Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yeni Artanti
"Adaptasi novel ke film atau sebaliknya selalu menimbulkan perubahan sebagai akibat perubahan media dan perubahan interpretasi penulis dan sutradara. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menemukan perubahan unsur-unsur cerita dan penceritaan yang terjadi sebagai akibat adaptasi novel Le Colonel Chabert ke dalam film, (2) dan menemukan dampak yang ditimbulkan perubahan-perubahan tersebut.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan Strukturalisme, yang memfokuskan pada unsur-unsur intrinsik suatu karya. Unsur-unsur novel dan film yang dianalisis dan dibandingkan dalam penelitian ini adalah alur penyajian kedua, alur sebab-akibat, tokoh dan penokohan, latar ruang dan waktu, pada keduanya. Sudut pandang dalam penelitian ini hanya dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat persamaan dan sekaligus perbedaan dalam alur penyajian dan alur sebab akibatnya, tokoh dan penokohan serta latar ruang dan waktu pada novel dan film. Cerita pada keduanya pada dasarnya sama tetapi detil-detil yang berlimpah dan pengulangan-pengulangan perang dalam film Le Colonel Chabert rnembuat film lebih tampak realistis dan padat daripada novelnya. Demikian juga pada ketidakterpusatan penokohan dalam film memberikan kesan bahwa film terasa lebih menyajikan suatu peristiwa yang bisa menimpa semua manusia. Pemadatan latar ruang dan waktu selain karena kebutuhan sinematografis yang bertujuan untuk mengikat penonton pada satu ruang dan waktu yang terbatas, juga mampu menimbulkan kesan yang tampak lebih realistis jika dibandingkan dengan novelnya. Semua perbedaan tersebut menunjukkan adanya perbedaan interpretasi sutradara atas cerita novel Le Colonel Chabert karya Honore de Balzac.

Narrative Changes and Presentation in The Adaptation Into Film of The Novel Le Colonel Chabert : Comparison StudyThe adaptation of any novel into film, or vice verse, always result in some changes due to the change of medium and to the interpretation of the author and the film director. This thesis aims to (1) study the changes in the elements and the presentation of the story that are results of the adaptation of the novel Le Colonel Chabert into film, (2) and study the effect of these changes.
The method used in this analysis is structuralism, focusing on the intrinsic elements of the work. The elements of the story to be analyzed in this thesis are the plot, the characters, the background, and the timing.
The result of this thesis shows that there are similarities and differences in plot, character, time and space and their presentation in the film and the novel. The story remains the same in the film but the discourse slightly changes. But the amount of details, and the number of repetition of the some elements, especially the war event, the abundance of details of the character and space-time in the film increased the realistic impression. The compression of the time of story in the film is pure cinematic consideration due to the limited duration. The whole differences reveal the specific interpretation of the director on the sad story, and the need of cinemato graphical language.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T820
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raras Miranti
"Masalah penelitian ini adalah mengenai strategi adaptasi kelompok musik Tanjidor dalam menghadapi perubahan. Seiring dengan pertumbuhan kota Jakarta sebagai kota metropolitan kehadiran berbagai kesenian (dalam dan luar negeri) semakin semarak hingga ke pelosok-pelosok desa, yang kemungkinan dapat mendesak kesenian setempat.
Seperti halnya pada kelompok musik Tanjidor, karena kehadiran berbagai macam kesenian itu maka kelompok musik Tanjidor semakin terdesak ke pinggiran Jakarta dan juga mengalami perubahan. Perubahan itu sendiri dapat dilihat antara lain adanya pertambahan alat musik yang dimainkan, repertoar yang dimainkan lebih bervariasi, pemainnya yang terdiri atas kaum muda dan generasi tua.
Dengan adanya berbagai macam pengaruh yang ada, termasuk di dalamnya kemajuan teknologi, maka pelaku Tanjidor harus melakukan adaptasi agar tetap bertahan. Masalahnya dapatkah kelompok musik Tanjidor bertahan akibat arus berbagai macam kesenian masuk ke Jakarta? Karena itu penelitian ini dilakukan untuk mendapat jawaban masalah tersebut.
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan cara pengamatan, wawancara, dan dokumentasi visual dan auditif.
Dari hasil pengamatan dan penelitian di lapangan maka dapat dikatakan kelompok musik Tanjidor masih dapat bertahan hingga kini. Walaupun saat ini tawaran main tidak segencar di tahun 1950-an."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12159
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Ngurah Sutapa
"ABSTRAK
Induksi dosis radiasi rendah memungkinkan terjadinya perubahan pada mekanisme sistem sellular dan molekuler, yang dengan kondisi tertentu, dapat memproteksi sel terhadap efek yang ditimbulkan oleh dosis radiasi tinggi yang diterima berikutnya. Fenomena demikian disebut respon radioadaptasi. Telah dilakukan penelitian respons adaptasi pada 80 ekor mencit jantan berumur 37 - 46 hari, dengan berat dalam rentang 23.79 ? 26.66 gram. Sampel mencit dibagi menjadi 4 kelompok, satu kelompok untuk kontrol sedangkan kelompok lainnya diberi perlakuan penyinaran dengan radiasi gamma Co 60, yang selanjutnya disebut perlakuan tanpa adaptasi, adaptasi I, dan adaptasi II. Pada perlakuan tanpa adaptasi, mencit diberi dosis challenges 1.0, 1.5, 2.0, 2.5, dan 3.0 Gy, perlakuan adaptasi I sampel mencit diberi dosis adaptasi 0.1 Gy sebelum kelima dosis challenges, dan perlakuan adaptasi II dosis kelima dosis challenges diberikan 5 menit setelah menerima dosis adaptasi 0.1 Gy. Jumlah leukosit rata-rata mencit kelompok kontrol (9.51 &lusmn; 0.81) x 103/μl. Umumnya pemberian radiasi pada ketiga perlakuan mengakibatkan jumlah lekosit menunun dan linier dengan kenaikan dosis. Penurunan jumlah leukosit tertinggi terjadi pada perlakuan tanpa adaptasi, kemudian diikuti oleh perlakuan adaptasi I dan perlakuan adaptasi II, dengan representasi koefesien linieritas -0.18, -0.15, dan -0.11.
Ini menunjukkan bahwa respons adaptasi meningkat bila ada interval waktu antara pemberian dosis adaptasi dan dosis challenges. Selain respons pada leukosit, telah diteliti pula respons pada berbagai komponen leukosit, antara lain segmen neutrofil dan limfosit yang jumlahnya cenderung sedikit menurun seperti pada leukosit, serta eosinofil, neutrofil, neutrofil batang, dan monosit yang ternyata tidak memberikan perubahan respons yang signifikan pada ketiga perlakuan.

ABSTRAK
Low radiation dose induction might changes the mechanism of cellular and molecular system, with a certain condition; it can protect cells to reduce the effect from subsequent high dose. This phenomenon is called radioadaptive response. In this work radioadaptive response has been investigated to 80 male mice with the age from 37 to 46 days, and the weight from 23.79 to 26.66 grams. These samples were divided into 4 groups, one group was a control, and the other groups were treated with Co 60 gamma radiation which will be called as treatment without adaptive, adaptive I, and adaptive II. To the mice from the group of treatment without adaptive, challenge doses of 1.0, 1.5, 2.0, 2.5, and 3.0 Gy were delivered. The same challenge doses were given to the adaptive I and adaptive II treatment group after direct and 5 minutes receiving the adaptive dose of 0.1 Gy. The number of total leucocyt counts from the control group was (9.51 &lusmn; 0.81) x 103/μl. In general radiation doses decrease the leucocytes counts from the three treated groups and linearly related with the increasing dose. The effect of radioadaptive response of the adaptive II treatment group was relatively highter, which were illustrated by the linear coeffecient of the group without adaptive, adaptive I, and adaptive II with the value of -0.18, -0.15, and -0.11 repectively.
These results indicated that the adaptive response increased when there was interval delivering time between adaptive and challenge dose. It was also found that components of leucocytes such as neutrophyl leucocytes and lymphocytes segments gave lower response with the trend likely the same as leucocytes. Furthermore there were no significant changes of response from the three types of treatment to other components such as eosinophyls, neutrophyl stems, and monocytes."
2010
T29011
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sanders, Julie, 1968-
London: Routledge, 2016
801 SAN a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Rayhana Haniefa
"Coraline 2002 adalah novella yang ditulis oleh Neil Gaiman. Pada tahun 2009, novella tersebut diadaptasi oleh Henry Selick menjadi film animasi. Terdapat beberapa perubahan dalam proses perubahan narasi novella ke naskah film. Salah satunya adalah penambahan karakter yang mempengaruhi perkembangan karakter utama dalam cerita. Jurnal ini memaparkan bahwa karakter tersebut tidak terlalu berkembang jika dibandingkan dengan teks awal dimana hal ini juga mengubah pesan moral. Tujuan dari jurnal ini adalah untuk mengeksplorasi perbedaan dalam proses perkembangan karakter utama novella dan film adaptasinya.

Coraline 2002 is a novella by Neil Gaiman, and in 2009, it was adapted into an animation movie by Henry Selick. There are several changes in the process of rendering the narrative from a novella to a movie, in which one of them is the creation of new characters that affect the protagonist rsquo s development throughout the story. This paper argues that the protagonist in the adaptation has not much developed compared to the source text, so it also changed the moral message. This paper aims to explore the differences in the process of the protagonist to become fully developed between the novella and the movie."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Ananda
"Adaptasi adalah hal lazim yang terjadi dalam dunia perfilman. Seiring bermunculannya film adaptasi, studi mengenai adaptasi juga ikut berkembang dengan diterbitkannya karya-karya akademis para ahli seperti George Bluestone, Cartmell dan Whelehan, serta Linda Hutcheon. Salah satu film tanah air yang merupakan karya adaptasi adalah film Si Mamad (1973) karya Sjuman Djaya. Film karya sineas Indonesia ini merupakan adaptasi dari karya penulis besar Rusia, Anton Chekhov. Salah satu cerpen Chekhov yang berjudul Smert’ Chinovnika (1883) memang terlihat memiliki kemiripan jalan cerita dengan film tersebut. Dengan menggunakan teori adaptasi Linda Hutcheon (2006) yang melihat adaptasi sebagai produk dan proses, penelitian ini akan menelaah masalah mengenai apakah film Si Mamad dapat dilihat sebagai adaptasi cerpen Smert’ Chinovnika yang berlatar Indonesia era Orde Baru. Dengan begitu, hubungan kedua karya dalam kerangka adaptasi Hutcheon dapat ditelaah dan Smert’ Chinovnika dapat diidentifikasi sebagai karya spesifik yang dipilih oleh Sjuman Djaya untuk diadaptasikan menjadi film Si Mamad.

Adaptation is a common phenomenon in the world of motion pictures. As film adaptations continue to emerge, studies on adaptation are also developing with the publication of academic works of scholars such as George Bluestone, Cartmell and Whelehan, and Linda Hutcheon. One Indonesian film which is an adaptation is Si Mamad (1973) by Sjuman Djaya. This film is an adaptation of the work of the great Russian writer Anton Chekhov. One of Chekhov's short stories entitled Smert' Chinovnika (1883) does seem to have a similar storyline to the film. Using Linda Hutcheon’s adaptation theory (2006) which sees adaptation as a product and a process, this study will examine the problem of whether Si Mamad can be viewed as a film adaptation of the short story Smert' Chinovnika which set in Indonesian New Order era. Thus, the relationship between the two works within the framework of Hutcheon's adaptation can be explored and Smert' Chinovnika can be identified as the specific work chosen by Sjuman Djaya to be adapted into the film Si Mamad."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Annisa Hasanah Novitasari
"ABSTRAK
Kontak bahasa dapat terjadi karena banyak faktor, salah satu nya yang terjadi di Indonesia adalah kolonialisme. Gejala yang dapat terjadi karena kontak bahasa adalah campur kode. Penelitian ini membahas wujud campur kode yang terdapat pada film Kartini dan faktor yang melatarbelakanginya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan teori dari Pieter Muysken dan Janet Holmes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat campur kode berwujud dua kata, tiga frasa, satu klausa, serta dua kalimat. Campur kode berwujud reduplikasi dan baster tidak ditemukan dalam penelitian ini.

ABSTRACT
Language contact can occur due to many factors, one of the factors that happens in Indonesia is colonialism. One of the symptoms arises due to language contact is code mixing. This research will discuss about code mixing contained in the film Kartini and the underlying factors. The method used in this study is a qualitative descriptive method and the theorie is from Pieter Muysken and Janet Holmes. The results show that there are two code mixing in the form of word , three phrases, one clause, and two sentences. Mixed code in the form of reduplication and baster was not found in this study."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Widiastuti
"Skripsi ini adalah sebuah penelitian awal tentang fungsi dongeng rakyat dan cerita khayal modern sebagai alat pendidikan anak. Penulisan skripsi ini dilandasi oleh fakta, yang diperoleh dari pengamatan sekilas, bahwa beberapa tahun belakangan ini muncul berbagai cerita khayal modern untuk anak yang kemudian menjadi kesukaan para anak. Melihat hal tersebut timbul pertanyaan, apakah dengan demikian dongeng rakyat masih disukai oleh anak? Apakah perbedaan yang ada antara dongeng rakyat dan cerita khayal modern untuk anak dilihat dari fungsinya sebagai alat pendidikan anak? Untuk menjawab itu semua, saya melakukan analisis terhadap reaksi yang diberikan oleh para narasumber, yaitu murid-murid taman kanak-kanak, setelah mereka mendengarkan pembacaan cerita. Materi cerita-materi cerita yang dipilih adalah tiga buah dongeng rakyat, yaitu Pemusik dari Bremen, Fangeran Katak, dan Si Kerudung Merah, dan sebuah cerita khayal modern untuk anak, yaitu Bye Bye Butterfree, salah satu cerita dari Pokemon seri petualangan. Sedangkan teori yang saya gunakan sebagai dasar untuk menganalisis adalah Teori Cerita Khayal, Teori Sosial Kognitif dari Albert Bandura, dan Teori Perkembangan Kognitif dan Jean Piaget. Dari hasil analisis diketahui bahwa kemampuan anak dalam memahami ide-ide yang terdapat pada dongeng rakyat dan cerita khayal modern untuk anak dipengaruhi oleh kemampuan kognitifnya. Sehingga belum tentu anak dapat memahami semua ide yang terdapat di dalam materi cerita tersebut. Selain itu, juga diketahui bahwa meskipun anak menyukai semua materi cerita yang disajikan, ada satu materi cerita yang lebih diperhatikan oleh anak dibandingkan materi cerita yang lain. Materi cerita tersebut adalah Bye Bye Butterfree. Melihat hal tersebut, juga faktor-faktor lain yang diuraikan dalam analisis pada bab tiga, dapat dikatakan bahwa, dilihat dari fungsinya sebagai alat pendidikan anak, cerita khayal modern lebih menonjol dibandingkan dengan dongeng rakyat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S14791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Holstein, John
Seoul: Seoul Selection, 1982
KOR 895.720 8 HOL y
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>