Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kunto Wibisono
Abstrak :
Kinerja jaringan nirkabel ad-hoc dalam penelitian ini ditinjau dari sisi mobilitas/perpindahan dan pengaruhnya terhadap sumber daya jaringan. Pergerakan node (node mobility) dalam suatu jaringan ad-hoc multihop secara umum akan meningkatkan penggunaan sumber daya (resources overhead) suatu node ad-hoc. Keterbatasan sumberdaya akan mernpengaruhi pula kualitas dan kuantitas komunikasi data antar node dalam jaringan. Tesis ini bertujuan untuk meneliti pengaruh pergerakan (mobility) dalam suatu jaringan ad-hoc multihop. Pengaruh yang ditinjau dalam hal ini adalah effek handover dari satu node ke node yang lain selama perpindahan terhadap Throughput rata-rata untuk TCP dan UDP, Jitter dan Packet Delivery Ratio untuk UDP Rowe DIZYCOVZUJ Time, Round Tr¢ Time dan Routing Overhead. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pergerakan node mengakibatkan menurunkan kinelja jaringan ad-hoc. Untuk throughput TCP, terdapat penurunan sebesar 51 % untuk satu hop, 38 % untuk dua hop dan 35,6 % untuk 3 hop. Untuk parameter lain seperti, round trip time dan packet delivery ratio terdapat kecenderungan yang sama dimana pergerakan node akan menurunkan meningkatkan RTT, Jitter dan Packer Roaring Overhead, dan pada saat yang sama menurunkan Packet Delivery Ratio. Dari pengujian juga terlihat, bahwa jurnlah node antara (hop) dari node sumber ke node tujuan berpengaruh terhadap kinerja jaringan. Semakin banyak jumlah hop maka akan semakin menurunkan kinerja jaringan karena semakin banyak packet routing yang dikirimkan (routing overhead). Perubahan jumlah hop ini ditandai dengan handover tratik antar node yang menimbulkan kehilangan paket.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16120
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryo Cahyono
Abstrak :
Personal Handy-Phone System (PHS ) merupakan generasi terbaru dari sistem komunikasi bergerak digital yang sedang berkembang pada saat ini. Sistem ini menggunakan teknologi wireless ( tanpa kabel ) dengan teknologi akses TDMA. Perkembangan sistem ini dimulai di negara Jepang dan mulai dikernbangkan di negara lain seperti Australia, Korea dan Indonesia. Dalam penyusunan skripsi ini Kami melakukan pengambilan data dari Perwakilan Nippon Telegraph and Telephone ( NTT ) di Indonesia. Sedangkan untuk perencanaannya diambil daerah sekitar kawasan Arion, Jakarta Timur. Daerah tersebut cukup mewakili daerah keramaian dan urban pada umumnya. Dari data yang ada dihitmmg redaman, perkiraan trafilc dan propagasi daerah tersebut. Berdasarkan perhitungan tersebut jumlah Cell Station yang diperlukan ada 2 yaitu Cell Station yang dipasang diatas gedung dan di ruang bawah tanah. Dengan demikian perancangan di daerah tersebut dapat dilakukan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S38769
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Sugiarti
Abstrak :
Mobile Ad Hoc Network (MANET) merupakan jaringan yang dapat berdiri sendiri, sehingga memungkinkan perangkat mobile dapat membangun komunikasi tanpa adanya infrastruktur pusat. Semakin besamya kebutuhan akan koneksi internet bagi user yang mobile, maka perlu dilakukan interkoneksi antara MANET dengan internet. Interkoneksi antara MANET dengan Jaringan internet dapat dicapai dengan menggunakan Gateway yang berfungsi sebagai penghubung antara MANET dengan internet. Sebelum berkomunikasi dengan internet sebuah mobile node hams mencari rute menuju gateway. Oleh karena itu dibutuhkan mekanisme pencarian gateway (gateway discovery). Ada tiga pendekatan gateway discovery yaitu proactive, reactive, dan hybrid. Pada penulisan tugas akhir ini dilakukan perbandingan terhadap kinerja dari masing-masing metode gateway discovery tersebut dengan mengubah-ubah advertisement interval dari gateway. Routing protocol MANET yang digunakan adalah Ad Hoc On-demand Distance Vector (AODV) yang telah dikembangkan untuk dapat melakukan interkoneksi antara MANET dengan internet. Untuk dapat melihat kinerja dari ketiga metode gateway discovery tersebut maka dilakukan simulasi dengan menggunakan Network Simulator (NS-2). Hasil simulasi untuk skenario yang digunakan pada tugas akhir ini menunjukkan bahwa packet delivery ratio cukup tinggi untuk semua metode gateway discovery, metode reactive memiliki packet delivery ratio 99,996 %, sedangkan proactive dan hybrid gateway discovery 100 _/o. Untuk end-to-end delay metode reactive menunjukkan delay paling besar dari dua metode lain. Untuk overhead AODV metode hybrid menghasilkan overhead AODV yang paling besar.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pada upaya rehabilitasi pascabencana, ketersediaan fasilitas telekomunikasi memiliki peranan yang sangat penting. Namun, proses untuk memperbaiki fasilitas telekomunikasi di daerah bencana memiliki resiko jika dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu, metode jaringan yang dapat bekerja secara efisien, efektif, dan mampu mencapai area seluas mungkin diperlukan. Penelitian ini memperkenalkan sebuah protokol routing berbasis klaster bernama Adaptive Cluster Based Routing Protocol (ACBRP), yang dilengkapi dengan metode Ant Colony Optimization, dan diimplementasikan pada simulator yang dikembangkan penulis. Setelah data dianalisis dan dilakukan uji statistik, disimpulkan bahwa protokol routing ACBRP beroperasi lebih baik daripada protokol routing AODV maupun DSR.
Abstract
In post-disaster rehabilitation efforts, the availability of telecommunication facilities takes important role. However, the process to improve telecommunication facilities in disaster area is risky if it is done by humans. Therefore, a network method that can work efficiently, effectively, and capable to reach the widest possible area is needed. This research introduces a cluster-based routing protocol named Adaptive Cluster Based Routing Protocol (ACBRP) equipped by Ant Colony Optimization method, and its implementation in a simulator developed by author. After data analysis and statistical tests, it can be concluded that routing protocol ACBRP performs better than AODV and DSR routing protocol.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vamik Heriawan
Abstrak :
Saat ini telah dikembangkan baik melalui riset maupun implementasi jaringan wireless yang tidak bergantung pada suatu infrastruktur yang dikenal dengan mobile ad hoc network (Mamet). Manet mempakan jaringan yang memiliki kemampuan untuk mengelola dan mengorganisasi secara mandiri, yang terbentuk dari sekumpulan node yang menggunakan wireless interface mereka untuk melakukan komunikasi antara satu node dengan node yang lain. Setiap node bisa menjadi host ataupun router, sehingga node mampu memforward paket ke node berikutnya. Video streaming merupakan metoda untuk mentransmisikan video dengan sifatnya yang real time, yang artinya pada sisi penerima bisa menyajikan video yang diterima tanpa harus menunggu data keseluruhan secara lengkap. Karakteristik dari video itu sendiri merupakan data yang berukuran besar sehingga dalam pentramisiannya membutuhkan bandwidih yang cukup besar pula. Pada dasarnya, untuk mengatasi keperluan akan jumlah bit yang tinggi ini ada dua cara, Pertama, dengan memperbesar bandwidth pada jaringan, sehingga dapat menyalurkan laju bit tinggi, Kedua, dengan melakukan kompresi atau pemampatan data, yaitu data yang akam ditransmisiskan dikompresi dengan metode tertentu, sehingga membutuhkan jumlah bit yang lebih sedikit. Mengingat keterbatasan bandwidth yang umumnya terjadi pada wireless network, maka untuk pentransmisian video bisa menggunakan cara kedua, yakni menggunakan teknik kompresi, yang salah satunya adalah MPEG. Dari basil pengujian menunjukkan bahwa end-to-end delay dan jitter, baik total maupun rata-rata, untuk MPEG-4 lebih kecil dari MPEG-1 dan MPEG-2, sebelum dan sesudah implementasi TCP SACK_ Packer loss hanya tetjadi pada MPEG-1 transfer rate 236 Kbps, sebelum implemenatsi TCP SACK, yakni sebesar 0.03 %.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Bayuseno
Abstrak :
[ABSTRAK
VANET adalah sebuah jaringan tanpa infrastruktur yang terdiri dari entitas atau node bergerak yang memiliki perangkat wireless untuk berkomunikasi satu sama lain. VANET memiliki topologi yang dinamis yang disebabkan oleh mobilitas dari node-node pada VANET. Dalam simulasi pada vanet dibutuhkan model mobilitas yang mencerminkan keadaan sebenarnya. Model mobilitas menentukan pergerakan dari entitas/node, bagaimana node bergerak, kecepatan dan percepatan dalam VANET. Untuk mencegah kemacetan di jalan raya dilakukan load balancing/pengalihan arus kendaraan untuk membagi trafik kendaraan, dengan satu jalur jalan raya, kepadatan kendaraan akan sangat tinggi, pada topologi grid map dengan load balancing, kepadatan kendaraan dapat berkurang. Pada simulasi didapatkan penurunan kinerja pada model mobilitas grid map dengan load balancing. Pada load balancing, perubahan topologi yang menjadi lebih besar mengakibatkan penurunan kinerja dari load balacing pada model mobilitas gridmap dengan 19,3% pada delay, 5,08% pada packet delivery ratio dan 5,46% pada throughput dalam paramater AODV dan 0,01% pada delay, 12,70% packet delivery ratio dan 12,73% pada throughput dalam parameter DSDV.
ABSTRACT
VANET is an infrastucture less network that consist of entities or mobile nodes that contain wireless device for communicating each other. VANET has dynamic topology due to node mobility. VANET simulation is need mobility model that reflecting the real situation. Mobility model determines the movement of mobile nodes how their location, velocity and acceleration in VANET. To prevent congestion on the road, grip map topology is use to divide the traffic, with the one lane road map, the vehicles density will very high, with load balance grid map topology the vehicles density will separated to other road. On simulation result we get the decrease performance on the load balacing of grid map mobility model. On the load balancing dynamic topology will cause scalability of the network and impact to performance of mobility model. From simulation, load balancing of grid map mobility model has lower performace than common grid map with 19,3% on delay, 5,08% on packet delivery ratio, and 5,46% on throughput with AODV parameters and 0,01% on delay, 12,70% on packet delivery ratio and 12,73% on throughput with DSDV parameters;VANET is an infrastucture less network that consist of entities or mobile nodes that contain wireless device for communicating each other. VANET has dynamic topology due to node mobility. VANET simulation is need mobility model that reflecting the real situation. Mobility model determines the movement of mobile nodes how their location, velocity and acceleration in VANET. To prevent congestion on the road, grip map topology is use to divide the traffic, with the one lane road map, the vehicles density will very high, with load balance grid map topology the vehicles density will separated to other road. On simulation result we get the decrease performance on the load balacing of grid map mobility model. On the load balancing dynamic topology will cause scalability of the network and impact to performance of mobility model. From simulation, load balancing of grid map mobility model has lower performace than common grid map with 19,3% on delay, 5,08% on packet delivery ratio, and 5,46% on throughput with AODV parameters and 0,01% on delay, 12,70% on packet delivery ratio and 12,73% on throughput with DSDV parameters, VANET is an infrastucture less network that consist of entities or mobile nodes that contain wireless device for communicating each other. VANET has dynamic topology due to node mobility. VANET simulation is need mobility model that reflecting the real situation. Mobility model determines the movement of mobile nodes how their location, velocity and acceleration in VANET. To prevent congestion on the road, grip map topology is use to divide the traffic, with the one lane road map, the vehicles density will very high, with load balance grid map topology the vehicles density will separated to other road. On simulation result we get the decrease performance on the load balacing of grid map mobility model. On the load balancing dynamic topology will cause scalability of the network and impact to performance of mobility model. From simulation, load balancing of grid map mobility model has lower performace than common grid map with 19,3% on delay, 5,08% on packet delivery ratio, and 5,46% on throughput with AODV parameters and 0,01% on delay, 12,70% on packet delivery ratio and 12,73% on throughput with DSDV parameters]
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44299
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Indra Rizal
Abstrak :
Sistern telekomunikasi selular gencrasi ketiga akan menggunakan jaringan berbasiskan imerner protocol (IP) untuk melayani penggunanya di masa yang akan datang khususnya layanan multimedia. Untuk itu diperlukan suatu protokol pensinyalan untuk dapat memulai, mengakhiri dan menj aga suatu hubungan pada jaringan tersebut. Beberapa badan standar tengah mengembangkan penelitian untuk jaringan bcrbasiskan IP terscbut dan menggunakan protokol pensinyalan yang telah berkembang dalam inrernet telephony seperti I-L323 dan SIP. Skripsi ini akan membandingkan kedua protokol pensinyalan pada iniernet relephony tersebut pada kompleksitas, ekstensibilitas, skalabilitas sistem dan Quality of Service (Qoé), untuk melihat protokol pensinyalan yang sesuai untuk dipakai pada jaringan generasi ketiga. Dari hasil perbandingan terlihat bahwa SIP mempunyai beberapa kelebihan dari 11.323, sehingga membuat protokol tersebut sesuai bagi jaringan generasi ketiga.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S39734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rolies Eka Putra
Abstrak :
Mobile Ad Hoc Network MANET dapat menjadi platform yang baik dalam penyebaran service Voice over Internet Protocol VoIP. Dengan menggunakan sifat MANET yang memiliki flexibilitas dan mobilitas yang tinggi, sehingga Bagaimana pun, tiap routing protocol memiliki karakteristik dan kinerja yang berbeda dalam men-support voice. Sehingga penentuan routing protocol pada MANET sangat diperlukan agar didapatkan rute data yang paling efisien, dikarenakan VoIP menggunakan transmisi real-time yang memberikan tantangan besar dalam hal persyaratan Quality of Service QoS. Pada skripsi ini akan menunjukan perbandingan kinerja dari routing protocol yaitu OLSR dan GRP pada MANET dalam lalu lintas VoIP. Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi masing-masing routing protocol dengan beberapa indikator QoS seperti delay, network load dan throughput. Simulasi akan dijalankan menggunakan OPNET modeler versi 14.5, di mana tiap routing protocol akan diuji dengan variasi jumlah node, kecepatan gerak node, menjalankan aplikasi VoIP serta penambahan node yang melakukan serangan Blackhole.Hasil simulasi menunjukkan bahwa routing protocol OLSR memiliki kinerja terbaik dari pada routing protocol GRP pada saat jumlah node yang tidak terlalu besar, sedangkan pada jumlah node yang besar dan saat terjadinya serangan Blackhole, routing protocol GRP jauh lebih unggul dikarenakan perubahan variasi parameter tidak memberikan pengaruh yang besar pada routing protocol GRP. ......Mobile Ad Hoc Network MANET could be a good platform for deploying Voice over Internet Protocol VoIP services across multiple application scenarios. However, each routing protocol has different characteristics and performance in supporting voice. So the determination of the routing protocol in MANET is necessary to obtain the most efficient data route, because VoIP uses real time transmission which poses great challenges in terms of Quality of Service QoS requirements.In this thesis will show comparison of performance of routing protocol that is OLSR and GRP at MANET in VoIP traffic. Simulations were performed to evaluate each routing protocol with some QoS indicators such as delay, networkload and thoughput. The simulation will be run using OPNET modeler version 14.5, where each routing protocol will be tested by variation of number of nodes, node velocity, running of VoIP application and addition of nodes that conduct Blackhole attack.The simulation results show that the OLSR routing protocol has the best performance than the GRP routing protocol when the number of nodes is not too large, whereas in the large number of nodes and when the Blackhole attacks occur, the GRP routing protocol is much superior because changes in parameter variation does not give great affect on the GRP routing protocol.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69452
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Bayhaki
Abstrak :
Dalam penelitian ini, dirancang sistem lampu jalan pintar berbasiskan komunikasi nirkabel menggunakan ZigBee 2.4 GHz yang dilengkapi dengan sensor (sensor cahaya, sensor gerak, sensor arus dan tegangan), pembaca waktu dan mikrokontroler sehingga sistem mampu mengatur fungsi kerjanya secara otomatis sesuai dengan waktu dan kondisi lingkungan sekitar. Sistem komunikasi lampu jalan pintar ini menggunakan konfigurasi jaringan ad-hoc untuk mengirimkan informasi data dari setiap titik lampu (node) menuju server. Konfigurasi jaringan ad-hoc membuat sistem lebih fleksibel karena setiap node dapat saling berkomunikasi secara langsung tanpa harus melalui access point. Selain itu, sistem ini juga menggunakan lampu LED serta menerapkan teknologi on-grid yang menggunakan tenaga cahaya matahari sebagai sumber daya utamanya, sehingga mampu menghemat konsumsi energi. Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa sistem telah dapat bekerja sesuai dengan algoritma yang dirancang (algoritma pemilih sumber daya, algoritma fungsi kerja sensor dan lampu serta algoritma komunikasi data). Pada pengujian komunikasi data dari node router ke node coordinator, diperoleh tingkat keberhasilan penerimaan data sebesar 82.085%. Kemudian dari hasil simulasi perhitungan efisiensi sistem didapatkan total penggunaan daya lampu jalan pintar per tahun hanya sebesar 59.09 KWh / lampu. Sehingga sistem lampu jalan pintar jauh lebih efisien dalam konsumsi energi dibandingkan dengan sistem lampu jalan eksisting lainnya.
In this study, the authors designed a smart street lighting system based on wireless communication using ZigBee 2.4 GHz which is equipped with sensors (light sensor, motion sensor, current and voltage sensor), time readers and the microcontroller so that the system is able to regulate its function automatically according to the time and environmental conditions. Smart street lights communication system using Ad-hoc network configuration to transmit the data information of each point of light to the server. Ad-hoc network configuration makes the system more flexible because each node can communicate with each other directly without having to go through an access point. In addition, this system also uses LED lights and apply on-grid technology that uses the energy of sunlight as its primary power source, so it is able to save on energy consumption. From the test results can be seen that the system has been able to work in accordance with an algorithm that is designed (resources switching algorithms, work function of light and sensor algorithms and data communication algorithms). On data communications testing for transmitting data from router node to coordinator node, obtained data reception success rate of 82.085%. Then from the results of the calculation simulation of the efficiency of the system obtained the total power usage of smart street lights per year only amounted to 59.09 KWh / lamp. So the smart street lighting system is much more efficient in terms of energy consumption compared to other existing street lighting system.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44382
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Hanggoro
Abstrak :
Vehicular ad-hoc network merupakan bagian dari MANET yang faktor pergerakannya dibatasi oleh jalan raya dan regulasi lalu lintas. VANET didukung dengan infrastruktur yang diam di satu titik yang dapat membantu dengan beberapa layanan dan juga untuk menghubungkannya jaringan stasioner dikarenakan faktor pergerakan node yang terbatas. Model mobilitas Manhattan merupakan salah satu model mobilitas untuk menggambarkan pergerakan mobile node dari VANET yang peta pergerakannya ditampilkan seperti model perkotaan Manhattan. Pada model ini terdapat algoritma traffic light model (TLM) yang berfungsi untuk mengatur pergerakan dari mobile node saat berada di persimpangan jalan raya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan NS-2.34 sebagai pengatur pengiriman paket data dan VanetMobiSim 1.1 sebagai alat untuk menghasilkan model pergerakan dari model mobilitas Manhattan. Dari hasil simulasi terlihat bahwa nilai end to end delay, dipengaruhi oleh padatnya node dalam suatu jaringan dan juga banyaknya rata-rata hop yang terbentuk dalam setiap rute. Dari segi rasio paket yang terkirim, nilai terbaik didapat pada jarak wireless 190m dengan nilai antara 90% - 99%. Dari segi rata-rata jumlah hop, nilai terbaik didapat pada jarak wireless 150m dengan rata-rata hop yang terbentuk antara 2.5 hingga 5 buah. Dari segi throughput, nilai terbaik didapat pada wireless range 190m dengan nilai maksimum mendekati 12 kbps untuk setiap tingkat kepadatan node. ......Vehicular ad-hoc network is a part of MANET in which the movement factors must take into considerations the road topology and traffic regulations. VANET is supported with fixed infrastructure in a crucial points which can help with a few services, such as a warning messages. It also can connect the network to stationary network. The Manhattan mobility model is one of the mobility model that can generate the map pattern of Manhattan city, which resembles a complex traffic. In this model, there is a Traffic Light Model (TLM) algorithm that can control mobile node movement in intersection. In this work we study the implementation using NS-2.34 for an application to control the packet data sending, and VanetMobiSim 1.1 is used as an application to generate the movement model from Manhattan mobility model. The simulation result shows that the end to end delay is depends on congestion of nodes, average hop in one route and congestion window. The results shows that Manhattan mobility model can reach 140 ms end to end delay on 190m wireless range. From packet delivery ratio Manhattan mobility model can reach score between 90% - 99% in 190m wireless range. The average hop is between 2.5 - 5 in 150m wireless range. Using this model, the throughput which can be achieved is up to 12 kbps.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53835
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>