Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Goedhuis, D.
Netherlands: Martinus Nijhoff, 1943
341.46 GOE h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014
341.46 KAJ
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015
341.46 KAJ
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Mitra Wacana Media, 2015
341.46 KAJ
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Maria Kristi Endah Murni
Abstrak :
Wilayah udara merupakan asset yang tidak hanya penting untuk pertahanan keamanan namun juga untuk berbagai kepentingan sosial dan ekonomi. Di bidang ekonomi, pengelolaan wilayah udara antara lain melalui perjanjian hubungan udara bilateral yang merupakan perjanjian diantara dua negara untuk mengatur bagaimana penerbangan berjadwal suatu perusahaan penerbangan dapat dilaksanakan pada kedua negara tersebut. Adanya perjanjian hubungan udara bilateral dimulai ketika pertemuan para wakil bangsa-bangsa gagal menyepakati secara multilateral pertukaran hak-hak angkut pada Konperensi Chicago tahun 1944. Indonesia hingga saat ini mempunyai 71 perjanjian hubungan udara bilateral. Masing-masing perjanjian mempunyai karasteristik yang berbeda yang disesuaikan dengan kepentingan Indonesia dan masing-masing Negara mitra. Dengan adanya kecenderungan liberalisasi angkutan udara yang telah menjadi kecenderungan global, kiranya diperlukan suatu perumusan perjanjian hubungan udara bilateral yang dapat mengakomodasi kebutuhan mobilitas orang maupun barang yang aman, selamat, cepat, teratur dan ekonomis tanpa mengabaikan keselamatan sehingga dapat meningkatkan peran strategis pertumbuhan ekonomi namun tetap menyesuaikan dengan kemampuan dan daya saing perusahaan nasional. Untuk mengantisipasi perubahan global tersebut, International Civil Aviation Organization (ICAO) telah menyampaikan beberapa perumusan perjanjian hubungan udara bilateral yang disarikan dare. 3600 perjanjian hubungan udara yang ada. Penerapan model perumusan sebagaimana direkomendasikan oleh ICAO tersebut tentu harus diimbangi dengan kebijakan yang tepat dan terarah agar hasilnya dapat benar-benar dinikmati oleh pengguna angkutan udara pada khususnya dan seluruh masyarakat pada umumnya. ...... The air space is an important asset that can be used not only for security defense aspects, but also having the important roles on social and economic issues. The arrangements of traffic rights for the implementation of international air transport services for each country had been formulated through the Bilateral Air Services Agreement mechanism between two countries. The bilateral air services agreement started when the representative of nation failure to approved to exchange the traffic rights through multilateral agreement approach in Chicago Convention 1944. To date, Indonesia has 71 (seventy one) Bilateral Air Services Agreement with the partner countries. Each agreement have different characteristic according to the benefit for the national interest. To anticipate the globalization era, which will influence the air transport industry, it is necessary to define some models of bilateral air services agreement which could accommodate the needs for the movement of passenger and goods rapidly, smoothly, securely and safely, by considering :
- To increase the strategic of economic growth;
- To increase nation air carrier competitiveness. International Civil Aviation. Organization (ICAO) had proposed some models of Bilateral Air Services Agreement which is summarized from 3600 Bilateral Air Services Agreement registered. The implementation models of the Bilateral Air Services Agreement as recommended by ICAO must be followed with the precise and reasonable policies for the benefit to all of the customer of air transport fields.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007
T19913
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henson Mulianto Salim
Abstrak :
ABSTRAK

Perkembangan teknologi dan pembangunan bangunan-bangunan gedung maupun infrastruktur di perkotaan telah mengakibatkan terbatasnya ruang dan tanah yang tersedia. Fenomena ini menjelaskan betapa pentingnya pengaturan akan ruang di atas tanah yang sistematis dan komprehensif. Ruang di atas tanah dalam UndangUndang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 disebut sebagai ruang angkasa adalah ruang di atas bumi dan air. Pengaturan hukum Indonesia terhadap penguasaan dan penggunaan ruang di atas tanah memiliki kaitan erat dengan hak atas tanah, dimana kewenangan penguasaan dan penggunaan ruang di atas tanah bersumber dari Hak Menguasai Negara yang diatur Pasal 2 Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 dan sebagai akibat hukum dari hak atas tanah sebagaimana diatur Pasal 4 Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960. Pelaksanaan penguasaan dan penggunaan ruang di atas tanah di Indonesia dapat dilihat dalam praktik stasiun-stasiun layang dan jalan-jalan rel layang Prasarana MRT Jakarta, Jembatan Multiguna Senen dan Jembatan Pondok Indah Mal yang melintasi prasarana dan/atau sarana umum di DKI Jakarta yang didasari pada Izin Mendirikan Bangunan. Penelitian dilakukan dengan cara menganalisis peraturan perundang-undangan nasional yang ada dan membandingkan pengaturan akan ruang dalam Hukum Belanda dan Hukum Singapura dengan cara menelaah pengaturan yang ada serta menganalisis dalam perspektif Hukum Indonesia. Penguasaan dan penggunaan ruang di atas tanah merupakan tindakan hukum menguasai ruang di atas tanah dengan batas-batas yang ditentukan dalam penataan ruang dan persyaratan administratif dan persyaratan teknis.


ABSTRACT


Technological developments and the construction of buildings and infrastructure in urban areas have resulted in limited available space and land. This phenomenon explains the importance of systematic and comprehensive regulation of airspace. Airspace in the Agrarian Basic Law No. 5 of 1960 are referred as space which are above earth and water. Indonesian regulation on control and utilization of airspace has a close connection with land rights, where the authority to control and utilization of airspace comes from the State Ownership Rights which are regulated in Article 2 of the Agrarian Basic Law No. 5 of 1960 and as a legal consequence of land rights as stipulated in Article 4 of the Agrarian Basic Law No. 5 of 1960. The implementation of control and utilization of airspace in Indonesia can be seen in the practice of elevated stations and elevated railroad tracks of the Jakarta MRT Infrastructure, Senen Multipurpose Bridge and Pondok Indah Mall Bridge which cross above infrastructure and/or public facilities in DKI Jakarta which are based on Building Construction Permits. This study analyzed national legislation and compared the regulations of airspace in Netherlands Law and Singapore Law by examining existing regulations and analyzes in the perspective of Indonesian Law. This study explains the need for regulation of a new land rights in the form of air space rights.

2019
T54056
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Tjahjo Khurniawan
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat ancaman dan kerawanan pelanggaran wilayah udara Indonesia di Ambalat serta pertahanan udara berbasis skenario-kapabilitas untuk menghadapinya. Penelitian menggunakan mixedmethod dengan mengkombinasikan atau mengasosiasikan bentuk kuantitatif dan kualitatif. Hasil analisis kuantitatif melalui one sample t-test menunjukkan adanya perbedaan antara tingkat ancaman yang ditetapkan sebesar 4 (kategori ?tinggi?), dengan hasil pengukuran yang lebih tinggi, yaitu sebesar 4,2098 (kategori ?sangat tinggi?), terutama ditandai oleh indikator Antusiasme Malaysia dengan skor 4,55 (kategori ?sangat tinggi/akut?). Sedangkan hasil analisis kerawanan menunjukkan tidak adanya perbedaan antara tingkat kerawanan yang kategorinya ditetapkan ?tinggi? yaitu sebesar 4, dengan skor hasil pengukuran yang kategorinya juga ?tinggi? yaitu sebesar 3,9811, dimana indikator yang menonjol adalah Dampak Kerugian Non-Material dengan skor 4,43 (kategori ?sangat tinggi/akut?). Selanjutnya dalam analisis kualitatif untuk mendalami hasil temuan analisis kuantitatif, hasilnya menguatkan temuan tingkat ancaman yang terukur sangat tinggi, yaitu Malaysia menunjukkan konsistensi kehadirannya di Ambalat guna menguatkan klaimnya atas wilayah tersebut. Sebagai solusi, penelitian ini kemudian menjalankan pengembangan skenario yang hasilnya mengarah pada pentingnya pemenuhan kapabilitas Kohanudnas yang difokuskan pada kemampuan menghalau sasaran udara sebelum memasuki Ambalat, serta perlu didukung strategi penggelaran Alutsista secara efektif dengan kemampuan siaga 1x24 jam/minggu guna mengantisipasi adanya fenomena ?gunung es? pelanggaran wilayah udara di Ambalat
ABSTRACT
This research purpose is to analyze the level of threat and vulnerability of Indonesian airspace violations in Ambalat and scenario-capability-based air defense to deal with them. The research is carried out using a mixed-method by combining or associating the quantitative and qualitative forms. The result of quantitative analysis through one sample t-test shows the difference between the threat level set at 4 (category "high") and the higher measurement result, which is 4.2098 (category "very high"), mainly characterized by Malaysia?s Desire indicator with score 4.55 (category "very high/acute"). Meanwhile, the result of vulnerability analysis shows no difference between the "high" catagory set as 4, and the result of measurement which is also at "high" category scored 3.9811, which has the prominent indicator of Non-Material Losses Impact with the score of 4.43 (categorized as "very high/acute"). Furthermore, qualitative analysis is executed to explore the findings of the quantitative analysis, which the result confirms the finding of a very high threat level, about Malaysia?s intention to show the consistency of its presence in order to strengthen its claim over Ambalat. As the solution, this research then run the scenario development which the result leads to the importance of compliance with Kohanudnas (National Air Defence Command) capability should focus on the ability to dispel air targets before entering Ambalat, and needs to be supported with major weapons system deployment strategies effectively with the ability to standby 24 hours a day in a week in anticipation of "iceberg" phenomenon of airspace violations in Ambalat
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Risdiarto
Abstrak :
ABSTRAK
Indonesia memiliki kedaulatan yang utuh dan eksklusif terhadap ruang udara di atas wilayah daratan dan di atas wilayah perairan. Hal ini didasarkan pada Konvensi Chicago tahun 1944 dan diperkuat dengan peraturan perundang-undangan di tingkat nasional. Namun hingga saat ini masih kerap terjadi pelanggaran wilayah udara Indonesia oleh pesawat udara asing tidak berizin. Hal ini memaksa TNI AU untuk melakukan pemaksaan mendarat terhadap para pelanggar kedaulatan Indonesia. Namun sanksi yang dikenakan kepada para pelaku pelanggaran selama ini dianggap kurang maksimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ancaman yang timbul akibat pelanggaran wilayah udara Indonesia, kendala yang terjadi saat proses penindakan terhadap pelaku dan bagaimana pendelegasian FIR diatas Kepri, Batam dan Natuna kepada Singapura memberikan peluang terhadap pelanggaran wilayah udara Indonesia. Penelitian ini dilakukan melalui metode kualitatif dengan teknik pengambilan data melalui wawancara dan studi pustaka yang kemudian di analisa melalui cara deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa ancaman dapat terjadi dalam bentuk berupa ldquo;hostile intent/niat jahat rdquo; dan kedua adalah ldquo;hostile act/tindakan permusuhan rdquo; yang dilakukan oleh pihak asing/musuh. Kendala yang terjadi antara lain meliputi: keterbatasan alutsista TNI AU khususnya radar militer dan pesawat tempur, belum adanya kewenangan TNI AU sebagai penyidik dalam kasus pelanggaran wilayah udara yang beraspek pertahanan negara dan tidak ada sanksi dalam UU No.1/2009 tentang Penerbangan terkait pelanggaran wilayah udara. Pendelegasian FIR diatas Kepri, Batam dan Natuna memberikan peluang terhadap pelanggaran wilayah udara Indonesia dengan kerap kali terjadi pelanggaran wilayah udara akibat pesawat udara sipil asing yang melintasi wilayah tersebut hanya meminta izin dari Singapura dan mengabaikan pihak Indonesia sebagai negara yang dilintasi.
ABSTRACT
Indonesia has complete and exclusive sovereignty over airspace over land area and above water territory. It is based on the Chicago Convention of 1944 and reinforced by national legislation. However, there are still frequent violations of Indonesian airspace by unlicensed foreign aircraft. This forced the Indonesian Air Force to forcedown of the sovereigns of Indonesian sovereignty. The purpose of this study is to determine what threats arise due to violations of Indonesian airspace, constrains that occur during the prosecution of perpetrators of violations and how the FIR delegation above Kepri, Batam and Natuna to Singapore provides opportunities for violations of Indonesian airspace. This research is done through qualitative method with data retrieval technique through interview and literature study which then analyzed by qualitative descriptive method. From the results of the study it was concluded that threats could occur in the form of hostile intent and secondly hostile act perpetrated by foreign parties enemies. Constraints that occur include the limitations of defense equipment, especially radar and fighter aircraft, the lack of authority of the Air Force as investigators in case of violations of airspace that has defense aspect of the state and there are no sanctions in Law No.1 2009 concerning Aviation related airspace violations aerial instrusion . The delegation of FIR over Kepri, Batam and Natuna provides opportunities for violations of Indonesian airspace with frequent airspace violations resulting from foreign civilian aircraft crossing the area soliciting permission from Singapore and ignoring the Indonesian side as a crossed country
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1985
S25572
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>