Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oo Suprijana
"Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh dari macam lemak dalam diet terhadap kemampuan belajar dan komposisi asam lemak otak pada tikus putih. Dalam penelitian ini dilakukan dua eksperimen secara terpisah. Dalam ekperimen pertama, terhadap dua kelompok tikus yang sedang bunting, masing-masing diberikan suatu diet eksperimen (dalam bentuk pelet) yang mengandung 9% lemak yang berupa minyak kelapa atau minyak kedele, dimulai sekitar dua minggu sebelum melahirkan. Setelah disapih kepada anak-anak tikus tetap diberikan diet yang sama dengan induk sampai dilakukan uji kemampuan belajar dan selanjutnya dibunuh Eksperimen kedua dirancang serupa dengan ekperimen pertama kecuali diet yang diberikan disini (berbentuk tepung) mengandung 9% minyak kedele atau minyak ikan Diet yang digunakan dalam penelitian ini adalah isoenergitik dan isonitrogen.
Terhadap anak-anak tikus (jantan don betina dalam berbagai umur) dilakukan apa yang disebut.passive avoidance test, food retrieval test, dan small open field test_Konsentrasi kolesterol don trigliserida dalam plasma darah diukur, dan komposisi asam lemak pada otak don plasma, balk pada tikus induk maupun pada anak-anaknya jugs dianalisis Jika dibandingkan dengan minyak kelapa, minyak kedele menurunkan konsentrasi kolesterol dan trigliserida dalam plasma darah pada tikus induk dan keturunannya yang betina. Pada keturunan yang jantan efek ini hanya terlihat pada minyak ikan jika dibandingkan dengan minyak kedele. Dibandingkan dengan minyak kelapa, minyak kedele secara bermakna meningkatkan median latency dalam passive avoidance test balk pada keturunan yang jantan maupun yang betina Minyak ikan dan minyak kedele memberikan latency yang serupa. Macam asam lemak dalam diet ternyata tidak memberikan dampak terhadap hasil food retrieval test maupun small open field test.
Komposisi asam lemak otak pada tikus induk secara bermakna dipengaruhi oleh macam asam lemak dalam diet. Dibandingkan dengan minyak kelapa, minyak kedele meningkatkan persentase asam linoleat (C18:2n--6) dan asam dokosapentaenoat (C22:5n-3). Sedangkan minyak ikan bila dibandingkan dengan minyak kedele menurunkan konsentrasi asam linoleat, dan asam arakhidonat (C20:4n-6), tetapi meningkatkan konsentrasi eicosapentaenoat (C20:5n-3) dan asam docosaheksaenoat (C22:6n-3). Efek serupa terlihat pada tikus keturunannya, baik yang jantan maupun yang betina. Akan tetapi selain itu bila dibandinghkan dengan minyak kelapa, minyak kedele juga menaikkan persentase asam dokosaheksaenoat dan asam dokosapentaenoat dan menurunkan asam dokosatetraenoat (C22:4 n--6). Pengaruh minyak ikan dalam diet terhadap komposisi asam lemak lipid plasma sangat jelas terlihat balk pada tikus induk maupun keturunannya.
Dapat disimpulkan bahwa pada kondisi ekperimen yang di_terapkan, macam asam lemak dalam diet dapat mempengaruhi kemampuan belajar pada tikus; pengaruh ini tidak tergantung dari aspek ketaj aman penglihatan (visualacuity). Dibandingkan dengan minyak kelapa, minyak kedele meningkatkan kemampuan belajar, sedangkan minyak ikan jika dibandingkan dengan minyak kedele tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan belajar Komposisi asam lemak pada otak dipengaruhi oleh macam asam lemak dalam diet, tapi tidak ada hubungan jelas antara perubahan komposisi asam lemak otak dengan perubahan dalam kemampuan belajar yang disebabkan oleh perubahan macaw lemak dalam diet. Komposisi asam lemak otak juga dipengaruhi oleh asam lemak dalam diet, tetapi tidak ditemukan hubungan yang jelas antara perubahan komposisi asam lemak otak dengan kemampuan belajar pada tikus.

The effects of the type of fat in the diet on learning ability and brain lipid composition in rats have been studied Two separate experiments were performed. In experiment 1 pregnant rats received a purified diet (in pelleted form) containing 9% w/w of, either coconut fat or soybean oil as from two weeks before parturition After weaning the offspring remained on their mother's diet until they were tested and subsequently killed. In the second experiment, a similar design was fopllowed out, but the diets (in meal form) contained either 9% w/w soybean oil or fish oil The diets used were isoenergetic and isonitrogeneous.
With the offspring (males and females at different ages) the so called passive avoidance test, food retrieval test and small-open-field test were performed. In blood plasma of dams and offspring, plasma cholesterol and triglyceride concentrations were determined Fatty acid composition of whole brain and plasma from both the dams and offspring was analyzed. Soybean oil versus coconut fat and fish oil versus soybean oil were found to lower group mean plasma concentrations of cholesterol and triglycerides in the dams and female offspring_ In the male offspring, however, this effect was seen only for fish oil versus soybean oil. Soybean oil versus coconut fat significantly increased median latency in the passive avoidance test in both male and female offspring_ Fish oil and soybean oil in did produced similar latencies_ The type of fat in the diet had no impact on results of the food-retrieval test or small-open-field test.
Brain fatty acid composition in the dams was significantly affected by the type of fat in the diet. Soybean oil versus coconut fat significantly raised the percentage of linoleic acid (C18.2n-6) and that of docosapentaenoic acid (C22.5n--3)_ Fish oil versus soybean oil lowered the amount of linoleic acid and arachidonic acid (C20=4n-6) but elevated the proportion of eicosapentaenoic acid (C20:5n-3) and docosahexaenoic acid (C22;6n-3)_ In the offspring similar effects were seen, but soybean oil versus coconut fat also raised percentage of docosahexaenoic acid and fish oil versus soybean oil lowered that of docosatetraenoic acid (C22:4n-6). The impact of fish oil on fatty acid composition of plasma lipids was-quite obvious.
It is concluded that under the experimental conditions applied, the type of fat in the diet may influence learning ability in rats, this influence being independent of any aspect of visual acuity_ Compared with coconut fat, soybean oil improved learning ability, whereas fish oil and soybean oil did not differently influence learning ability The fatty acid composition of whole brain lipids was influenced by diet, but there was no clear relation between changes of brain fatty acid composition and changes in learning ability as induced by altered dietary fat type.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1992
D347
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pola makan, khususnya asupan asam lemak dapat merupakan informasi yang sangat berarti dalam memberikan pengertian atau penjelasan mengenai peranan hubungan diet dengan penyakit-penyakit kronis, khususnya pennyakit jantung koroner (PJK). Desain penelitian ini adalah “cross sectional”. Informasi dikumpulkan untuk dapat menggambarkan asupan nutrien khususnya asupan asam lemak pada 4 (empat) kelompok etnik yaitu: etnik Minangkabau, Sunda, Jawa dan Bugis. Persentase asam lemak jenuh terhadap total energi sekitar 20% pada keempak kelompok etnik ini.Persentase asam lemak tidak jenuh majemuk terhadap total energi berkisar diantara 4.4% sampai 4.6% pada kelompok etnik Sunda dan Jawa.Sedangkan pada kedua etnik lainnya, persentase asam lemak tidak jenuh majemuk terhadap total energi lebih rendah, 2.6% pada suku Minangkabau dan 2.8% pada suku Bugis. Persentase asam lemak tidak jenuh tunggal terhadap total energi lebih tinggi pada etnik Sunda dan Jawa (6.1% vs 5.5%) Sedangkan persentase asam lemak tidak jenuh tunggal terhadap total energi pada kedua etnik lainnya Minangkabau dan Bugis lebih rendah (2.6% vs 2.8). Berdasarkan ratio dari asam lemak tidak jenuh majemuk dengan asam lemak tidak jenuh tungal dan dengan asam lemak jenuh, dapat disimpulkan bahwa suku Minangkabau dan Bugis memiliki kualitas pola diet asupan lemak yang kurang baik. Selain kurang baiknya pola diet asuapan lemak, suku Minangkabau juga mengkomsumsi total asupan lemak yang cukup tinggi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suku Minangkabau mempunyai risiko tinggi terhadap dislipidemia dibandingkan dengan ketiga kelompok etnik lainnya. (Med J Indones 2005; 14:242-8)

The use of dietary pattern specifically fatty acids intake should prove to be an informative and powerful means to augment our understanding of the role of diet in chronic disease particularly CHD. Cross sectional study was implemented to describe the nutrients intake specifically fatty acids intake of 4 (four) ethnic groups in Indonesia, such as Minangkabau, Sundanese, Javanese and Buginese. The percentage of saturated fatty acid (SAFA) to total energy intakes were around 20%. The percentage of polyunsaturated fatty acid (PUFA) to the total energy were about 4.4% to 4.6% among the Sundanese and the Javanese.While among the other two ethnic groups, the percentage of PUFA to total energy were less, 2.6 % among the Minangkabau and 2.8% among the Buginese ethnic. The percentage of mono unsaturated fatty acid (MUFA) to total energy intake were higher among the two ethnic groups, Sundanese and Javanese (6.1% vs. 5.5%). While the percentages of MUFA between the other two ethnic groups Minangkabau and Buginese ethnic were lower (2.6% vs. 2.8%). Based on the ratio of PUFA: MUFA: SAFA, we could consider that Minangkabau and Buginese ethnic groups both had poor quality of dietary fat pattern. Having the poor quality of dietary fat pattern and higher fat intake, we might take into consideration that the Minangkabau ethnic groups, had higher risk toward dyslipidemia compared to the other three ethnic groups. (Med J Indones 2005; 14:242-8)"
Medical Journal Of Indonesia, 14 (4) October December 2005: 242-248, 2005
MJIN-14-4-OctDec2005-242
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Forty-eight male weanling rats (91 g) were utilized to study the nutritional adequacy of cooked polished white rice. Rats
were individually housed, and allowed ad libitum access to one of six treatment diets. Treatment diets were 1) polished
white rice plus 10% casein and 0.18% methionine, CAS, 2) polished white rice, WHR, 3) polished white rice plus
0.45% lysine, LYS, 4) polished white rice plus0.40% methionine, MET, 5) polished white rice plus 0.30% threonine,
THR, 6) polished white rice plus 0.45% lysine, 0.40% methionine, and 0.40% threonine, COM. Rice was cooked prior
diet formulation using a 3 to 1 ratio of water to rice. Vitamins (AIN-76) and AIN minerals were added to all diets to
meet NRC (1978) requirements. Rats fed CAS diets were significantly heavier on d 21 (P<0.05) than rats on COM,
LYS, MET, THR, or WHR diets, (219.9 vs. 171.6, 153.2, 153.2, 148.3, or 155.4 g respectively). Supplementation of the
most deficient essential amino acids, lysine (LYS) or methionine (MET) did not improve (P>0.05) rat performance over
WHR fed rats, Average daily gain (ADG) for CAS was 6.1 g/d and ADG for LYS and MET was 3.0 g/d. The addition
of threonine (THR) significantly (P<0.05) reduced ADG when compared to WHR diets (2.7 vs. 3.0 g/d). When rats
were fed to COM diet significant (P<0.05) improvement in ADG was observed compared to WHR fed rats (4.8 vs. 3.0
g/d). The increased gains achieved with COM diet and the poor gains observed with the single amino acid diets (LYS,
MET, or THR) would suggest that polished white rice is limiting in more than one essential amino acid."
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2003
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Universitas Indonesia, 2001
S29749
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ray Andhika Putra
"Asam 12-hidroksistearat (12-HSA) sebagai bahan baku gemuk pelumas saat ini masih diimpor oleh Indonesia. Sedangkan, data mencatat potensi minyak jarak Indonesia masih sangat besar untuk dikembangkan. Kandungan asam risinoleatnya yang tinggi dapat disintesis menjadi 12-HSA. Pada penelitian ini dilakukan hidrogenasi minyak jarak menjadi hydrogenated castor oil sebagai bahan baku 12-HSA dengan menggunakan katalis nikel dan support zeolit alam. Katalis dipreparasi dengan metode presipitasi menggunakan prekursor klorida. Suhu hidrogenasi divariasikan dari 110-190oC. Hidrogenasi direaksikan pada tekanan rendah, yaitu 2 dan 3 atm. Tingkat keberhasilan hidrogenasi ditentukan dari jumlah pemutusan ikatan rangkap yang ditunjukkan oleh penurunan bilangan iodin dan kenaikan titik tuang. Penelitian ini berhasil menurunkan bilangan iodin minyak jarak dari 81 menjadi 61 dan menaikkan titik tuangnya dari -10°C menjadi -4°C. Produk yang terbaik didapat pada hidrogenasi dengan suhu 150°C dan tekanan 3 atm dimana konversinya mencapai 24,84%.

12-hydroxystearic acid (12-HSA) as a raw material for grease is still imported by Indonesia. Meanwhile, the data noted potential of castor oil in Indonesia is still very huge to be developed. Its high ricinoleat acid content can be synthesized into 12-HSA. In this research, we carried out the hydrogenation of castor oil to be hydrogenated castor oil as raw material of 12-HSA using nickel catalyst and natural zeolite support. The catalysts were prepared by precipitation method using chloride precursor. Hydrogenation temperature was varied from 110-190°C. Hydrogenation reacted at low pressure approximately 2 and 3 atm. The success rate of hydrogenation is determined from the termination of the double bond indicated by iodine value decreasing and pour point increasing. The research was successful in reducing the iodine value of castor oil from 81 to 61 and raising the pour point from -10°C to -4°C. The best product obtained in hydrogenation with 150°C of temperature and 3 atm of pressure where the conversion reached 24,84%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1944
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mirghani, Z.
"Tujuan: Untuk menganalisis dan mengidentifikasi asam lemak yang ditemukan dalam ?Ghee? buatan sendiri dan
dalam minyak zaitun dan membandingkan dengan asam lemak yang ditemukan dalam bilasan bronkus pada anak
dengan pneumonia lipoid.
Metode: Asam lemak yang ditemukan dalam lemak ?Ghee? dan minyak zaitun dianalisis dengan kromatografi gas. Derivat
metil ester untuk analisis GC disiapkan langsung dari minyak zaitun atau dari Ghee menggunakan metanol-HCl anhidrat.
Bronkoskopi dan lavage bronkoalevolar dilakukan pada delapan anak usia antara 2 dan 4 tahun, semua dengan riwayat
menggunakan Ghee buatan sendiri atau minyak zaitun pada posisi terlentang.
Hasil: Analisis asam lemak dalam Ghee dan minyak zaitun menunjukkan pola kromatografi gas yang sama seperti
pada lavage bronkoalevolar.
Kesimpulan: Ketiga asam lemak terdeteksi bertanggung jawab atas terjadinya pneumonia lipoid. Pneumonia lipoid harus menjadi
salah satu diagnosis banding pada anak-anak yang mengalami gangguan pernapasan.

Abstract
Aim: To analyze and identify the fatty acids found in homemade ghee and in olive oil and compare those to fatty acids
found in bronchoalevolar lavage of children with lipoid pneumonia.
Methods: The fatty acids found in homemade fat ?Ghee? and olive oil were analyzed by gas chromatography.
Methyl ester derivatives suitable for GC analysis were prepared directly from olive oil or from Ghee using anhydrous
methanolic-HCl. Bronchoscopy and bronchoalevolar lavage was performed in eight children aged between 2 and 4
years, all with history of using homemade ghee and/or olive oil in the recumbent position.
Results: The analysis of fatty acids in Ghee and olive oil show similar gas chromatographic pattern as those of
bronchoalevolar lavage.
Conclusion: The three fatty acids responsible for the deleterious effects of lipoid pneumonia were identifi ed. Lipoid
pneumonia should be one of the differentials diagnosis in children presenting with respiratory distress."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Milda Paramita
"Senyawa jay amin hydroxamic acid (JAHA) merupakan senyawa modifikasi dari suberoyl anilide hydroxamic acid (SAHA) yang merupakan senyawa berbasis ferrocene. Hal ini dikarenakan SAHA memiliki banyak efek samping yang merugikan apabila dikonsumsi. Senyawa berbasis ferrocene telah banyak diteliti sebagai agen terapi maupun sebagai obat kanker. Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi senyawa JAHA pada bagian tutup hidrofobik dan kemudian dilakukan penapisan berdasarkan beberapa parameter yakni nilai ΔGbinding dan drugscan. Penelitian ini dilakukan secara in silico dengan menggunakan metode molecular docking dan simulasi dinamika molekular. Berdasarkan penapisan nilai ΔGbinding hampir semua ligan memiliki nilai ΔGbinding lebih rendah dibandingkan SAHA untuk setiap HDAC, tetapi hanya beberapa ligan yang nilai ΔGbinding lebih rendah dibandingkan JAHA. 10-15 ligan terpilih berdasarkan hasil screening nilai ΔGbinding untuk setiap HDAC kelas II. Ligan tersebut kemudian menjalani drugscan yang meliputi : uji bioavailabilitas oral, druglikeness, drugscore, mutagenisitas, karsinogenisitas dan ADMET/tox. Berdasarkan drugscan tersebut terpilihlah 1 ligan terbaik untuk setiap HDAC yakni ligan M0069j untuk HDAC 4, Homo JAHA 2 y untuk HDAC 5 dan 10, Homo JAHA 3 a untuk HDAC 6 dan 7, dan M0286p untuk HDAC 9. Semua ligan terbaik menjalani simulasi dinamika molekular untuk mengamati kestabilan komplek enzim-ligan tersebut. Hasil simulasi dinamika molekular menunjukkan semua komplek enzim ligan stabil pada kurva RMSD sehingga membuktikan bahwa interaksi kompleks enzim-ligan terbaik merupakan salah satu kandidat alternatif sebagai inhibitor potensial histon deasetilase kelas II Homo sapiens.

JAHA as a ferrocene-based compound is the modified compound of suberoyl anilide hydroxamic acid (SAHA). It?s because SAHA has many adverse effect when consumed. Ferrocene-based compounds have been widely examined as a therapeutic agent or as a cancer drug. This study aims to modify JAHA at the hydrophobic cap and then conduct the screening based on several parameters such as ΔGbinding value and drugscan. This study was conducted in silico by using molecular docking and molecular dynamics simulations. Based on screening ΔGbinding value almost all the ligands have ΔGbinding value lower than SAHA for each HDAC, but only few ligands have ΔGbinding value lower than JAHA. Ten until fifteen ligands were selected based on screening result of ΔGbinding value for each enzymes. Then the ligand underwent drugscan screening, and the included parameters are oral bioavailability, druglikeness, drugscore, mutagenicity, carcinogenicity and ADMET/tox. Based on drugscan, one ligand for each HDAC have been selected, which are ligand M0069j for HDAC 4, Homo JAHA 2 y for HDAC 5 and 10, Homo JAHA 3 a for HDAC 6 and 7, also M0286p for HDAC 9. All the best ligands underwent molecular dynamics simulations to observe the stability of the enzyme-ligand complex. The results of molecular dynamics simulations indicated that all the enzyme-ligand complexes are stable showed that at RMSD curve. So, it proved that the interactions of enzyme-ligand complexes is one of the best alternative candidate as a potent inhibitor of histone deacetylase class II Homo sapiens."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42225
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilya Auliy
"Pada penelitian ini, asam risinoleat diesterifikasi dengan dry metanol dan katalis KOH dengan sistem reflux. Metil risinoleat yang terbentuk dioksidasi pada ikatan rangkapnya membentuk diol menggunakan KMnO4 encer dalam suasana basa pada suhu 0oC. Metil risinoleat kemudian diamidasi menggunakan asam amino glisin dan asam amino fenilalanin untuk menghasilkan senyawa lipoamida. Hasil karakterisasi lipoamida yang terbentuk menggunakan FTIR menunjukkan adanya pita serapan ulur N-H dan O-H yang overlaping pada bilangan gelombang 3445,47 cm-1 untuk lipoamida glisin-risinoleat dan 3434,06 cm-1 untuk lipoamida fenilalanin-risinoleat. Selain itu, muncul puncak serapan medium vibrasi C-N pada bilangan gelombang 1217,90 cm-1 pada lipoamida glisin-risinoleat dan 1217,59 cm-1 pada lipoamida fenilalanin-risinoleat. Hal ini menunjukkan ikatan amida yang terbentuk dari proses amidasi. Hasil uji sitotoksik MTT senyawa lipoamida terhadap sel HeLa menunjukkan bahwa nilai IC50 lipoamida glisin-risinoleat sebesar 120 µg/mL yang termasuk ke dalam kategori cukup aktif, sedangkan IC50 lipoamida fenilalanin-risinoleat sebesar 250 µg/mL yang tergolong memiliki sifat sitotoksisitas yang lemah terhadap sel HeLa.

In this study, ricinoleic acid from castor oil was esterified with dry methanol and KOH catalyst using the reflux system. The methyl ricinoleate formed was oxidized on its double bonds to form a diol using dilute KMnO4 under alkaline conditions at 0oC. Methyl ricinoleate was then reacted through amidation process using amino acid glycine and amino acid phenylalanine to produce lipoamides. The results of characterization of lipoamides formed using FTIR showed that there were overlapping N-H and O-H stretch bands at wave numbers 3445.47 cm-1 for glycine-ricinoleate lipoamide and 3434.06 cm-1 for phenylalanine-ricinoleate lipoamide. In addition, the medium absorption peak of C-N appeared at the wave number 1217.90 cm-1 for glycine-ricinoleate lipoamide and 1217.59 cm-1 for phenylalanine-ricinoleate lipoamide. These showed that the amide bonds were formed from the amidation process. The results of the MTT cytotoxic assay of lipoamide compounds against HeLa cells showed that the IC50 value of glycine-ricinoleate lipoamide was 120 µg / mL which was considered quite active, while the IC50 value of phenylalanine-ricinoleate lipoamide was 250 µg / mL which was classified as having weak cytotoxicity properties against HeLa cells"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sagala, Abdiel Sophian Nehemia
"Ester asam lemak-karbohidrat dapat dibuat dari reaksi esterifikasi antara sukrosa dengan asam lemak minyak sawit. Reaksi esterifikasi dilakukan secara enzimatis menggunakan lipase Candida rugosa bebas maupun terimobilisasi pada nanopartikel Fe3O4?Kitosan. Hasil sintesis nanopartikel Fe3O4?Kitosan dikarakterisasi dengan FTIR (Fourier Transform Infra Red). Selanjutnya, lipase diimobilisasi dan diuji persen loading serta aktivitas katalitiknya. Didapatkan persen loading imobilisasi sebesar 31,46%, aktivitas hidrolisis 7,08 U/mL, dan aktivitas spesifik 2,02 U/mg, dengan efisiensi imobilisasi sebesar 4,49%, dan penurunan aktivitas sebesar 95,32%. Pada reaksi esterifikasi menggunakan enzim terimobilisasi dalam pelarut n-heksana dan t-butanol, didapatkan persen konversi ester tertinggi pada rasio sukrosa : asam lemak 1:90 dengan persen konversi masing-masing sebesar 1,23% dan 4,08%.

Carbohydrate-fatty acid ester can be synthesized by esterification reaction between sucrose and palm oil fatty acid. The esterification reaction was carried out enzymatically using free and immobilized Candida rugosa lipase on Fe3O4?Chitosan nanoparticles. The synthesized Fe3O4?Chitosan nanoparticles were characterized by FTIR (Fourier Transform Infra Red). The lipase was immobilized and then the loading percentage and the catalytic activity were determined. The loading percentage of the immobilized enzyme was 31.46% with hydrolytic activity of 7,08 U/mL, the specific activity of 2,02 U/mg, the immobilization efficiency was 4.49%, and the enzyme activity was decreased by 95.32%. In the esterification reaction using immobilized enzyme in n-hexane and t-butanol, the highest ester conversion percentage were obtained by using the ratio of sucrose : fatty acid 1:90 with the conversion percentage of 1,23% and 4,08% respectively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>