Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Ach Hakiki
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tradisi kupatan lebaran yang dibawa diaspora Muslim Jawa ke Malaysia. Tradisi Kupatan merupakan tradisi yang ada pada umat Islam Jawa yang diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga pada masa Kerajaan Demak untuk proses Islamisasi kala itu. Tradisi Kupatan dilaksanakan tujuh hari setelah hari Raya Idul Fitri, dalam bahasa Jawa ketupat atau kupat diartikan sebagai “Jharwa dhosok” yang juga berarti “ngaku Lepat” yakni seseorang harus mampu meminta maaf ketika melakukan suatu kesalahan. Dalam tradisi kupatan, ketupat menjadi hidangan utama, ketupat berbahan dasar beras, dibungkus dengan janur atau daun kelapa muda dengan bentuk persegi empat. Hadirnya tradisi kupatan di Malaysia karena dibawa oleh komunitas diaspora muslim Jawa, masyarakat lokal Malaysia menerima tradisi kupatan karena mereka memiliki beberapa kesamaan dalam tradisi, seperti bahasa, budaya, dan agama, oleh karena itu tradisi kupatan diterima dengan baik dan menghasilkan nilai-nilai positif bagi masyarakat lokal Malaysia. Pada perkembangannya tradisi kupatan lebaran muslim Jawa dalam diaspora muslim Jawa mengalami akulturasi, namun tidak mengubah hal yang bersifat esensial atau makna pada tradisi tersebut, terbukti bahwa tujuan diadakannya tradisi kupatan lebaran masih sesuai dengan makna dan tujuan awal. Tradisi kupatan lebaran diaspora muslim Jawa di Malaysia menjadi sebuah identitas tersendiri bagi diaspora muslim Jawa, karena masyarakat diaspora muslim lain tidak melakukan itu, dan mempunyai ciri khas yang berbeda. Penulis mengambil studi kasus tradisi kupatan lebaran dalam diaspora muslim Jawa di Malaysia untuk mengetahui bagaimana tradisi tersebut mengalamai akulturasi dan sejauh mana tradisi tersebut menjadi identitas bagi diaspora muslim Jawa di Malaysia. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan sumber data kepustakaan. Konsep yang digunakan adalah akulturasi budaya dan identitas budaya.

This study aims to analyze the Eid kupatan tradition brought by the Javanese Muslim diaspora to Malaysia. The Kupatan tradition is a tradition that existed among Javanese Muslims which was introduced by Sunan Kalijaga during the Demak Kingdom for the Islamization process at that time. The Kupatan tradition is carried out seven days after Eid al-Fitr, in Javanese, ketupat or kupat is interpreted as "Jharwa dhosok" which also means "admit Lepat" that is, one must be able to apologize when one makes a mistake. In the kupatan tradition, ketupat is the main dish, a rice-based ketupat wrapped in janur or young coconut leaves in a rectangular shape. The presence of the kupatan tradition in Malaysia was brought about by the Javanese Muslim diaspora community, the local Malaysian community accepted the kupatan tradition because they have several similarities in tradition, such as language, culture and religion, therefore the kupatan tradition was well received and produced positive values for Malaysian local community. In its development, the Javanese Muslim Eid kupatan tradition in the Javanese Muslim diaspora has acculturated, but does not change essential things or the meaning of the tradition, it is evident that the purpose of holding the Eid Kupatan tradition is still in accordance with the original meaning and purpose. The tradition of Eid kupatan for the Javanese Muslim diaspora in Malaysia has become a separate identity for the Javanese Muslim diaspora, because other Muslim diaspora communities do not do that, and have different characteristics. The author takes a case study of the Eid kupatan tradition in the Javanese Muslim diaspora in Malaysia to find out how this tradition has acculturated and to what extent this tradition has become an identity for the Javanese Muslim diaspora in Malaysia. The author uses qualitative research methods, with library data sources. The concept used is cultural acculturation and cultural identity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Schrieke, Bertram Johannes Otto
The Hague: W. Van Hoeve, 1955
309.191 SCH i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
R.M. Koentjaraningrat, 1923-1999
Jakarta: Penerbitan Universitas, 1963
572.795 KOE p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Museum Negeri Sonobudoyo, Dinas Kebudayaan DIY , 2014
069.5 MUS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Museum Negeri Sonobudoyo, Dinas Kebudayaan DIY , 2014
069.5 MUS
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Cin Hapsari Tomoidjojo
Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2012
915.982 CIN j
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Andy Prasetya
"Masjid Kuncen Madiun merupakan masjid yang dibangun beriringan dengan berdirinya Madiun sebagai pusat pemerintahan tahun 1575 oleh Pangeran Timur, selain berfungsi sebagai tempat ibadah, juga sebagai artefak budaya yang merefleksikan proses islamisasi di Madiun. Penelitian ini mengkaji gaya bangunan Masjid Kuncen sebagai representasi akulturasi antara budaya lokal Jawa dan ajaran Islam dalam konteks arsitektur masjid kuno. Metode penelitian yang digunakan mengacu pada pendekatan arkeologi menurut Robert J. Sharer dan Wendy Ashmore (2003) yang meliputi tujuh tahapan. Gaya bangunan Masjid Kuncen menampilkan ciri khas masjid kuno Jawa sebagaimana dikemukakan oleh G.F. Pijper dan Sumijati Atmosudiro, seperti atap tumpang, tidak memiliki menara, soko guru sebagai penopang utama, serta pawestren sebagai ruang ibadah perempuan. Elemen-elemen bangunan seperti, teras, serambi, ragam hias, dan sistem tata ruang mengadopsi rumah tradisional Jawa sekaligus mengintegrasikan arsitektur Islam. Hasil analisis mengungkapkan adanya adopsi bentuk, teknologi, dan ornamen dari budaya lokal Jawa yang kemudian diselaraskan dengan Islam.

Kuncen Mosque in Madiun was established in 1575 alongside the founding of Madiun as a governmental center by Prince Timur. Besides serving as a place of worship, the mosque functions as a cultural artifact that reflects the Islamization process in the region. This study examines the architectural style of Kuncen Mosque as a representation of the acculturation between Javanese local culture and Islamic teachings within the context of ancient mosque architecture. The research method follows an archaeological approach as proposed by Robert J. Sharer and Wendy Ashmore (2003), consisting of seven stages. The architectural features of Kuncen Mosque reflect traditional Javanese mosque characteristics as described by G.F. Pijper and Sumijati Atmosudiro, such as tiered roofs (atap tumpang), the absence of a minaret, soko guru (main pillars), and pawestren (a dedicated prayer space for women). Architectural elements such as terraces, porches, ornamentation, and spatial layout adopt forms from traditional Javanese houses while also integrating Islamic architectural principles. The analysis reveals an adaptation of form, technology, and ornamentation from Javanese local culture that has been harmonized with Islamic values. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library