Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prawira Adi Putra
Abstrak :
Pada penelitian ini, parameter pencemaran udara yang diukur adalah parameter fisik TSP dan kebisingan. Kendaraan dibagi menjadi 3 golongan berbeda yaitu bus dan truk, mobil penumpang dan sepeda motor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume kendaraan mempengaruhi konsentrasi TSP yang dibuktikan dengan koefisien r antara 0.106-0.993. Untuk penggolongan kendaraan, nilai koefisien r menunjukkan kisaran 0.576-0.995 dengan kontribusi TSP paling tinggi secara berurutan dimulai dari sepeda motor, bus dan truk serta mobil penumpang. Pengujian timbal (Pb) menunjukkan rata-rata konsentrasi timbal terukur adalah 2.86 μg/m3 untuk 1 jam pengukuran dan 1.665 μg/m3 untuk konversi 24 jam, menunjukkan kadar timbal masih dibawah baku mutu. Hasil pengukuran kebisingan menunjukkan kebisingan terukur di dalam ruang kelas saat jam belajar diatas baku mutu yang disebabkan oleh kebisingan internal. Rata-rata kebisingan yang diukur di dalam kelas saat jam belajar untuk SMP 29 sebesar 79.46 dB(A), untuk SMP 11 sebesar 79.53 dB(A) dan SMP 19 sebesar 77.82 dB(A). Kebisingan latar belakang yang diukur pada 3 titik di tiap sekolah menunjukkan tingkat kebisingan yang masih diatas baku mutu. Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan eksisting, SMP 11 memiliki penanganan kebisingan yang paling efektif. ......In this study, the air pollution parameters measured are physical parameters of TSP and noise. Vehicles are divided into 3 distinct groups namely buses and trucks, passenger cars and motorcycles. The results showed that the volume of vehicles affects the TSP concentration in ambient air as evidenced by r coefficient between 0,106-0,993. For the classification of vehicles, the coefficient value of r indicates the range of 0,576-0,995 with the highest TSP contributions in a sequence starting from motorcycles, buses and trucks and passenger cars. Testing lead (Pb) showed an average lead concentration measured was 2,86 μg/m3 for 1 hour measurement and 1,665 μg/m3 for conversion 24 hours, showed lead levels still below the quality standard. The results show the noise measured noise in the classroom during teaching hours above the quality standard caused by internal noise. The average noise measured in the classroom during school hours for SMP 29 are 79,46 dB(A), for SMP 11 are 79,53 dB(A) and SMP 19 are 77,82 dB(A). Background noise measured at 3 points in each school shows the noise level is still above the standard quality. Based on the results of measurement and observation of existing, SMP 11 has the most effective noise handling.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1029
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sumbayak, Evan G.
Abstrak :
Penelitian yang dilakukan pada skripsi ini adalah merancang, membuat dan menganalisis sistem pemantau dan peringatan polusi udara pada ruang parkir tertutup berbasis FPGA Xilinx Spartan 3E. Metode yang digunakan dalam pembuatan antarmuka ini mengikuti System Development Life Cycle (SDLC) dan mengikuti kaidah Human Computer Interaction. Bahasa yang digunakan adalah VHDL dengan software Xilinx ISE. Antarmuka sistem pemantau dan peringatan polusi ini menampilkan kadar CO dalam ppm, grafik, dan tingkatan kondisi polusi udara (aman, waspada, berbahaya). Antarmuka sistem menggunakan layar CRT atau LCD dengan ukuran 1030x788 pixel melalui port VGA. Antarmuka yang dibuat dapat melakukan update ketika data masukan berubah. Tampilan kadar gas CO (ppm) akan diperbaharui setiap dua detik. Kecepatan menampilkan satu frame di layar monitor adalah 32,67 ms. ...... Research conducted in this thesis is to design, create and analyze the system of monitoring and warning of air pollution at the closed parking area based on Xilinx Spartan 3E FPGA. The method used in the design of this interface follows the System Development Life Cycle (SDLC) and the rules of Human Computer Interaction. The language used is VHDL with Xilinx ISE software. The interface pollution monitoring and warning system displays CO levels in ppm, graphics, and levels of air pollution conditions (safe, alert, dangerous). The Interface systems use CRT screens with LCD or with size 1030x788 pixel through the VGA port. The interface that can be made an update when the data input changes. Display of levels CO gas (ppm) will be updated every two seconds. Speed of display a single frame on the screen is 32.67 ms.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43563
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
A. Rahman
Abstrak :
ABSTRAK
Laporan ini menyajikan hasil modifikasi metoda Asidimetri untuk mengukur konsentrasi sulfur dioksida dan ammoniak di dalam rumah. Modifikasi dilakukan dengan menurunkan persamaan matematis berdasarkan perubahan pH larutan absorber, analisis sulfur dioksida dan amoniak dalam sampel secara potensiometri dan mengubah pompa hisap dengan pompa bertenaga baterai kering. Konsentrasi terendah yang bisa dideteksi dengan metoda ini adalah 3,45 μg/M3 untuk sulfur dioksida dan 8,89 μg/ M3 untuk ammoniak.
ABSTRACT
This report presents a modification of Acidimetric Method for measuring sulfur dioxide and ammonia in urban indoor air. The modification was carried out by deriving some mathematical equations based on the pH changes of absorber solution, analyzing the concentration of sulfur dioxide and ammonia potentiometrically, , and using dry battery for air pump power supply. The detected lowest concentration were 3.45 μg/M3 for sulfur dioxide and 8.89 μg/M3 for ammonia, respectively.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarmanto Budi Nugroho
Abstrak :
Penambangan batubara adalah salah satu bentuk kegiatan eksploitasi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Salah satu lokasi penambangan PT BHP Arutmin berada di Kecamatan Kintap, Kabupaten Kotabaru dan di Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Laut. Kegiatan operasi yang sudah berlangsung sekitar 10 tahun telah menimbulkan beberapa dampak dan perubahan lingkungan terutama fisik- kimia. Salah satu dampak penting yang dipantau dan dikelola adalah kuatitas udara terutama parameter debu. Penelitian tesis ini bertujuan untuk mengetahui perubahan kualitas udara ambien dengan berbasis pada parameter NO2, SO2 dart Debu (TSP) sebagai akibat kegiatan penambangan batubara, menganalisis perubahan daerah penyebaran zat pencemar sebagai akibat kegiatan operasional penambangan Batubara PT Arutmin dan memperkirakan besarnya konsentrasi zat pencemar debu pada masa mendatang beserta daerah penyebarannya sesuai dengan rencana kegiatan penambangan batubara di PT Arutmin Indonesia. Permasalahan yang akan dibahas didalam tesis ini seperti : deskripsi hasil kimia, lokasi kegiatan, kegiatan produksi tambang, kondisi kualitas udara ambien, penyebaran pencemar khususnya debu dari tambang terbuka ke daerah lain di sekitar lokasi penelitian. Penelitian tesis yang dilakukan merupakan jenis penelitian survey lapangan untuk memperoleh data primer kualitas udara, pengkajian data sekunder pengukuran masa lalu (expost patio) dan permodelan matematis kondisi saat ini dan masa yang akan datang. Lokasi penelitian tesis ini dilakukan di wilayah kontrak karya penambangan PT BHP Arutmin Tambang Satui, Penelitian ini hanya dibatasi pada daerah yang menjadi wilayah konsesi penambangan dan fasilitas penunjang lainnya beserta daerah sekitar lokasi penambangan yang terdekat dengan lokasi tambang dan jalan angkut (haul road). Berdasarkan hasil pengukuran untuk parameter debu masih belum melampaui baku mutu. sedangkan untuk SO2 terdapat satu lokasi melebihi baku mutu dan untuk NO2 di keseluruhan lokasi sudah melebihi baku mutu. Berdasarkan hasil uji statistik dengan membandingkan konsentrasi hasil pengukuran saat ini dan masa lalu ternyata telah terjadi perbedaan signifikan nilai rata-rata hasil pengukuran kualitas udara ambien untuk parameter SO2 dan NO, (1< 0,05), sedangkan untuk debu tidak ada perbedaan signifikan. Hasi! analisis penyebaran menunjukkan telah terjadi pergeseran penyebaran pencemar Debu dan SO2 dengan arah penyebaran berpusat di daerab sekitar tambang aktif saat ini, sedangkan untuk NO 2 lokasi penyebaran masih tetap berpusat di lokasi yang sama yaitu Simpang Empat Sumpol. Lokasi penyebaran debu Bari tahun 1996 s/d 1999 masih berpusat pada daerah sekitar jalan angkut (haul road) Berdasarkan hasil analisis regresi linier menunjukkan bahwa untuk lokasi yang diidentifikasi sumber emisi dominan dari tambang terdapat hubungan positif yang kuat antara kenaikan produksi tambang dan konsentrasi debu ambien (R2= 0,9), sedangkan lokasi yang cukup terbuka dengan berbagai aktifitas lain selain tambang terdapat hubungan positif namun kekuatan hubungannya sangat rendah (R.2 < 0,2). Berdasarkan hasil simulasi model matematis penyebaran pencemar menggunakan persamaan dasar Gaussian untuk tipe sumber emisi Area dan sumber Garis diperoleh angka ketelitian model (uji AME dan RMSE) dengan input emisi dari kegiatan transportasi yang melalui jalan angkut (haul road) memiliki ketelitian balk (90 % < x 95%) untuk keseluruhan lokasi pengukuran dan waktu pengukuran serta lokasi yang berada searah dengan arah angin (downwind) dan memiliki ketelitian sangat baik (> 95% ) untuk nilai rata- rata harian. Berdasarkan hasil tersebut maka dilakukan simulasi model untuk kondisi tahun 2005 dan 2010. Hasil simulasi model menunjukka bahwa untuk tahun 2010 terdapat beberapa lokasi yang akan melebihi baku mutu dan penyebaran pencemar debu masih terbatas pada daerah sekitar jalan angkut (haul road). Berdasarkan hasil pengukuran rutin, pengukuran lapangan pada saat penelitian dan hasil simulasi model, penyebaran pencemar yang hanya terbatas pada sekitar lokasi jalan angkut. Keterbatasan penyebaran dan tingginya konsentrasi debu disekitar jalan angkut dibandingkan dengan lokasi yang berjarak cukupjauh dari jalan angkut disebabkan oleh : posisi sumber emisi yang berada dipermukaan tanah mengakibatkan tinggi pencampuran pencemai relatif rendah, stabilitas atmosfer di lokasi penelitian umumnya tergolong tidak stabil sehingga selain terjadi penyebaran pencemar ke arah horisontal juga terjadi penyebaran pencemar ke arah vertikal, dan posisi lokasi terhadap sumber emisi yang sangat tergantung pada arah angin yang bertiup. Peningkatan intensitas emisi yang diperkirakan akan terjadi seiring dengan meningkatnya produksi hingga 5 juta ton/tahun cukup signifikan menyebabkan kenaikan konsentrasi terutama kontribusi dari PT Arutmin namun tidak mengubah pola penyebaran dan masih terbatas pada daerah sekitar penambangan dan jalan angkut. Berdasarkan kondisi penyebaran pencemar yang hanya terpusat disekitar jalan angkut dan lokasi tambang maka diperlukan penanganan masalah debu di jalan angkut dengan menggunakan cara sebagai berikut : 1. Pengendalian emisi dengan usaha : meningkatkan frekuensi penyiraman jalan, perkerasan dan peningkatan stabilitas jalan, pengaturan kecepatan kendaraan di lokasi tertentu yang berdekatan dengan permukiman, perencanaan alternatif pangangkutan lain selain menggunakan truk 2. Pengendalian pada media perantara dengan pembuatan zona penyanggan yaitu penanaman pohon sebagai penghalang penyebaran debu dan meninggikan tanggul di pinggirjalan angkut yang saat ini sudah ada 3. Pengendalian pada penerima yaitu dengan penanaman tanaman penghalang di sekitara rumah, meningkatkan jarak rumah dengan jalan angkut minimal 50 meter dari jalan angkut. E. Daftar Kepustakaan : 33 (1980-2000)
Ambient Air Quality Impact from Coat Mining ActivitiesCoal is a non-renewable resource that has been widely mined in Indonesia. Surface coal mines create environmental problems in the vicinity. Coal and overburden gives rise to air pollution as particulate is blown off and remains suspended in the air. In addition, the exhausts of the diesel-driven heavy machinery and vehicle that concentrate in the area also contribute to degradation of air quality. As a case study, the surface coal mining activities of PT Arutmin Indonesia at Satui Mine that has been operated for about 10 years are evaluated in the present study. The purpose of this study is to evaluate the change in the ambient air quality caused by the surface coal mining activities and subsequently their dispersions based on parameter NO2, 502, and dust (total suspended particulate). Special impedance is also given to forecast dust concentration and its dispersion area. The existing air quality data that were directly measured in the mining vicinity were compared with the air quality standard. In order to evaluate the change in the air quality, those existing data were also statistically compared to the history of air quality. Furthermore, mathematical modeling was used as a basis for forecasting of dust concentration and its dispersions. By comparing the existing air quality with the standard, it can be observed that dust and SO2 concentrations still meet the standard except in one location for SO2, whereas NO2 concentrations are exceeded the standard for all the sampling locations. Results of statistical test for parameter SO2 and NOX (i0.05) show significant differences in mean concentration between the existing and the history of air quality data. In contrast, there are no significant differences for dust. Based on the dispersion analysis on S02 and, dust, it can be observed a shift of the center of concentration isopleths to- the active mining pit. Where as the center of NOL concentration isopleths still remains in the same location, which is in Simpang Empat Sumpol, Results of linear regression suggest that the production capacity of coal is positively correlated with the ambient dust concentration (R2 = O.(?). That positive correlation, even though at very much lower degree (R2 < 0.2), still can be observed in the open area at the approximate distances from the mining pit. Gaussian equation simulation was performed using the data of all sampling locations and sampling times. As the inputs, theft was two types of emission source, which were area source and line source from the transportation activities passing through the haul road. The results show that the model accuracy index (AMIE and RMS[ tests) is good (90% f x < 95%). Even better accuracy was obtained (> 95 %) for downwind locations and daily mean concentration. Furthermore, the simulation is extended to estimate the air quality from year 2005 to 2010. Thus, it can be observed that the pollutant will exceed the standard in some locations and the dispersion pattern shows the accumulation of dust along the haul road. The accumulation of dust along the, haul road may be explained by considering that the emission source which located in ground level may limit the mixing height; lower atmospheric stability may also cause the vertical dispersion instead of horizontal dispersion alone; and variation in wind direction. The emission concentrations are expected to rise as the production capacity reaches 5 million ton per annum. However, the dispersion patterns are predicted to remain in the mining pit area and along the haul road. The following abatement strategies are proposed to minimize the air quality impact along the haul road: 1. Emission control, such as increase the frequency of spraying the haul road, vehicle speed regulation near the residential area, and seeking for alternative of less polluted type al-vehicle. 2. Buffering zone. such as planting trees, bushes and shrubs adjacent to the haul road and elevated or depressed the haul road. 3. Control in recipients, such as planting of trees in the house yard and increase the distance of the house from the haul road. E, Number of References: 33 (issued from 1980 to 2000)
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T5198
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niko Rianda Putra
Abstrak :
[Particulate Matter (PM) terutama partikel <2,5 μg/m3 atau PM2.5, adalah komponen utama yang terkandung dalam asap dari bahan bakar biomassa. Efek yang terkait dengan paparan jangka panjang PM2,5 meliputi peningkatan gejala pernapasan bagian bawah, penyakit paru obstruktif kronik dan penurunan fungsi paru. Salah satu pengguna bahan bakar biomassa yang cukup tinggi di Sumatera Barat adalah usaha rumah makan, tujuan dari penelitian ini menganalisis asosiasi faktor lingkungan dengan konsentrasi PM2,5 pada waktu masak di dapur rumah makan Kota Solok dan menganalisis konsentrasi PM2,5 pada waktu masak dengan fungsi paru pekerja dapur rumah makan. Penelitian ini adalah penelitian dekriptif analitik dengan menggunakan desain studi cross-sectional, dengan jumlah sampel adalah 71 orang (total sampling). Analisis multivariat hubungan faktor lingkungan dengan PM2,5 pada waktu masak didapatkan hubungan signifikan ventilasi OR: 5,655 (95% CI: 0,780 ? 40,994) dan lama waktu masak OR: 12,013, (CI: 1,113 ? 129,714). Analisis multivariat hubungan PM2,5 pada waktu masak dengan gangguan fungsi paru, yaitu PM2,5 OR: 3,60 (CI: 95%, 0,921 ? 14,072), Umur OR: 1,443, (CI 95%, 0,380 ? 5,477), dan masa kerja OR: 13,854, (95% CI: 3,283 ? 58,388). Terdapat hubungan bermakna antara faktor lingkungan dengan konsentrasi PM2,5 pada waktu masak yaitu variabel lama masak dan ventilasi. Sedangkan untuk konsentrasi PM2,5 pada waktu masak ada hubungan yang bermakna dengan gangguan fungsi paru pekerja dapur dengan dikontrol oleh umur dan masa kerja;Particulate Matter (PM), particularly inhalable particulate ( <2,5 μm), is the main components in biomass emission. Long term exopusre of PM2,5 had been proved to increase lower respiratory disorder, chronic obtructive pulmonary disease (COPD), and decrease lung function. Padang Restaurant is one of the main user of biomass fuel in west sumatera. The aim of this research was to analize the association of PM2,5 concentration during cooking and lung function disorder among restaurant kitchen workers. This was a cross-sectional study with 71 workers were included. There was a significant association between PM2,5 and ventilation OR: 5,655 (95% CI: 0,780 ? 40,994) and cooking duration OR: 12,013, (CI: 1,113 ? 129,714). Multivariate analysis between PM2,5 and lung function disorder showed significant association, PM2,5 OR: 3,60 (CI: 95%, 0,921 ? 14,072), age OR: 1,443, (CI 95%, 0,380 ? 5,477), and working duration OR: 13,854, (95% CI: 3,283 ? 58,388). There was a significant association between environmental factors (ventilation and cooking duration) and PM2,5 concentration during cooking. Meanwhile PM2,5 concentration and lung fuction showed significant association after controled by age and working duration., Particulate Matter (PM), particularly inhalable particulate ( <2,5 μm), is the main components in biomass emission. Long term exopusre of PM2,5 had been proved to increase lower respiratory disorder, chronic obtructive pulmonary disease (COPD), and decrease lung function. Padang Restaurant is one of the main user of biomass fuel in west sumatera. The aim of this research was to analize the association of PM2,5 concentration during cooking and lung function disorder among restaurant kitchen workers. This was a cross-sectional study with 71 workers were included. There was a significant association between PM2,5 and ventilation OR: 5,655 (95% CI: 0,780 – 40,994) and cooking duration OR: 12,013, (CI: 1,113 – 129,714). Multivariate analysis between PM2,5 and lung function disorder showed significant association, PM2,5 OR: 3,60 (CI: 95%, 0,921 – 14,072), age OR: 1,443, (CI 95%, 0,380 – 5,477), and working duration OR: 13,854, (95% CI: 3,283 – 58,388). There was a significant association between environmental factors (ventilation and cooking duration) and PM2,5 concentration during cooking. Meanwhile PM2,5 concentration and lung fuction showed significant association after controled by age and working duration.]
2015
T43637
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dion Hermawan
Abstrak :
Polusi udara menjadi salah satu masalah tersebar yang memberikan dampak buruk bagi kesehatan terutama pada pernafasan terutama di wilayah kot-kota besar seperti Provinsi DKI Jakarta. Salah satu penyakit yang ditimbulkan oleh polusi udara adalah penyakit ISPA. Polusi udara sendiri disumbangkan sebagian besar oleh polusi kendaraan. Pertumbuhan kendaraan di Jakarta yang semakin bertambah membuat kualitas udara di Provinsi DKI Jakarta semakin memburuk dan dapat menimbulkan penyakit pernafasan terutama ISPA. Tujuan dari penelitian ini yaitu menciptakan model spasial kualitas udara dan distribusi penyakit ISPA di Provinsi DKI Jakarta serta hubungan antara polusi udara dengan penyakit ISPA di DKI Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu persamaan interpolasi, overlay, dan korelasi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan keruangan dan analisis kuantitatif dengan menggunakan metode korelasi. Hasil penelitian ini yaitu menunjukan pola yang tersebar hampir di seluruh wilayah provinsi DKI Jakarta pada penyakit ISPA maupun polusi udara. Pola pada polutan (CO, PM10,NOx)) memiliki pola yang sama yaitu pola dengan konsentrasi sangat tinggi berada pada titik Kecamatan Duren Sawit dan Kecamatan Cilandak.Pada distribusi penderita penyakit ISPA kecamatan yang memiliki konsentrasi sangat tinggi yaitu ada pada kecamatan Kalideres, dan Kecamatan Cilincing . Kualitas udaradi DKI Jakarta berdasarkan ISPU untuk PM 10 masih dibawah ambang batas udara, pada CO diatas ambang batas udara, dan pada NO2 masih berada dibawah ambang batas udara.Terdapat hubungan antara ISPA dengan polutan (CO, PM10, NOx) dan kerapatan bangunan sedangkan untuk kepadatan penduduk dan kemacetan tidak terdapat hubungan. ......Air Pollution is one of the biggest problems on health, especially on respiration in big cities such as Jakarta. One of the diseases caused by air pollution is ARI (Acute Respiratory Infections). Air pollution itself was contributed mainly by vehicles. The increasing number of vehicles makes Jakarta's air quality worse and causes respiratory diseases, especially ARI. This study aimed to create a spatial model of air quality, ARI distribution, and the relation between air pollution and ARI disease in Jakarta. The method used in this research is the equation of interpolation and correlation. The analysis used in this study is a qualitative analysis using the spatial approach and a quantitative analysis using the correlation method. The pattern on pollutants (CO, PM10, NOx) has the same pattern, and there is a pattern with very high concentrations at the point of Duren Sawit District and Cilandak District. In the distribution of patients with ARI, the sub-districts with very high concentrations are in the Kalideres sub-district and the Cilincing sub-district. Air quality in DKI Jakarta based on ISPU for PM 10 is still below the air threshold, for CO, it is above the air threshold, and for NO2, it is still below the air threshold. There is a relationship between ARI and pollutants (CO, PM10, NOx) and building density. Population density and traffic jams are not related.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syukron Alimudin
Abstrak :
Data Indeks Standar Pencemaran Udara di Jakarta tahun 2019 menunjukkan seberapa jauh kualitas udara yang dihasilkan tiap pengamatan harian. Variabel Indeks Standar Pencemaran Udara berdasarkan KEP-45/MENLH/10/1997 adalah partikulat berukuran 10 µm (PM10), Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO), Oksidan dalam bentuk Ozon (O3), dan Nitrogen Dioksida (NO2). Unit observasi berdasarkan SPKU yang terdiri dari SPKU DKI1 Bundaran HI, SPKU DKI2 Kelapa Gading, SPKU DKI3 Jaga Karsa, SPKU DKI4 Lubang Buaya, dan SPKU DKI5 Kebon Jeruk. Adanya missing value pada data ISPU, maka dilakukan imputasi nol dan mean untuk mengganti missing value. Observasi harian ISPU tiap SPKU memiliki tiga tipe data, kemudian dikelompokkan menggunakan K-Means Clustering. Tiga tipe data tiap SPKU tersebut, meliputi data tanpa imputasi, data dengan imputasi nol, dan data dengan imputasi mean, kemudian diperoleh 5 cluster tiap masing-masing tipe data. Pada akhirnya, metode imputasi mean dapat diimplementasikan sebagai metode imputasi missing values pada data ISPU dengan proporsi missing values 3,83%, 4,10%, 10,68 %, 11,78 %, dan 15,06 %, sedangkan penerapan imputasi nol kurang cocok pada data ISPU, karena jaraknya terlalu jauh dari nilai ISPU terhitung serta dipengaruhi oleh missing value. Di sisi lain, hasil penelitian juga menunjukan bahwa metode K-Means Clustering ini optimal dalam pengelompokkan data berdasarkan Between SS/Total SS berkisar antara 67,5 %-85,2 %. ......Air Pollution Standard Index data in Jakarta in 2019 shows how far each daily observation produces the air quality. Air Pollution Standard Index Variables based on KEP-45/MENLH/10/1997 are particulates measuring 10 m (PM10), Sulfur Dioxide (SO2), Carbon Monoxide (CO), Oxidants in the form of Ozone (O3), and Nitrogen Dioxide (NO2). The observation unit based on the SPKU consists of SPKU DKI1 Bundaran HI, SPKU DKI2 Kelapa Gading, SPKU DKI3 Jaga Karsa, SPKU DKI4 Lubang Buaya, and SPKU DKI5 Kebon Jeruk. If there is a missing value in ISPU data, zero and mean imputation is carried out to replace the missing value. ISPU daily observations of each SPKU have three data types, then grouped using K-Means Clustering. The three data types for each SPKU, including data without imputation, data with zero imputation, and data with mean imputation, then obtained 5 clusters for each data type. In the end, the mean imputation method can be implemented as a method for imputing missing values on ISPU data with the proportion of missing values being 3.83%, 4.10%, 10.68%, 11.78%, and 15.06%, while the implementation of imputation is zero does not match the ISPU data, because the distance is too far from the calculated ISPU value and is influenced by the missing value. On the other hand, the results also show that the K-Means Clustering method is optimal in grouping data based on Between SS/Total SS ranging from 67.5%-85.2%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berezkin, Victor G.
Amsterdam: Elsevier, 1991
628.53 BER g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rangkuti, Taat Tagore Diah
Abstrak :
Pajanan Pb dapat terakumulasi di dalam darah manusia sesuai lama waktu pajanan dan berdampak pada kesehatan. Tujuan Penelitian ini adalah menganalisis lama waktu pajanan terhadap kadar Pb, kadar Haemoglobin, kadar Kreatinin dan Blood Urea Nitrogen (BUN) dalam darah sehingga dapat diketahui perbedaannya dan dampak kesehatannya_ Responden dibagi 3 kelompok berdasarkan lama kerja berturut-turut 1 tahun, 5 tahun dan 10 tahun masing-masing kelompok 30 responden kemudian diambil darah vena ± 9 cc. Analisis Pb dengan alat Atomic Absorbance Spectrofotometer Graphite Furnace (AAS-GF), analisis kadar Haemoglobin menggunakan Haematology Analiser Otomatic dengan metoda Siarunethemoglobin. Kadar 1Creatinin dart BUN diukur dengan alat Autoanaliser Spectrofotometer, dengan metoda Jaffe untuk kreatinin dan metoda Kinetik UV untuk BUN. Rata-rata kadar Pb sopir dengan lama ketja 10 tahun adalah 86,747 ± 25,712; 5 tahun 65,360 ± 18,098 dart < 1 (alum : 53,107 ± 20,950 dengan peningkatan secara signiftkan sesuai larna keda (P < 0,000) kadar 14 mg/dl di temukan pada kelompok 10 tabon sebanyak 43,3 %, kelompok 5 Whim 3,3% dan kelompok 5. 1 tahun sebanyak 10 % dengan peningkatan secara signifikan sesuai lama kerja ( P <0,000). Rata-rata kadar Kreatinin sopir dengan lama kerja kelompok 10 tahun : 0,874 0,098, kelompok 5 tahtm : 0,843 ± 0,077 dan kelompok < 1 talum : 0,828 + 0,102, tidak ada perhedaan hermakna (P < 0,707). Terdapat perbedaan yang bermakna (P< 0,012) pada rata-rata kadar BUN kelompok sopir lama ketja 10 tahun, 5 tahun dan < I tahun, yaitu herturnt-turut 24,767 ± 5,036 ; 22,367 ± 3,819 dan 21,267 ± 4,727. Kesimpulan lama waktu pajanan Pb berpengaruh terhadap tinggi kadar Pb dalam darah (terakumulasi) sehingga meningkatkan angka kejadian anemia, dan meningkatkan kadar BUN dalam daralt, teiapi tidak mempengaruhi kadar kreatinin darah. ......Pb exposure can be accumulated in human blood in proportion to the exposure duration and it impacts on health_ The purpose of this research was to analyze the influence of exposure duration on Pb content, hemoglobin content, creatinin content, and Blood Urea Nitrogen (BUN) in blood so as to find out its differences and its impact on health. The respondents were divided into 3 groups based on the working duration of respectively 1 year, S years. and 10 years, each consisting of 30 respondents, and then vena blood of _± .9 cc was taken. The analysis of Pb was by Atomic Absorbance Spectrophotometer Graphite Furnace (AAS--GF), whereas the analysis of Hemoglobin content used Hematology Analyzer Automatic by Sianmethemoglobin method. Creatinin and BUN contents were measured by Autocznalyzer Spectrophotometer, by using fee method for c..reatinin and UV Kinetics method for BUN. Average Pb content of drivers with a 10-year working duration was 86.747± 25.772; 5 years: 65.360 43.3% d- 18.098; and < 1 year: 53.107 ± 20.950, with a significant increase in proportion to the working duration (P <0.000). Jib content < 14 mg/d1 was found in the 10-years group of 43.3%, 5-years group of 3_3%, and < 1-year group of 10%, with a significant increase in proportion to the working duration (P<0.000). The average creatinin content of the drivers with a working duration qf 10- years group: 0.874 ± 0.098. 5-years group: 0.843 .± 0.077, and S 1-year group: 0.828 d.0.102, there is an insignificard dOerence (P<0.707). There is a significant difference (P<0.012) in the average BUN content of the drivers of 10-years, 5-years, and <1-year groups, that is, 24.767 ± 5.036. 22.367 .± 3.819, and 21.2671-4.721 respectively. Conclusion: the duration of Pb exposure has influence on Pb content in blood (accumulated) so that it increases incidence rate of anemia, and it also increases BUN content in blood, but it has no influence on blood creatinin content.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34311
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naura Azka Nabila
Abstrak :
Salah satu dampak lingkungan yang dihasilkan dari kegiatan konstruksi adalah total suspended particulate (TSP), yang merupakan keseluruhan partikulat tersuspensi di udara dengan ukuran 100l¼m. TSP pada konstruksi ini diketahui dapat mengakibatkan berbagai efek kesehatan pada pekerja, termasuk efek karsinogenik, terutama yaitu pada pernapasan dan kardiovaskular. Oleh karena itu, dilakukan analisis risiko kesehatan pajanan TSP pada pekerja konstruksi jalan, dengan studi kasus Pembangunan Jalan Tol Cengkareng-Batu Ceper-Kunciran. Analisis risiko ini dibagi ke dalam risiko non- karsinogenik (realtime dan lifetime) serta risiko karsinogenik, dengan menggunakan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Nilai risiko non-karsinogenik (RQ) dianalisis dari perbandingan antara asupan dengan nilai referensi batas aman pajanan. Didapatkan secara kelompok (populasi) nilai RQ T1, baik pada pajanan realtime dan lifetime, dimana artinya tidak berisiko. Namun saat dianalisis secara individu, didapatkan 2 (2%) pekerja yang berisiko non-karsinogenik pada pajanan realtime dan 23 (27%) pekerja pada pajanan lifetime. Sedangkan, nilai risiko karsinogenik (ECR) dianalisis dengan mengalikan asupan dengan slope factor agen risiko. Secara kelompok (populasi) ataupun individu, didapatkan ECR > E yang artinya pekerja memiliki risiko kesehatan karsinogenik. Dengan adanya risiko tersebut, maka manajemen risiko perlu untuk dilaksanakan untuk meminimalisir dampak kesehatan pada pekerja di proyek. Beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu dengan komunikasi risiko dengan edukasi/sosialisasi, pengurangan debu dengan penggunaan water suppression/on tool extraction, serta pemberian APD pada seluruh pekerja.
One of the environmental impacts resulting from construction activities is total suspended particulate (TSP), which is a whole particle suspended in air with a size of 100l¼m. TSP in construction is known to cause various health effects on workers, including carcinogenic effect, especially in respiratory and cardiovascular diseases. Therefore, a TSP exposure health risk analysis is carried out on road construction workers, with a case study of the Cengkareng-Batu Ceper-Kunciran Toll Road Construction. This risk analysis is divided into non-carcinogenic risks (realtime and lifetime exposure) and carcinogenic risk, using the Environmental Health Risk Analysis (EHRA) method. The value of non-carcinogenic risk (RQ) was analyzed from the comparison between intake and reference value of safe exposure limit. It is found that in group (population) the value of RQ < 1 in both in realtime and lifetime exposure, which means the risk is still acceptable. However, when analyzed individually, 2 (2%) of workers were at risk of non-carcinogenic to realtime exposure and 23 (27%) workers on lifetime exposure. Meanwhile, carcinogenic risk (ECR) values were analyzed by multiplying intake with slope factor of the risk agent. In group (population) or individuals, ECR > E-4 is obtained, which means workers have carcinogenic health risks. With this, risk management is needed to be implemented to minimize the health impact on workers on the construction project. Some ways that can be done is by communicating the risk with education/socialization, reducing the dust by using a water suppression/on tool extraction, and also providing PPE to all workers.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library