Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Djoko Rianto Budi Hartono
"Pada saat krisis sektor agribisnis justru masih tetap eksist, yang terus berkembang dan masih mampu menyumbang devisa dengan nilai eksport sebesar US $ 13 milliar Nilai eksport anggrek secara keseluruhan selama lima tahun terakhir dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2001 mengalami pasang surut, yaitu kalau pada tahun 1997 sebesar US $ 38,3 ribu meningkat menjadi US $ 2,95 juta pada tahun 1999. Namun pada tahun 2000 justru mengalami penurunan hingga hanya sebesar US $ 1,1 juta, tetapi hal itu hanya berlangsung sesaat dan kembali mengalami kenaikan sebesar US $1,4 juta pada tahun 2001 (Departemen Pertanian, 2002).
Agribisnis bunga khususnya anggrek merupakan salah satu komoditi yang sangat potensial untuk ditumbuhkembangkan khususnya di kota-kota besar di Indonesia karena selain memiliki spesies terlengkap, unggul juga terbesar di dunia, dari seluruh jenis anggrek bulan yang ada 65 % di antaranya berasal dan asli dari Indonesia (Haryani & Bambang Sayaka, 1991), 40 % anggrek jenis Cattleya dan 80 % anggrek jenis Dendrobium terdapat di Indonesia (Supramana & Gede Suatika, 1995). Di samping itu pengusahaan agribisnis anggrek masih dapat dilakukan pada lahan-lahan yang terbatas luasnya. Oleh karena itu komoditas anggrek merupakan salah satu produk unggulan yang menjadi prioritas utama untuk dapat ditumbuhkembangkan di Propinsi DKI Jakarta.
Pengembangan agribisnis anggrek, jika dilakukan secara terintegrasi dan berkelanjutan akan dapat menjadi komoditas andalan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta meningkatkan penerimaan pendapatan daerah. Untuk itu diperlukan adanya upaya untuk mengidentifikasikan suatu subsistem agribisnis anggrek yang terbaik untuk dikembangkan di kota-kota besar khususnya di DKI Jakarta sehingga akan mampu tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan sektor industri. Salah satu langkah awal yang nyata dapat dilakukan dengan Cara mengidentifikasikan karakteristik dari agribisnis anggrek. Sehingga nantinya akan dapat diperoleh suatu karakter berdasarkan atas besar kecilnya usaha dalam setiap sub sistem agribisnis anggrek yang paling besar potensinya untuk dapat dikembangkan di Propinsi DKI Jakarta.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi karakteristik secara umum agribisnis anggrek di Propinsi DKI Jakarta, kemudian dilakukan pengidentifikasian kondisi agribisnis anggrek berdasarkan aspek-aspek keuangannya. Selain itu dilakukan pula pengidentiftasian kebutuhan layanan yang diperlukan para pengusaha agribisnis anggrek serta menelaah peranan Dinas Pertanian dan Kehutanan Propinsi DKI Jakarta dalam rangka mengembangkan usahanya.
Penelitian ini bersifat kuantitatif dan kualitatif, dengan menggunakan analisis kluster untuk mengidentifikasikan dari setiap karakter agribisnis yang ada di Propinsi DKI Jakarta. Dari hasil pengidentifikasien tersebut, maka untuk mengetahui penyebab perbedaan antara masing-masing karakter tersebut dilanjutkan dengan analisis diskriminan (Multiple Discriminant Analysis Method) Sistem pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified random sampling dengan sistem proporsional. Dimana penelitian dilakukan di tiga wilayah, yaitu wilayah barat, selatan dan timur, dari masing masing wilayah diambil sampel secara proporsional sebesar 25 % dari total populasi yang ada di tiap wilayah. Sehingga masing-masing sampel yang diambil di Wilayah Jakarta Barat sebanyak 40 sampel, Jakarta Selatan 46 sampel dan Jakarta Timur sebanyak 44 sampel.
Dari serangkaian penelitian diperoleh temuan bahwa pertama ; Agribisnis anggrek di wilayah Propinsi DKI Jakarta terbagi dalam empat subsistem, yakni subsistem penyedaan bibit tanaman, subsistem tanaman pot, subsistem bunga potong serta subsistem jasa pemasaran. Dan keempat subsistem ini masing-masing diperoleh tiga kelompok besar, yaitu kelompok agribisnis yang belum mampu berkembang, kelompok agribisnis yang bare berkembang dan kelompok agribisnis maju.;1) Wilayah Jakarta Barat : a) Agribisnis yang belum mampu berkembang sebanyak 67,5 %, b) Agribisnis yang baru berkembang sebanyak 10 %, c) Agribisnis yang telah maju sebanyak 22,5 %, 2) Wilayah Jakarta Selatan : a) Agribisnis yang belum mampu berkembang sebanyak 58,7 %, b) Agribisnis yang baru berkembang sebanyak 21,7 %, c) Agribisnis yang telah maju sebanyak 19,6 %, 3) Wilayah Jakarta Timur ; a) Agribisnis yang belum mampu berkembang sebanyak 75 %, b) Agribisnis yang baru berkembang sebanyak 15,9 %, c) Agribisnis yang telah maju sebanyak 9,1 %. Kedua ; dengan menggunakan analisis diskriminan temyata dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap tiap-tiap kelompok adalah, a) Aspek tenaga kerja ; jumlah tenaga kerja, b) Aspek produksi ; luas lahan usaha, c) Aspek Keuangan ; biaya total, total penerimaan, biaya variabel, tingkat keuntungan, RIC ratio, reinvestasi labs, d) Aspek pemasaran ; kemampuan meningkatkan daya saing produk, e) Aspek pengembangan usaha; kondisi modal kerja. Ketiga ; berdasarkan atas temuan di lapangan dan karaktenstik dari setiap tahapan pengembangan agribisnis maka pengembangan agribisnis anggrek di Propinsi DKI Jakarta sebaiknya lebih diprioritaskan pada subsistem penyedaan bibit, tanaman pot dan jasa perdagangan mengingat berbagai permasalahan yang ada di tiap-tiap subsistem. Untuk itu diperlukan adanya sentra-sentra pemasaran baik berupa pasar bunga maupun tempat pelelangan khusus bunga. Selanjutnya untuk mengatasi permasalahan aspek keuangan khususnya dalam hal kesulitan akses ke lembaga keuangan formal (Bank) maka diperlukan adanya lembaga keuangan mikro (micro-financing) mengingat karakter dari usaha agribisnis ini sangat,berbeda dengan usaha lain, baik dalam hal kepastian usaha maupun tingkat resiko yang dihadapi.
Dalam hal struktur organisasi maka peranan Dinas Pertanian dan Kehutanan sudah cukup baik, tetapi di sisi lain jika dilihat dari segi program kerja dan alokasi anggaran maka peranan dinas belum mampu menyentuh langsung pada masyarakat bisnis, sehingga keberadaannya kurang dapat dirasakan oleh masyarakat agribisnis anggrek.
Peranan Dinas Pertanian dan Kehutanan perlu ditingkatkan lagi baik dari segi program kerja maupun pengalokasian anggaran yang ada, sehingga mampu mendorong perkembangan agribisnis anggrek di wilayah Propinsi DKI Jakarta. Dengan demikian secara tidak langsung juga akan memperbaiki struktur ekonomi mikro dan akan meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12416
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Soerjani
Jakarta: Institut Pendidikan dan Pengembangan Lingkungan (IPPL), 2007
634.99 MOH k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Eko Sunardi
"Abstrak
This study tries to explore how the implementation of the Agroforestry system that is initiated by the Ministry of Forestry. The study took place in Cibulao Village, Bogor District, West Java Province, which is in a forest area. The study approach is carried out qualitatively through in-depth interviews. The Agroforestry system is intended to try to reduce forest conversion and destruction as an alternative to protect the forest and at the same time give people around the forest an opportunity to exploit the economic potential of the forest."
Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas, 2018
330 BAP 1:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Kristi
"Deforestasi dan degradasi hutan adalah tantangan penurunan emisi di sektor kehutanan, terutama di Pulau Jawa. Agroforestri sederhana adalah upaya pemulihan hutan yang strategis di sekitar perkotaan, seperti di Kabupaten Bogor. Masalah dalam penelitian ini adalah skala agroforestri sederhana kecil dan belum optimal dalam penurunan emisi karbon. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis komposisi tanaman, nilai ekonomi karbon, pendapatan dan partisipasi petani serta menyusun konsep agroforestri sederhana untuk mendukung mitigasi perubahan iklim. Pendekatan penelitian kuantitatif dengan mix method yakni, analisis keragaman spesies dan stok karbon, analisis pendapatan, analisis statistik dan Simple Additive Weighting (SAW). Hasil penelitian diperoleh komposisi agroforestri sederhana beragam, menyimpan stok karbon 57,56 ton/ha/tahun dan menyerap emisi karbon dioksida 211,23 ton CO2e/ha/tahun. Pendapatan rata-rata petani dari panen dan jasa karbon hanya Rp15.536.649,98/ha/tahun, dengan proporsi bagi hasil karbon 65% petani dan 35% KPH Bogor. Namun, peran agroforestri sederhana sangat penting dalam upaya pengamanan hutan. Kesimpulan penelitian ini adalah pengembangan agroforestri sederhana mitigatif dapat dilakukan dengan perpaduan tanaman berkayu berdaun lebar, serba guna dan tanaman semusim yang menyerap karbon tinggi dan memberikan nilai tambah pada aspek sosial ekonomi lokal untuk mendukung mitigasi perubahan iklim.

Deforestation and forest degradation pose challenges to emission reduction in the forestry sector, especially in Java. Simple agroforestry is a strategic forest restoration effort in urban areas, such as in Bogor Regency. The issue in this research is the small and suboptimal scale of simple agroforestry in carbon emission reduction. The objective of this research is to analyze plant composition, carbon economic value, farmer’s income and participation, and develop a simple agroforestry concept to support climate change mitigation. The research employs a quantitative approach with a mixed method, including species diversity and carbon stock analysis, income analysis, statistical analysis, and Simple Additive Weighting (SAW). The research results obtained a diverse compositions of simple agroforestry, storing carbon stock of 57,56 tons/ha and absorbing CO2 emissions 211,23 ton CO2e/Ha/year. The average income for farmers from harvests and carbon services is only Rp15,536,649.98/ha/year, with a profit-sharing proportion of 65% for farmers and 35% for the Bogor Forestry Management Unit (KPH Bogor). However, the role of simple agroforestry is crucial in forest conservation efforts. The conclusion of this research is that the development of mitigative simple agroforestry can be achieved by combining broad-leaved woody plants, multipurpose plants, and seasonal plants that absorb high carbon and provide added value to local socio-economic aspects to support climate change mitigation."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hiria
"ABSTRAK
Mengelola hutan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga masyarakat. Kelompok Tani Selaras Alam menjaga kelestarian hutan dengan melibatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan agroforestri kopi. Namun lokasi kegiatan agroforestri kopi belum diketahui peruntukan lahannya secara legal dan adanya perbedaan tingkat partisipasi dalam kegiatan agroforestri kopi. Tujuan dari riset ini adalah untuk mengetahui kesesuain lahan, evaluasi kegiatan agroforestri, analisa tingkat partisipasi dan menentukan strategi pelestarian hutan. Hasil dari riset ini kegiatan agroforestri di APL, tanaman kopi dan pendamping berkontribusi untuk aspek ekologi akan tetapi belum dalam aspek ekonomi, tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi dan didapatkan strategi berkelanjutan untuk pelestarian hutan. kesimpulan dari riset ini kegiatan agroforestri kopi tidak menyalahi aturan pemerintah, adanya manfaat kegiatan agroforestri untuk aspek ekologi namun belum memberikan kontribusi optimal untuk aspek ekonomi, tingkat partisipasi masyarakat tinggi, dan dirumuskan strategi berkelanjutan dalam pelestarian hutan melalui kegiatan agroforestri kopi.

ABSTRACT
Managing forests is not only the responsibility of the government but also the people. Selaras Alam Farmers Group preserves forest conservation by involving community participation through coffee agroforestry. However, the location of coffee agroforestry has not been known for legally allocated land and there is a difference level of participation through coffee agroforestry. The purpose of this research is to know the suitability of the land, the evaluation of agroforestry, the analysis of the participation level and determine the strategy of forest conservation. The results of this research are agroforestry in APL, coffee crops and shade plants contribute to ecological aspects but not yet in economic aspects, high levels of community participation and sustainable strategies for forest conservation. The conclusions of this research are coffee agroforestry in accordance with government regulations, the existence of agroforestry benefits for ecological aspects but not yet provide optimal contribution to economic aspect, high level of community participation, and formulated a sustainable strategy in forest conservation through coffee agroforestry."
2017
T49546
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This research intends to determine the profitability of rubber agroforest farmng and to compare the profitability status among different agroecological system in Karang Sakti Village of Muara Sungkai Sub-district, North Lampung, Lampung Province. The study employs survey method and the data was analyzed using two way anova and further analyzed using crosstabulation analysis The study selects 38 rubber agroforest farmers randomly.. The study shows that the highest profitability of rubber based agroforest system with intercropping of corn and cassava located in middle agroecological location, earning NPV at Rp 23.348.476. All agroforest systems on all agroecological locations are profitable, thanks to good prices of most commodity. Statistics analysis suggests that there is no profitability difference of all agroecological locations. This suggest that the agroecosystem in the study area was not sensitive to different agroecology meaning, it is applicable to any agroecology system within the boundary of study site."
330 JSE 12:2 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Quantitative information about solar radiation in agro-forestry system in Indonesia is relatively limited. To study the amount of solar radiation below forest trees stand, a survey based research was conducted from October 2002 to February 2003 in Central Java, Indonesia. The location of the survey were chosen based on the kinds of trees and forests. They were Purwodadi (teak, mahogany and sonokeling production forest), Karanganyar - Purworejo (pines production forest), and Klaten (semolina and yucca as conservation forest). The decrease in the Relative's Irradiation Fraction (RIF) under the trees was found related to the increased of the tree aging, adjusted to the exponential decrease model (RIP=1.25e -0.18 X). The RIP under tree canopy was clearly explained by diameter on the breast height diameter of trunk (DBH) divided by the half of tree row spacing (2D/X+Y) therefore the RIF was formulated as 0.2829 (2D/(X+Y)."
JOBIBIO
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nova Maulidina Ashuri
"Penelitian dilakukan pada bulan Maret--Juni 2013 di Hutan Mangrove Pancer Cengkrong, Trenggalek, Jawa Timur. Penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi komposisi vegetasi, potensi stok karbon, produksi, laju dekomposisi dan kontribusi nutrisi serasah mangrove. Komposisi vegetasi diukur menggunakan transek kuadran. Stok karbon diestimasi dengan persamaan allometrik. Produksi serasah dihitung menggunakan perangkap serasah ukuran 1x1m2. Laju dekomposisi serasah diukur selama 56 hari dengan pengamatan 2 minggu sekali. Kontribusi serasah ke perairan diperoleh dengan menyaring serasah pada saluran air saat laut surut. Sebanyak 26 spesies telah diidentifikasi (17 mangrove sejati dan 9 mangrove asosiasi). Vegetasi pohon didominasi oleh Sonneratia alba J.E. Smith dengan kerapatan 596 pohon/ha sedangkan anakan dan semai didominasi Ceriops tagal (Perr.) C.B. Robinson (kerapatan 1.745 anakan/ha; 34.745 semai/ha). Stok karbon dan biomassa total di lokasi penelitian masing-masing 185,81 ton/ha dan 400,45 ton/ha (total serapan CO2 sebesar 681,91 ton/ha). Sebagian besar sumbangan stok karbon berasal dari S. alba, Rhizophora apiculata Blume, dan Avicennia alba Blume. Produksi serasah 1,42 g/m2/hari, tersusun atas daun 84%, organ reproduksi 9% dan ranting 7%. Potensi nutrisi serasah 0,4 gC/m2/hari dan 0,012 gN/m2/hari. Serasah dilepas ke perairan sebesar 11,15 g/m3/hari. Laju dekomposisi serasah daun paling cepat ialah R. apiculata (0,20 g/hari). Nilai nutrisi tertinggi terdapat pada S. alba dengan rasio C:N 62,90.

Research has been conducted in March--June 2013 on the Mangrove Forest Cengkrong Pancer, Trenggalek, East Java. The objectives were to obtain information of vegetation composition, potential carbon stocks, production, decomposition rates, and nutrient contribution of mangrove litter. There were 50 quadrants on tree stations for vegetation analysis. Potential carbon stock was calculated by allometric equations. Littertrap size 1x1 m2 used to calculate litter production. Decomposition rate calculated for 56 days by once observation in two weeks. Litter contribution to waters was obtained by filtering water channel at low tide. The total of 26 species were identified (17 true mangroves and 9 association mangroves). The vegetation dominated by Sonneratia alba J.E. Smith (596 trees/ha) while the saplings and seedlings dominated by Ceriops tagal (Perr.) C.B. Robinson (1,745 saplings/ha; 34,745 seedlings/ha). Total biomass were 400.45 ton/ha and carbon stocks 185.81 ton/ha (CO2 uptake 681,91 ton/ha). The carbon stocks were donated from S. alba, Rhizophora apiculata Blume, dan Avicennia alba Blume. The production of litter was 1.42 g/m2/day consisting of leaves 84%, reproductive organs 9%, and twigs 7% respectively. The litter contained 0.4 gC/m2/day and 0.012 gN/m2/day. In addition 11.15 g/m3/day litters flow towards the waters during high tide. The fastest decomposition rate of leaf litter was R. apiculata (0.20 g/day). While the highest nutritional value from S. alba with C:N ratio of 62.90."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Indonesia, 2014
T39122
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This volume contains a solid body of the current state of knowledge on the various themes and activities in agroforestry worldwide. It is organized into three sections, the Introduction section consists of the summaries of six keynote speeches at the 2nd World Congress of Agroforestry held in Nairobi, Kenya, in 2009, that is followed by two sections of peer-reviewed thematic chapters grouped as “Global Perspectives” (seven chapters) and “Regional Perspectives” (eleven chapters), authored by professional leaders in their respective agroforestry-related fields worldwide. A total of 130 professionals from institutions in 33 countries in both developing and the industrialized temperate regions of the world contributed to the book as chapter authors and/or reviewers. "
Dordrecht: Springer, 2012
e20417324
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>