Search Result  ::  Save as CSV :: Back

Search Result

Found 3 Document(s) match with the query
cover
Untari Dewi Ambarini
"The presence of iron (Fe) impurities in aluminum alloys often leads to the formation of brittle intermetallic compounds, particularly β-Al₅FeSi, which severely degrade mechanical performance. This research investigates the influence of zirconium (Zr) additions (0.3%, 0.5%, and 1%) and varying cooling rates (<3°C, 5–8°C, and>10°C) on the microstructure and mechanical properties of Al-Si-Fe alloys. Using die casting and controlledcooling, the alloys were fabricated and analyzed through optical microscopy, SEM, EDS, and Vickers hardness testing to assess secondary dendrite arm spacing (SDAS), Fe intermetallic morphology, and hardness. The resultsshow that faster cooling rates significantly refine the microstructure and enhance hardness in all compositions. The addition of 0.5% Zr yielded the most optimal outcome—producing refined, fragmented Fe-rich intermetallics, the lowest SDAS values, and the highest hardness under slow cooling (100.86 HV at >10°C). Incontrast, 1% Zr led to coarse intermetallic agglomerates under slow cooling, reducing its effectiveness and mechanical stability. EDS and elemental mapping confirmed that excessive Zr caused localized segregation, while 0.5% Zr promoted uniform Al₃Zr precipitation. This study concludes that 0.5% Zr is the ideal composition for enhancing both microstructure and hardness across a range of cooling conditions. It provides a practicalguideline for the use of Zr as a grain refiner in aluminum alloys and emphasizes the need for optimizing both alloy composition and processing conditions to achieve superior mechanical performance in industrial applications.

Kehadiran besi (Fe) pengotor dalam paduan aluminium sering menyebabkan pembentukan senyawa interlogam yang rapuh, terutama β-Al₅FeSi, yang sangat menurunkan kinerja mekanik. Penelitian ini menyelidiki pengaruh penambahan zirkonium (Zr) (0,3%, 0,5%, dan 1%) dan tingkat pendinginan yang bervariasi (<3°C, 5–8°C, dan >10°C) terhadap struktur mikro dan sifat mekanik paduan Al-Si-Fe. Menggunakan die casting dan pendinginan terkontrol, paduan dibuat dan dianalisis melalui mikroskop optik, pengujian kekerasan SEM, EDS, dan Vickers untuk menilai jarak lengan dendrit sekunder (SDAS), morfologi interlogam Fe, dan kekerasan. Hasilnya menunjukkan bahwa laju pendinginan yang lebih cepat secara signifikan menyempurnakan struktur mikro dan meningkatkan kekerasan di semua komposisi. Penambahan Zr 0,5% menghasilkan hasil yang paling optimal—menghasilkan intermetalik kaya Fe yang dimurnikan dan terfragmentasi, nilai SDAS terendah, dan kekerasan tertinggi di bawah pendinginan lambat (100,86 HV pada >10°C). Sebaliknya, 1% Zr menyebabkan aglomerat interlogam kasar di bawah pendinginan lambat, mengurangi efektivitas dan stabilitas mekanisnya. EDS dan pemetaan unsur mengkonfirmasi bahwa Zr yang berlebihan menyebabkan pemisahan lokal, sementara 0,5% Zr mempromosikan presipitasi Al₃Zr yang seragam. Studi ini menyimpulkan bahwa 0,5% Zr adalah komposisi ideal untuk meningkatkan struktur mikro dan kekerasan di berbagai kondisi pendinginan. Ini memberikan pedoman praktis untuk penggunaan Zr sebagai penyulingan biji-bijian dalam paduan aluminium dan menekankan perlunya mengoptimalkan komposisi paduan dan kondisi pemrosesan untuk mencapai kinerja mekanik yang unggul dalam aplikasi industri."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Novendra Darwis
"Aluminium adalah bahan yang paling banyak digunakan kedua di dunia, aplikasi Aluminium harus dimodifikasi dengan menambahkan elemen tertentu atau proses lainnya untuk meningkatkan sifat mekanik dan ketahanan korosi pada material. Paduan AC4C ini adalah paduan aluminium-silikon yang memiliki komposisi Al sebesar 92,69 wt%, Si sebesar 6,76 wt%, Mn sebesar 0,25 wt%, Fe sebesar 0,21 wt%, dan Ag sebesar 0,09 wt%. Dalam penelitian ini aluminium AC4C diberikan kompresi dengan  beban vertikal dalam 5 variasi yaitu 0 Ton, 3 Ton, 5 Ton, 7 Ton dan 9 Ton. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati sifat korosi, perubahan struktur, yang disebabkan oleh kompresi. Karakterisasi menggunakan XRD (X-ray Difraction) untuk mengamati fase dan struktur. Hasil menunjukkan pola difraksi yang berbeda dari satu sampel tanpa kompresi dengan sampel ditekan. Hasil penelitian menunjukan bahwa sampel dengan variasi beban 3 Ton, 5 Ton, 7 Ton dan 9 Ton tidak merubah struktur kristal dari sampel yaitu face center cubic dan fasa yang didapat didominasi oleh aluminium dan silicon, ukuran kristal yang didapat tidak menunjukan adanya trend atau kecendrungan, pada beban 0 Ton, 3 Ton, 5 Ton, 7 Ton, 9 Ton menghasilkan ukuran kristal 57,44 nm, 53,81 nm, 90,47 nm, 90,47 nm, 439,42 nm. Pengujian korosi dalam larutan 3,5% NaCl pada suhu 10ºC dan 25ºC dilakukan dengan cara polarisasi potensiodinamik. Hasilnya menunjukkan Potensial dan arus  korosi yang berbeda untuk setiap sampel. Hasil Laju korosi pada suhu 10ºC adalah 2,9 x 10-1 mm/tahun dan 25ºC adalah 2,1 x 10-1 mm/tahun untuk yang sampel tidak diberikan variasi beban. Hasil laju korosi pada suhu 10ºC dengan beban 3 Ton adalah 8,6 x 10-1 mm/tahun, 5 Ton adalah 2,7 x 10-1 mm/tahun, 7 Ton adalah 1,9 x 10-1, 9 Ton adalah 2,8 x 10-1 mm/tahun dan hasil laju korosi pada suhu 25ºC dengan beban 3 ton adalah 1,6 x 10-1 mm/tahun, 5 Ton adalah 2,8 x 10-1mm/tahun, 7 Ton adalah 9,9 x 10-1mm/tahun, 9 Ton adalah  2,02 x 10-1 mm/tahun. Menggunakan data laju Korosi, masa pakai material bisa diprediksi.

Aluminum is the most widely used material in the world, Aluminum applications must support certain elements or other processes to improve mechanical properties and corrosion resistance in materials. This AC4C alloy is an aluminum-silicon alloy which has an composition of Al 92.69 wt%, Si 6.76 wt%, Mn 0.25 wt%, Fe 0.21 wt%, and Ag 0.09 wt %. In this study, aluminum AC4C was given compression with vertical loads in 5 variations, namely 0 Ton, 3 Ton, 5 Ton, 7 Ton and 9 Ton. The purpose of this study is to discuss the nature of corrosion, changes in structure, caused by compression. Characterization uses XRD (X-ray Diffraction) for phase regulation and structure. The results choose a diffraction pattern that is different from one sample without compression with the sample compressed. The results showed a sample with a variation of load 3 Ton, 5 Ton,  Ton and 9 Ton did not change the crystal structure of the sample ie face center cubic and the phase obtained by aluminum and silicon, the size of the crystal obtained did not show trends or trends, at a load of 0 Ton, 3 Ton, 5 Ton, 7 Ton, 9 Ton produce crystal sizes of 57.44 nm, 53.81 nm, 90.47 nm, 90.47 nm, 439.42 nm. Corrosion testing in testing 3.5% NaCl at temperatures of 10ºC and 25ºC was done by polarizing potentiodynamics. Show the different potential and correction currents for each sample. Results Corrosion rate at 10ºC is 2.9 x 10-1 mm/year and 25ºC is 2.1 x 10-1 mm/year for samples that do not provide load variations. Results Corrosion speed at 10ºC with a load of 3 Ton is 8.6 x 10-1 mm /year, 5 Ton is 2.7 x 10-1 mm/year, 7 Ton is 1.9 x 10-1 mm/year, 9 Ton is 2.8 x 10-1 mm/year and the results of corrosion rate at 25ºC with a load of 3 Ton is 1.6 x 10-1 mm/year, 5 Ton is 2.8 x 10-1 mm/year, 7 Ton is 9.9 x 10-1 mm/year, 9 Ton is 2.02 x 10-1 mm/year. Using Corrosion rate data, material lifetime can be predicted.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library