Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dinar Mayasari
"K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) RS adalah suatu Panitia yang dibentuk untuk menjamin keamanan, kesehatan dan menjaga keselamatan hidup pasien, pegawai dan pengunjung serta lingkungan rumah sakit. Di RS PMI Bogor terjadi kenaikan kecelakaan kerja pada karyawan pada tahun 2009 hingga 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran persepsi karyawan non medis RS PMI mengenai K3 RS pasca akreditasi 12 pelayanan dan faktor-faktor yang berhubungan. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross sectional. Sebanyak 100 self administered questionnaires disebarkan dan hanya 85 kuesioner lengkap yang kembali. Dalam penelitian ini persepsi karyawan non medis yang baik terhadap K3 RS sebanyak 48,2% dan persepsi karyawan non medis yang kurang baik terhadap K3 RS sebanyak 51,8%.
Dari hasil uji chi square, variabel pengetahuan, pengalaman dan lingkungan kerja terkait K3 RS berhubungan dengan persepsi karyawan non medis terhadap K3 RS. Peneliti menyarankan diadakan pelatihan K3 RS untuk karyawan non medis agar lebih memahami mengenai K3 RS.
Occupational Health and Safety (OHS) in hospital is a committee that formed to keep the security, health, and safety life patients, staffs and visitors and hospital environment. In PMI Bogor hospital, work accidents of employee in 2009 to 2011 are increased.
The purpose of this study is to describe non medical staff perceptions regarding Occupational Health and Safety (OHS) in PMI Bogor hospital Post Accreditation 12 Service and related factors. This research is descriptive by using cross-sectional design. Total of 100 self-administered questionnaires distributed and only 85 complete questionnaires were returned. In this study the good perception of non-medical staffs of Occupational Health and Safety (OHS) in Hospital are 48,2% and the bad perception of non-medical staffs are 51,8%.
From the results of chi square test, the variables of knowledge, experience and work environment related to Occupational Health and Safety (OHS) in hospital associated with non-medical staff's perception of the Occupational Health and Safety (OHS) in hospital. Researcher suggests that Occupational Health and Safety (OHS) in hospital committee in PMI Bogor hospital need to conduct training for non medical staffs to get more understanding about Occupational Health and Safety (OHS) in hospital.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Helga Rosianna S.
"Sistem proteksi kebakaran, sarana penyelamatan jiwa dan program pemeriksaan dan pemeliharaan sarana tersebut merupakan bagian dari sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang harus terdapat pada gedung bertingkat khususnya gedung yang merupakan sarana pelayanan kesehatan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemenuhan sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang ada di gedung puskesmas kecamatan Y dan Z terhadap standar. Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Analisis yang dilakukan adalah analisis perbandingan dengan standar Keputusn Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10 tahun 2000, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 26 tahun 2008 dan NFPA 10, 13,14, 25,72 dan 101.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 7 elemen sistem proteksi aktif, 8 elemen sarana penyelamatan jiwa dan 7 elemen program pemeriksaan dan pemeliharaan sarana pencegahan dan penangggulangan kebakaran di puskesmas kecamatan Y tidak sesuai dengan standar. 13 elemen sistem proteksi aktif, 11 elemen sarana penyelamatan jiwa dan 7 elemen program pemeriksaan dan pemeliharaan sarana pencegahan dan penangggulangan kebakaran di puskesmas kecamatan Z juga tidak sesuai dengan standar.

Fire protection system, means of ecsape and inspection and maintenance program of that means is part of means of prevention and control of fire in building especially in health center building.
The purpose of this research is to know the compliance of prevention and control of fire at Puskesmas Kecamatan Y and Z building in 2013 to Indonesian and International standard. Design of this research is observational with cross sectional approach and doing comparison analysis with. Kepmen PU No.10/KPTS/2000, Permen Pu No.28/RTP/2008 and NFPA 10,13,14,25,72 and 101 standard.
The result of this research showed that 19 element of fire protection system, 8 element of means of rescue and 37 element of inspection and maintanance program in Puskesmas Kecamatan Y does not according to the standard. 13 element of fire protection system, 11element of means of rescue and 7 element of inspection and maintanance program in Puskesmas Kecamatan Z does not according to the standard too.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45745
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Tasya
"Dalam setiap aktivitas pertambangan, terdapat potensi bahaya yang menimbulkan risiko terjadinya kecelakaan. Jenis kecelakaan menabrak merupakan kecelakaan yang banyak terjadi pada operasi lalu lintas tambang jobsite PT SS (41%) dan kejadiannya cenderung berulang. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang sistem pertahanan dalam mencegah kecelakaan sesuai dengan kerangka pikir Swiss Cheese Model. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui analisis data kecelakan lalu lintas tambang di salah satu jobsite di PT SS, suatu perusahaan kontraktor pertambangan batubara terbuka, dengan menggunakan Human Factors Analysis and Classification System in Mining Industry (HFACS-MI).
Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap 53 kasus kecelakaan lalu lintas tambang, permasalahan yang banyak ditemukan di antaranya adalah skill-based error, adverse mental states, coordination and communication, inadequate leadership, dan organization process. Dapat disimpulkan bahwa sistem pertahanan yang ada untuk mencegah kecelakaan lalu lintas tambang masih belum optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan sistem pertahanan, baik yang ditargetkan kepada individu ataupun organisasi, agar risiko kecelakaan dapat dikendalikan.

In mining process activities, there are potential hazards that poses a risk to be an accident. Collision is one of accident types that frequently happen on mining traffic operations jobsite PT SS (41%) and it has tendency to occur repeatedly. This study aimed to gain an overview of defences system in preventing accidents according to Swiss Cheese Model framework. The research was conducted with a qualitative approach through mining traffic accident data analysis in one of jobsite in PT SS, an open coal mining contractor company, using the Human Factors Analysis and Classification System in Mining Industry (HFACS-MI).
Based on the analysis of 53 cases of mining traffic accidents, revealed that the most common problems were skill-based errors, adverse mental states, coordination and communication, inadequate leadership, and organization process. It can be concluded that the existing defences system to prevent mining traffic accidents has not been optimal yet. Therefore, defences system improvement, either targeted to the individual or organizational, is needed to control accident risk.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52874
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dzikry Aulia
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan besarnya penalti biaya untuk kecelakaan kerja di proyek konstruksi dan juga bagaimana sistem penalti biaya tersebut diterapkan di Indonesia. Dalam peraturan perundang-undangan Negara Republik Indonesia, yang mencantumkan sanksi kepada perlindungan keselamatan pekerjanya hanya terdapat pada UU No. 1 tahun 1970 di pasal 15 berupa denda senilai Rp 100.000,- dan UU No. 13 tahun 2003 di pasal 86 dan 87 untuk kewajiban perlindungan pekerjanya dan sanksinya terdapat di pasal 190 hanya berupa sanksi administratif. Penelitian ini menggunakan metode analisa kualitatif dengan kuesioner wawancara mendalam yang dilakukan kepada pakarpakar K3. Sistem penalti biaya mencakup pemberian penalti berupa biaya dari pemerintah kepada perusahaan kontraktor yang dalam proyek pekerjaannya terdapat kasus kecelakaan berupa kecelakaan berat tanpa kematian dan kecelakaan berupa kematian. Besarnya penalti untuk kecelakaan berat tanpa kematian adalah Rp 100-250 Juta dan besarnya penalti untuk kecelakaan berupa kematian adalah Rp 250-500 Juta. Penerapan sistem penalti biaya merujuk kepada sistem penalti yang sudah diterapkan di negara Amerika, Inggris, Kanada, Australia, dan Singapura. Penerapan sistem penalti biaya tersebut meliputi dilaksanakannya sistem reward dan punishment, melakukan penambahan tenaga pengawas di lokasi proyek, mekanisme pelaporan kecelakaan dan klaim korban kecelakaan, dan pembentukan lembaga independen dalam pemberian penalti biaya ke pemerintah.

This study aimed to obtain the amount of penalty charges for occupational injuries in construction projects and also how the cost penalty system applied in Indonesia. In the legislation of the Republic of Indonesia, which includes sanctions against safety protection workers only found in Law. 1 in 1970 in Article 15, to a fine of Rp 100.000, - and the Law. 13 of 2003 in chapter 86 and 87 for the liability protection of workers and the sanctions contained in Article 190 only in the form of administrative sanction. This study uses qualitative analysis with questionnaires conducted in-depth interviews to experts K3. Penalty system costs include the cost of giving a penalty to the government contracting company in project work there is a serious accident accident cases with no deaths and accidents in the form of death. The amount of the penalty for severe accidents without death is USD 100-250 million and the amount of penalty to be death accident is USD 250-500 million. Application of the penalty system costs refer to the penalty system that has been implemented in the United states, Britain, Canada, Australia, and Singapore. Application of the penalty system costs include the implementation of reward and punishment system, conducted additional supervisory personnel at the project site, and accident reporting mechanisms accident victims' claims, and the establishment of independent agencies in awarding a penalty fee to the government."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46102
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jane Onyinyechukwu Obodo
"Pengendalian jarak jauh (teleremote operation), yang merupakan engineering control untuk mengurangi tingkat kecelakaan operator Autonomous LHD di PT F, seringkali mengalami productivity loss. Hal tersebut terjadi karena tingginya tingkat kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat, sehingga total downtime hours pada alat tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan operational hours-nya. Penelitian ini memberikan gambaran analisis kecelakaan Autonomous LHD tambang bawah tanah G dari sudut pandang faktor manusia, yaitu dari sisi kegagalan aktif (active failures) dan kegagalan laten (latent failures), untuk mengetahui tindakan tidak aman serta faktor-faktor yang mendasari tingginya tingkat kecelakaan alat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dibuat berdasarkan Human Factor Analysis and Classification System in Mining Industry (HFACS-MI) dengan teknik observasi dan wawancara untuk mengumpulkan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegagalan laten (latent failures) lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan kegagalan aktif (active failures). Kesalahan berbasis keterampilan (skill-based errors) adalah faktor yang paling sering ditemukan pada kegagalan aktif (active failures), sedangkan faktor lingkungan, kepemimpinan, iklim organisasi, dan faktor luar menjadi faktor yang paling sering ditemukan pada kegagalan laten (latent failures).

Teleremote operation, an engineering control to reduce the accident rate of Autonomous LHD operators at PT F, often experiences productivity loss. The situation occurs due to the high accident rate that results in equipment damage, causing the total downtime hours on the equipment is higher than the operational hours. This research provides an overview of the accident analysis of the G underground mine Autonomous LHD from the human factor perspective i.e., in terms of active failures and latent failures, to determine the unsafe acts and the underlying factors of the equipment's high accident rate. The method used in this research is based on the Human Factor Analysis and Classification System in Mining Industry (HFACS-MI) with observation and interview techniques to collect data. The results show that latent failures are more frequent than active failures. Skill-based errors are the most frequently found factor in active failures, while environmental factors, inadequate leadership, organizational climate, and other factors are the most prevalent factors in latent failures."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jonathan Christian
"Tekanan panas merupakan salah satu bahaya keselamatan di tempat kerja yang semakin parah seiring tren pemanasan global. Sektor konstruksi adalah salah satu sektor usaha yang terancam karena karakterstiknya yang melibatkan aktivitas fisik berat, jadwal padat dan area terbuka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor – faktor risiko tekanan panas terhadap kejadian kecelakaan kerja di Proyek Pembangunan Jalan Tol Yogyakarta – Bawen Seksi 1. Identifikasi terhadap faktor risiko yang berhubungan akan memudahkan pihak pemberi kerja untuk melakukan upaya pencegahan yang berguna melindungi pekerja dari risiko tekanan panas. Desain penelitian ini adalah studi potong – lintang dan pengumpulan data faktor risiko dan kecelakaan kerja dilakukan menggunakan kuesioner dan instrumen. Penelitian ini menemukan bahwa iklim kerja (OR =7,431), beban kerja (OR = 3,140), konsumsi air putih (OR = 0,505) dan Shift kerja (OR = 3,652) memiliki hubungan terhadap kecelakaan kerja yang terjadi saat cuaca panas. Berdasarkan hasil studi, peneliti menyarankan pemeberi kerja untuk menyusun rencana aklimatasasi pekerja dan jadwal Shift serta menyediakan akses terhadap air putih kepada semua pekerja.

Heat stress is a safety hazard in the workplace that is getting worse with the global warming trend. The construction sector is one of the business sectors that is threatened because of its characteristics which involve heavy physical activity, busy schedules and open areas. The purpose of this study was to analyze the relationship between heat stress risk factors and workplace accidents in the Yogyakarta – Bawen Toll Road Section 1 Development Project.The research design was a cross-sectional study and data collection on risk factors and occupational accidents was carried out using a questionnaire and instruments. This study found that work climate (OR = 7.431), workload (OR = 3.140), water consumption (OR = 0.505) and work shifts (OR = 3.652) have a relationship to work accidents that occur during hot weather. Based on the study results, the researchers suggest employers to develop a worker acclimation plan and shift schedule, and also provide access to drinking water for all workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arinanda Utomo
"Industri pertanian dan perkebunan (agribisnis) merupakan pilar utama penyediaan sumber makanan global, namun memiliki statistik kecelakaan kerja yang tinggi. Di Indonesia, sektor ini menyumbang 17,4% dari seluruh kecelakaan kerja periode 2019-2021. Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk menganalisis peran kepemimpinan keselamatan dan pembentukan iklim keselamatan yang mempengaruhi performa kinerja keselamatan di industri agribisnis PT. XXX yang bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit. Metode penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif, melibatkan 1332 responden yang dipilih melalui stratifikasi random sampling. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas pekerja menilai kepemimpinan dan iklim keselamatan di tempat kerja sebagai sangat baik, namun ada area yang memerlukan perbaikan. Penelitian memberikan penjelasan bahwa kepemimpinan keselamatan berada pada kategori tinggi, iklim keselamatan juga berada pada kategori tinggi serta performa kinerja keselamatan juga berada pada kategori optimal. Kemudian secara khusus, hasil analisis juga mengungkapkan hubungan signifikan antara Safety Coaching, Safety Caring, Safety Controlling, Commitment to Safety, dan Perceived Risk dengan Safety Performance. Hal ini dapat di lihat pada Safety Coaching (P = 0,001), Safety Caring (P=0,011), Safety Controlling (P = 0,037), Commitment to Safety (P= 0,007), dan Perceived Risk (P = 0,035) menunjukkan hubungan signifikan dengan kinerja keselamatan. Namun, Emergency Response tidak menunjukkan hubungan signifikan (P = 0,244). Disamping itu Safety Coaching merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kinerja keselamatan. Sehingga peningkatan program pembinaan keselamatan sangat penting untuk meningkatkan keselamatan kerja. Hal ini menekankan pentingnya kegiatan pembinaan guna meningkatkan kompetensi dan melakukan peningkatan serta pemantapan dalam pemahaman serta kesadaran dalam manajemen risiko yang efektif untuk menciptakan proses kerja serta lingkungan kerja yang bersinergi dengan aspek keselamatan dan kesehatan kerja.

The agricultural and plantation industry (agribusiness) is a primary pillar of global food supply, yet it has a high rate of occupational accidents. In Indonesia, this sector accounted for 17.4% of all workplace accidents between 2019-2021. This study aims to analyze the role of safety leadership and the establishment of a safety climate influencing safety performance in the agribusiness industry, specifically in PT. XXX, a palm oil plantation company. The research employs a cross-sectional study design with a quantitative approach, involving 1332 respondents selected through stratified random sampling. The results indicate that the majority of workers rate safety leadership and the workplace safety climate as very good, though there are areas needing improvement. The study explains that safety leadership is in the high category, the safety climate is also high, and safety performance is optimal. Specifically, the analysis results reveal significant relationships between Safety Coaching, Safety Caring, Safety Controlling, Commitment to Safety, and Perceived Risk with Safety Performance. This is evidenced by Safety Coaching (P = 0.001), Safety Caring (P = 0.011), Safety Controlling (P = 0.037), Commitment to Safety (P = 0.007), and Perceived Risk (P = 0.035) showing significant relationships with safety performance. However, Emergency Response does not show a significant relationship (P = 0.244). Additionally, Safety Coaching is the most influential variable on safety performance. Therefore, enhancing safety coaching programs is crucial for improving workplace safety. This emphasizes the importance of training activities to improve competence, understanding, and awareness in effective risk management to create a synergistic work process and environment with occupational health and safety aspects."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Tahta Kurniawan
"Kejadian kecelakaan di perusahaan tambang menimbulkan kerusakan properti, cedera ringan, berat, hingga kematian. Demikian pula PT X, yang merupakan perusahaan pertambangan, masih mengalami cedera akibat kecelakaan dengan nilai Total Recordable Injury Rate (TRIR) sebesar 0,168 di Tahun 2020 dan kemudian naik menjadi 0,176 pada Tahun 2021. Salah satu temuan penyebab kejadian kecelakaan ini adalah adanya kegagalan manajemen melakukan kontrol risiko. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor manajemen terhadap kejadian fatalitas di PT X. Quinlan Pathway (2014) yang digunakan dalam analisis kejadian fatal menemukan bahwa ada 3 Quinlan Pathway yang berkontribusi terhadap aspek manajemen yaitu Pathway-4 failures in safety management systems and hazard plan, Pathway-5 failures in auditing, dan Pathway-9 poor management – worker communication and trust. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan tinjauan dokumen kejadian kecelakaan dan audit Tahun 2023, kemudian dilanjutkan dengan survei kuisioner terhadap 396 responden dan wawancara dengan 29 orang yang terbagi ke dalam 11 Divisi di PT X. Hasil tinjauan dokumen kejadian kecelakaan dan audit Tahun 2023 menunjukkan bahwa Pathway 4 failures in safety management systems and hazard plan memiliki temuan paling tinggi. Selain itu, hasil triangulasi survei dan wawancara menunjukkan bahwa nilai Pathway-4 failures in safety management systems and hazard plan memiliki nilai yaitu 7,52 diikuti Pathway-5 failures in auditing memiliki nilai yaitu 7,55, dan nilai Pathway-9 poor management – worker communication and trust memiliki nilai yaitu 7,75. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peluang kegagalan manajemen berkontribusi terhadap kejadian fatalitas. Oleh karena itu, hasil penelitaian ini menitikberatkan rekomendasi terhadap manajemen PT X untuk melakukan risk management yang terintegrasi, melaksanakan investigasi secara memadai, memastikan tim auditor internal memiliki kompetensi yang memadai, serta membangun komunikasi manajemen dan karyawan untuk meningkatkan kepercayaan.

Accidents at mining companies cause property damage, minor and serious injuries and even death. This happened in PT X, which is a mining company, is still experiencing injuries due to accidents with a Total Recordable Injury Rate (TRIR) of 0.168 in 2020 and then increase to 0.176 in 2021. One of the findings that caused this accident was management's failure to control risks. Therefore, the objective in this research was analyze management factors regarding fatality incidents in PT X. The Quinlan pathway (2014) was used in the analysis and found 3 pathway contributing factor i.e. Pathway-4 failures in safety management systems and hazard plans, Pathway-5 failures in auditing, and Pathway-9 poor management – ​​worker communication and trust. This research was carried out by reviewing accident document and audit documents in 2023, then continue with questionnaire survey of 396 respondents, and interviewing 29 people from 11 divisions in PT X. The results of a review of accident documents and audits document in 2023 showed that Pathway-4 failures in safety management systems and hazard plans have the highest findings. Apart from that, the results of survey and interview triangulation show that the Pathway-4 failures in safety management systems and hazard planning has a value of 7.52, followed by Pathway-5 failures in auditing has a value of 7.55, and Pathway-9 poor management – ​​worker communication and trust has a value of 7. 75. These values show that there is a chance that management failure will contribute to fatalities. Therefore, the research outlines the recommendation to PT X management to carry out integrated risk management, to carry out adequate investigations, to ensure internal auditor team has adequate competence, and to build communication that creates trust between management and employee."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Abdurafiud
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26424
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>