakan "sangat memuaskan". Untuk level kebijakan, 53% responden menyatakan bahwa ET seharusnya diatur dalam bentuk UU. 30% melalui PP, masing-masing 7% melalui Kepmen dan Keppres: serta 3% melalui ketentuan lain.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan dan pemanfaatan ET adalah: regulasi/peraturan, harga energi, implementasi, financial, pajak / fiscal, insentif, serta kerjasama antar stakeholder.
3, Optimasi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi terbarukan
a. Analisis Hasil Simulasi AHP: berdasarkan pada manfaat maka, manfaat ekonomi memiliki nilai tertinggi (53%): manfaat ekologi (33%); serta manfaat sosial (14%). Untuk manfaat Ekonomi, strategi yang paling relevan untuk dilaksanakan adalah pemanfaatan ET di lokasi setempat (energi lokal) dengan nilai 56%: konservasi energi (32%); dan program langit biru (12%). Untuk Manfaat Ekologi, strategi yang dapat diharapkan adalah pemerataan energi (67%: investasi (23%): dan eksternalitas (10%). Sedangkan manfaat social strategi yang perlu diperhatikan adalah kepemimpinan (65%): manajemen (23%); serta kelembagaan (12%).
b. Rekomendasi Kebijakan: secara keseluruhan alternatif kebijakan yang diharapkan dapat mendukung upaya optimasi pengembangun dan pemanfaatan ET, adalah: (1) Kebijakan Harga Energi: (2) Pengembangan Kapasitas: (3) Standarisasi dan Sertifikasi.

Energy Policy within the Framework of Renewable Energy Development and Utilization Transformation of Indonesia's economic structure from agriculture to industry and improvement of economic activities al the various sectors has the consequence to the increasing of energy consumption at the industry, transportation and household sectors. All this time, 90% of energy demands have been complied with exploitation of non renewable energy resources and hailer it comes from petroleum.
The intensity of energy consumption enormously needs to serious action to keep harmonizing between stock & supply of- the national energy and demand or energy. If any unbalancing between stock and speed of demand. it will lead to energy resources depletion promptly. Therefore, the role of energy diversification activities to meet national energy demand will be important things.
Energy diversification is aimed to diversify and expand energy utilization both renewable and non renewable, in the framework of optimizing the national energy supply economically and to reduce hydrocarbon depletion for national maximum net benefit, hence the sustainable development will be performed.
Indonesia has potentially resources that have not developed yet to generate the energy, i.e. solar, Hydro, wind, geothermal, biomass and ocean (thermal and wave). They are identified as renewable energy (RE) resources, because or their characteristics are unlimited and environmental friendly. All of RE resource almost not produce green house gas (GHG) if converted to other type of energy (if any the content of GHG is lower than fossil fuel).
The objectives of research are: (1) to look into the description between polio: and implementation of RE, (2) to find out the elements which being consideration and success factors for development and utilization of RE: and (3) to find out inputs or strategy for optimizing development and utilization of RE.
This research is guided by hypothesis: strong commitment of the Government of Indonesia (GOI) and well-defined of rule of RE have the strong influence to he success factors in the implementation of RE.
Method of this research is descriptive by survey, with purposive sampling bused on expertise, involvement, experience and accountability. This research engaged 30 respondents as resource persons including 11 experts in energy issues and represents of: House of Representative, Non Governmental Organization, Investor, Government, Community/Association, and Academic. This research was held on around of Jakarta (DKI Jakarta- Depok- Tangerang. Bogor clan Bandung),
This research carried out by closed and structured questioner. to obtain description between policy and implementation of RE. This research has confirmed to the potential experts and desk study to answer the factors «hick influenced successful of RE development and utilization. To answer the most effective policy strategy for optimizing RE development and utilization. the questioner composed based on Analytical Hierarchy Process (AHP) method which contain of 3 (tree) hierarchies (benefits, strategies, objectives, and alternatives of RE policy).
Quantitative & qualitative analysis used to obtain description between RE policy and implementation. Analytical Hierarchy Process software version 9 is used to obtain the strategy for optimizing of RE development and implementation.
The conclusions of research are:
1. Description between policy and implementation of RE for the time being are: (a) Wind energy policy & implementation are dominated by "unsatisfied"; (b) Solar energy policy & implementation are "unsatisfied" in general; (c) Policy & implementation of hydro is "sufficient" as a highest category for several issues. Policy for hydro have been supported relatively (Ministerial Degree No. 064.k/40/M.PE/1998); (d) Policy & implementation for biomass energy have a highest category "unsatisfied" for all aspects: (e) Geothermal policy has variant category even though still dominated by "unsatisfied". Policy for geothermal is the most advances among RE policies (Presidential Degree No. 76/2000). This policy has been influenced its implementation, where the geothermal is the one of RE in progress "sufficient'".
Based on respondents: (a) The performance of the Agency of National Energy Coordination (BAKOREN) is 54% "unsatisfied" and 3% for "satisfied": (b) Coordination inter institution related is 50% "unsatisfied" and 3% "very satisfied": (c) Policy level for RE is 53% stated that RE should be regulated in the Act form, 30% in the Governmental Regulation. 7% in the Ministerial Decree, and in the Presidential Decree and others regulation is 3% for others regulation.
2. The factors which influence successful of RE development and implementation are:-regulation; price of energy, implementation: financial aspect: tax/fiscal; incentives: and coordination among stakeholder.
3. The optimizing of RE development and utilization
a. The output of AHP simulation: based on benefits are: economic benefit has a highest value (53%): ecology benefit (33%): and social benefit (14%). Strategies for economic benefit which most relevant to be implemented is utilization of RI= at the local area (energy local) (56%); energy conservation (32%): and blue sky program (12%). Strategies for ecology benefit which could he applied are energy distribution (67%): investment (23%): and externalities (10%i. Strategies for social benefit that need to pay attention are leadership (65%); management (23%): and institution (12%).
b. Alternative Recommendation: policy alternatives that expected to support optimizing RE development and utilization in general are: (1) Policy of energy price: (2) Policy liar capacity building: (3) Standardizes and Certification Policy."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 11377
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Sri Prana
Jakarta: LIPI, 2006
662.88 MAD b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Sampah masih menjadi masalah utama di negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Dari semua jenis sampah yang ada saat ini, sampah yang berasal dari plastik ternyata jumlahnya cukup besar. Penggunaan limbah plastik merupakan alternatif yang memungkinkan sebagai material penghasil energi. Proses cracking merupakan proses untuk mengubah limbah plastik dari rantai alkyl panjang polyolefins menjadi hydrocarbons. 8erbagai penelitian Ielah dilakukan untuk mengurangi limbah plastik tersebut menjadi material yang bermanfaat. Salah satunya adalah mengkonversi limbah plastik menjadi sumber energi. Pada kajian ini, dipaparkan beberapa metode yang leiah berhasil diteliti dalam mengkonversi limbah plastik, diantaranya adalah proses pirolisis (thermal cracking), hydro cracking dan hidroisomerisasi. Selain metode dan proses yang digunakan, jenis katalis yang digunakan dalam proses ternyata mempengaruhi tinggi rendahnya komposisi produk yang dihasilkan yaitu gas, cairan dan padatan yang terbentuk. Dengan dikembangkannya metode tersebut, diharapkan limbah plastik yang selama ini masih menjadi permasalahan serius di masyarakat dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia dan lingkungan."
661 JRI 5:3 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Widodo Wahyu Purwanto
Jakarta: UI-Press, 2007
PGB 0415
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Shea, Cynthia Pollock.
Washington, DC: Worldwatch Institute, 1988
333.794 SHE r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Washington: Hemisphere, 1983
621.47 ALT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Thorf Putra
"Dengan memanfaatkan area yang tersedia pada PT. PAM Lyionnaise Jaya (PALYJA), dapat dibangun suatu sistem untuk melakukan pembangkitan energi listrik berbasis energi terbarukan. Menggunakan modul sel surya untuk melakukan konversi energi foton dari matahari menjadi energi listrik yang dapat memikul beban dari PALYJA. Metode yang dilakukan merupakan studi literatur berupa komputasi besar parameter dari sistem PLTS yang diperlukan untuk dapat menghasilkan besaran energi yang maksimal. Sistem tersebut nantinya akan menopang kebutuhan listrik bagi PALYJA dalam melakukan penyulingan air bersih dan melakukan pendistribusian ke konsumen. Memanfaatkan 400 modul PV, baterai dan inverter, sistem dapat memberikan kontribusi 43.49% hingga 74.82% ketika PV beroperasi secara maksimum.

By utilizing the area available at PT. PAM Lyionnaise Jaya (PALYJA), a system for generating electricity based on renewable energy can be built. Using solar cell modules to convert photon energy from the sun into electrical energy that can carry the load needed of PALYJA. The method implemented is a literature study in the form of computing the parameters of the solar power system needed to be able to produce maximum energy quantities. The system will sustain electricity needs for PALYJA in refining purified water and distributing it to consumers. Utilizing 400 PV modules, batteries and inverters, the system can contribute 43.49% to 74.82% when PV is operating at its maximum."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Daffa El Hakim
"Pada dasarnya, penggunaan energi terbarukan merupakan salah satu solusi untuk menekan permasalahan yang muncul akibat penggunakan pembangkit listrik konvensional, salah satunya pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Namun, umumnya sistem PLTS hanya memiliki efisiensi sebesar 15-20%. Pada rentang nilai ini, dianjurkan untuk sistem tersebut mendapatkan nilai yang tertinggi yang dapat sistem tersebut capai. Penelitian ini berisikan studi aliran daya yang bertujuan untuk menganalisis lokasi optimum untuk implementasi jaringan PLTS dengan cara mengevaluasi nilai dari rugi-rugi yang terjadi pada sistem yang dijadikan objek penelitian (dalam hal ini jaringan kelistrikan Lombok). Studi ini dilakukan dengan cara membuat model (biasa disebut dengan SLD) dari jaringan kelistrikan Lombok. Studi ini dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Electrical Transient Analysis Program (ETAP) versi 12.6.0 untuk melakukan simulasi, kalkulasi, dan memproses data bedasarkan metode Newton-Raphson sebagai acuan dasar perhitungan. Dengan perangkat lunak tersebut, dilakukan simulasi interkoneksi jaringan PLTS sebesar 5 MWp dengan jaringan PLN Lombok. Simulasi tersebut dilakukan beberapa kali dengan variable bebas berupa titik lokasi untuk melakukan interkoneksi tersebut. Ada total 4 titik uji (beruba bus gardu induk) yang dapat di bandingkan keluaran rugi-ruginya. Dari hasil perhitungan dan pemrosesan simulasi tersebut, didapatkanlah hasil perhitungan aliran beban untuk jaringan kelistrikan yang diuji. Hasil perhitungan tersebut berisikan banyak hal, salah satunya adalah susut tegangan dan rugi daya yang dihasilkan terjadi. Dari analisis yang dilakukan, didapatkan skema interkoneksi sistem PLTS dengan sistem jaringan kelistrikan PLN yang dilakukan pada bus Kuta adalah skema yang menghasilkan susut tegangan terkecil, yaitu sebesar 0,17%. Namun, untuk skenario dengan kontribusi PLTS terbesar adalah skenario Paokmotong dengan kontribusi sebesar 99,91%.

Practically, Renewable energy sources have been used as one of the numerous solutions to suppress the problems that occur due to electrical conventional generation, one of the renewable energy is photovoltaic (PV) solar plant. Nevertheless, the photovoltaic system has an average efficiency of around 15-20%. With this range of value, it is highly recommended for the system to gain the maximum efficiency possible. This research consists of load-flow study that aims to analyze the optimum location for solar PV implementation by evaluating the losses of the examined system. The study is performed by modeling the power system of the Lombok electrical network. This study was conducted by modelling the single line diagram (SLD) of Lombok electrical network and by operating the Electrical Transient Analysis Program (ETAP) version 12.6.0 to calculate, simulate, and process the data based on Newton-Raphson's method as the references of the calculation. With that software, the simulations of 5 MWp PV solar panel interconnection on Lombok electrical network model was conducted. The simulations was tried several times with the loaction of the interconnection ad the independent variable. In total, there are 4 possible locations (in the form of substation busses) which losses of each scheme can be compared. By the simulations and calculations are done, the final result of the load flow analysis of the observed systems can be obtained. The final result consist of many things, one of them are voltage-drop and power losses, not only per busses, but also the total of the system. Based on the calculations and simulations of each schemes, shows that the best location for PV implementation on grid-solar power plant interconnected system in Lombok electrical network is on Kuta substation with 0,17% voltage-drop apprears. Nevertheless, the scenario with the highest power contribution is Paokmotong scenario with 99,91% of total power contributed to the load."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>