Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fardzan Rukmana
"Dalam dua dekade terakhir Kota Bekasi mengalami transformasi pesat menjadi wilayah urban. Hal ini dapat dilihat dari meluasnya lahan terbangun, bertambahnya kepadatan penduduk, dan kegiatan ekonomi yang berfokus pada industry dan jasa. Kondisi ini membuat lahan pertanian di Kota Bekasi terbatas, yaitu ditemukan dalam bentuk sawah, lahan kering, dan tanah perkarangan yang tersebar dalam luasan kecil. Kegiatan pertanian di Kota Bekasi masih bertahan karena peranan multifungsi yang dimilikinya, dan dilakukan secara marjinal oleh rumah tangga pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan variasi spasial lahan pertanian urban di kota Bekasi yang terlihat dari pola sebarannya dan karakteristik pelaku serta produksinya. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan analisis spasial deskriptif yang diperdalam dengan adanya survei lapangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertanian Kota Bekasi tersebar akibat minimnya lahan terbuka untuk digarap, lahan pertanian yang sempit ditemukan pada wilayah kota dengan kepadatan penduduk tinggi dan jaringan jalan rapat, begitu pula sebaliknya. Pelaku pertanian didominasi oleh rumah tangga petani gurem dan terkonsentrasi pada wilayah kecamatan dengan luas lahan pertanian yang sedikit. Sementara luas lahan pertanian menjadi faktor penting pada jumlah produksi pertanian namun keterkaitannya berkurang ketika membahas produktivitas yang faktor penentunya tak sebatas luas lahan pertanian belaka.

In the last two decades, Bekasi City has undergone rapid transformation into an urban area. This can be seen from the expansion of built-up land, increasing population density, and economic activities that focus on industry and services. This condition makes agricultural land in Bekasi City limited, which is found in the form of rice fields, dry land, and garden land which are spread over a small area. Agricultural activities in Bekasi City still survive because of their multifunctional role, and are carried out marginally by agricultural households. This study aims to explain the spatial variation of urban agricultural land in the city of Bekasi which can be seen from the distribution pattern and the characteristics of the actors and their production. To achieve this goal, this study uses quantitative methods with a descriptive spatial analysis approach which is deepened by field surveys. The results of this study indicate that agriculture in Bekasi City is spread due to the lack of open land for cultivation, narrow agricultural land is found in urban areas with high population density and dense road networks, and vice versa. Agricultural actors are dominated by smallholder farmer households and are concentrated in sub-districts with a small area of ​​agricultural land. While the area of ​​agricultural land is an important factor in the amount of agricultural production, the relationship is reduced when discussing productivity, the determining factor is not only the area of ​​agricultural land. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftah Fadhilah Auliya
"Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran penting baik di tingkat daerah maupun nasional karena sektor pertanian dapat dijadikan sebagai sektor strategis untuk perencanaan pembangunan saat ini dan masa yang akan datang. Namun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan lahan untuk pemukiman dan aktivitas kependudukan juga semakin meningkat. Hal tersebut menyebabkan terjadinya fenomena alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian, sehingga sisa lahan pertanian harus dimanfaatkan semaksimal mungkin agar hasil pertanian tetap dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana luas areal pertanian basis tanaman pangan, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan perbedaan luasan dasar tanaman pangan rendah dan tinggi. Areal basis yang diteliti adalah areal pangkal tanaman pangan yang mampu mengekspor produksi ke luar batas dengan menggunakan variabel luas tanam, ketinggian, dominasi lereng, pengairan, jarak dari ibu kota kabupaten, dan kepadatan jaringan jalan. Variabel diolah dan dianalisis menggunakan analisis spasial dan statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan pokok tanaman pangan mempunyai karakteristik berdasarkan variabel yang cenderung hampir sama. Setelah dilakukan uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada variabel tertentu yang mempengaruhi luas pangkal tanaman pangan. Setelah dilakukan survey di daerah basis tinggi di Kecamatan Leuwidamar dan daerah basis rendah di Kecamatan Cipanas, yang membedakan jumlah pangkalan di kedua kecamatan tersebut adalah kurangnya minat petani di Kecamatan Cipanas terhadap tanaman pangan, sehingga di Kecamatan Cipanas, hasil kebun seperti manggis, cengkeh, dan ketimun.

The agricultural sector is a sector that has an important role both at the regional and national levels because the agricultural sector can be used as a strategic sector for current and future development planning. However, along with the increase in population, the need for land for settlement and population activities is also increasing. This causes the phenomenon of the conversion of agricultural land into non-agricultural land, so that the remaining agricultural land must be used as much as possible so that agricultural products can still meet the needs of the community. This study aims to analyze how wide the area of ​​basic food crops is, the factors that influence it, and the differences in the basic area of ​​low and high food crops. The base area studied is the base area for food plants capable of exporting production outside the boundary by using variables of planting area, height, slope dominance, irrigation, distance from the district capital, and road network density. Variables were processed and analyzed using spatial and statistical analysis. The results showed that the staple land of food crops had characteristics based on variables that tended to be almost the same. After the statistical test was carried out, it showed that there were no certain variables that affected the base area of ​​the food plant. After conducting a survey in the high base area in Leuwidamar District and the low base area in the Cipanas District, what distinguishes the number of bases in the two sub-districts is the lack of interest of farmers in Cipanas District towards food crops, so that in Cipanas District, garden products such as mangosteen, cloves, and cucumber."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iffa Faliha Dzakiyah
"ABSTRAK
Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karawang mencatat bahwa kekeringan di 14 desa yang tersebar pada 3 kecamatan di Kabupaten Karawang seperti kecamatan Ciampel pada tahun 2015 dan 2019. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis distribusi kekeringan lahan pertanian menggunakan metode Tasseled Cap Transformation (TCT) dan Normalized Difference Drought Index (NDDI) di Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang pada tahun 2015 dan 2019. Penelitian ini menggunakan citra Landsat 8 OLI pada Agustus 2015, September 2015, Juli 2019 dan September 2019. Kekeringan lahan pertanian menggunakan metode TCT menggunakan Brightness Index, Wetness Index, dan Normalized Difference Vegetation Index. Kekeringan lahan pertanian menggunakan metode NDDI adalah rasio antara Normalized Difference Vegetation Index dan Normalized Difference Wetness Index. Hasil penelitian menunjukkan peta sebaran kekeringan lahan pertanian di Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang selama 2015 dan 2019 dengan tiga kelas kekeringan lahan pertanian (kering, cukup kering, dan normal). Daerah yang kering di lahan pertanian pada bulan September 2019 adalah 9.21 km2 dengan akurasi keseluruhan sebesar 86% menggunakan TCT dan 10.54 km2 dengan akurasi keseluruhan sebesar 80% menggunakan NDDI.

ABSTRACT
Drought is the availability of water that is far below the water needs for life, agriculture, economic activities and the environment. The Regional Disaster Management Agency (BPBD) of Karawang Regency noted that drought in 14 villages spread across 3 subdistricts in Karawang Regency such as Ciampel subdistrict in 2015 and 2019. The purpose of this research was to analyze the distribution of agricultural land drought using Tasseled Cap Transformation (TCT) and Normalized Difference Drought Index (NDDI) methods in Ciampel Subdistrict, Karawang Regency in 2015 and 2019. This research uses Landsat 8 OLI imagery in August 2015, September 2015, July 2019, and September 2019. Agricultural land drought using TCT method is using Brightness Index, Wetness Index, and Normalized Difference Vegetation Index. Agricultural land drought using NDDI method is ratio between Normalized Difference Vegetation Index and Normalized Difference Wetness Index. The results showed the distribution map of agricultural land drought in Ciampel Subdistrict, Karawang Regency during 2015 and 2019 with three classes agricultural land drought (dry, moderate, and normal). Area of very dry on agricultural land in September 2019 was 9.21 km2 which has 86% total accuracy using TCT and 10.54 km2 which has 80% overall accuracy using NDDI."
2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nastiti Arjuwanti
"Perkembangan suatu wilayah terjadi dikarenakan pengaruh dari beberapa faktor, diantaranya kondisi geografis, ketersediaan sarana dan prasarana, demografi penduduk, jarak dengan pusat kota, aksesibilitas, kondisi iklim, dan sumber daya alam (Supriyatin, 2020). Proses pembangunan perkembangan wilayah sangat berkaitan dengan urbanisasi, seiring dengan pertambahan penduduk, kebutuhan lahan terus meningkat, pro ses pembangunan tersebut akan mempengaruhi wilayah terdekatnya yang biasa bercirikan pedesaan (Kurnianingsih, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola keruangan dari karakteristik wilayah yang terbentuk di Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur dan keterkaitannya dengan nilai ekonomi pertanian lahan kering. Sehingga digunakan 5 (lima) variabel, yakni hutan, lahan pertanian, lahan terbangun, ketinggian, dan nilai ekonomi lahan. Penelitian dilakukan secara kuantitatif menggunakan 35 sampel d ata dengan melakukan wawancara terhadap responden yakni petani dan validasi lapangan. Digunakan sistem grid dengan luas 200 × 200 meter atau terdapat 2.049 grid untuk mengidentifikasi karakteristik wilayah. Pola keruangan karakteristik wilayah ditinjau berdasarkan ketinggian dan uji anova digunakan untuk mengidentifikasi kerterkaitan dari karakteristik wilayah dengan nilai ekonomi lahan kering. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kecamatan Cugenang memiliki pola keruangan berdasarkan karakteristik wilayah yang semakin tinggi tingkat urbannya maka semakin rendah wilayah ketinggiannya dan pada keterkaitan antara karakteristik wilayah dan nilai ekonomi lahan kering pertanian menunjukan perbedaan rata-rata nilai ekonomi lahan kering pada ketiga tingkat karakteristik wilayah.

The development of an area occurs due to the influence of several factors, including geographical conditions, availability of facilities and infrastructure, population demographics, distance from the city center, accessibility, climatic conditions, and natural resources (Supriyatin, 2020). The development process of regional development is closely related to urbanization, along with population growth, the need for land continues to increase, and the development process will affect the nearest area which is usually characterized as rural areas (Kurnianingsih, 2013). This study aims to identify the spatial pattern of regional characteristic formed in Cugenang District, Cianjur Regency, and its relationship to the economic value of dryland agriculture. 5 (five) variables are used, namely forest, agricultural land, built-up land, altitude, and the economic value of the land. The research was conducted quantitatively using 35 data samples by conducting interviews with respondents, namely farmers and field validation. A grid system with an area of 200 × 200 meters is used, so it makes 2,049 grids to identify the level of urban area. The spatial pattern of regional characteristic is reviewed based on altitude and the ANOVA test is used to identify the relationship between urban areas and the economic value of dryland. The results showed that the District of Cugenang has a spatial pattern of regional characteristic where the higher the level of urban area the lower the altitude area will be, and the relationship between the level of regional characteristic and the economic value of dryland agriculture shows the difference in the average economic value of dryland at the three levels of regional characteristic."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Belfa Elysha Putri
"Berbagai permasalahan sedang dihadapi oleh masyarakat Indonesia terutama permasalahan dalam bidang pertanian, dimana laju permintaan akan hasil pertanian yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan produksi pertanian. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Indonesia yang mengalami fenomena sulit dalam sektor pertanian. Permasalahan tersebut dapat dilihat dari luas lahan pertanian padi di Kabupaten Cianjur yang terus mengalami penurunan. Oleh karena itu, perlu adanya survei sebagai tolak ukur pertanian keberlanjutan di Kabupaten Cianjur. Dengan menggunakan metode Multidimensional Scaling (MDS) berdasarkan wilayah kesesuaian, dapat diketahui indeks keberlanjutan lahan pertanian padi di Kecamatan Cugenang. Penelitian ini menggunakan indikator berupa dimensi ekologi, dimensi sosial, dan dimensi ekonomi untuk mengukur indeks keberlanjutan lahan pertanian. Penelitian ini menggunakan 34 sampel data dengan melakukan wawancara terhadap responden yakni petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kecamatan Cugenang berada pada status sangat berkelanjutan pada dimensi ekologi dengan indeks sebesar 76,02. Dimensi ekonomi dan dimensi sosial termasuk dalam status cukup berkelanjutan dengan indeks sebesar 52,85 dan 55,03.

Various problems are being faced by the Indonesian people, especially problems in the field of weapons, where the level of demand will produce agriculture that is faster than the growth in weapons production. Cianjur Regency is one of the regencies in Indonesia which is experiencing a difficult phenomenon in the agricultural sector. This problem can be seen from the area of rice farming land in Cianjur Regency which continues to decrease. Therefore, it is necessary to have a survey as a benchmark for sustainability in Cianjur Regency. By using the Multidimensional Scaling (MDS) method based on regional suitability, it is possible to determine the sustainability index of rice farming land in Cugenang District. This study uses indicators in the form of ecological dimensions, social dimensions, and economic dimensions to measure the agricultural land involvement index. This study used 34 data samples by conducting interviews with respondents, namely farmers. The results showed that Cugenang District was in a very sustainable status on the ecological dimension with an index of 76.02. The economic dimension and social dimension are included in the fairly sustainable status with an index of 52.85 and 55.03."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library