Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Charion Gibreth Hannes
Abstrak :
Antioksidan diperlukan oleh tubuh untuk menangkal radikal bebas yang ada . Sumber antioksidan dapat diperoleh dari vitamin maupun enzim. Salah satu antioksidan yang baik adalah glutathione (GSH) sintesis, isolasi dari yeast ekstrak hasil fermentasi broth. Karakterisasi yeast ekstrak sebagai antioksidan berupa asam amino. Dalam penelitian karakterisasi yeast ekstrak merujuk pada metode isolasi GSH, dengan memvariasi pelarut dan waktu ekstraksi menggunakan air panas dan etanol 25%. Dari variasi waktu dan pelarut ekstraksi akan diuji kandungan GSH dengan metode alloxan, untuk memperoleh kosentrasi maksimal. Hasil penelitian menunjukkan isolasi asam amino dengan pelarut air panas, pada waktu 15 menit lebih baik. Hasil ini kemudian dilakukan karakterisasi asam amino dengan metode HPLC dan LCMS. Asam amino yang memiliki aktivitas antioksidan ialah methionine, pada pelarut air panas dengan metode HPLC kandungannya 4869,93 ppm dan metode LCMS kandungannya 3402,91 ppm dan pelarut etanol dengan metode LCMS kandungannya 4137,002 ppm. Karakterisasi asam amino nantinya dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku kosmetik bernilai jual ekonomis. ...... Antioxidants are needed by the body for scavenge free radicals. Source of antioxidants can be obtained from vitamins and enzymes. One is a good glutathione (GSH) synthesis, isolation of yeast extract from fermented broth. Characterization of yeast extract as an antioxidant in the form of amino acids. In the characterization studies of yeast extract refers to the method of isolation of GSH, by varying solvent and extraction time using hot water and ethanol 25%. From the variation of time and solvent extraction will be tested with the GSH content of alloxan method to obtain the highest concentration. The results show the isolation of amino acids with a hot solvent at the time of 15 minutes is better. These results are then carried out the characterization of amino acids by HPLC and LCMS methods. Amino acid which has antioxidant activity is methionine, the hot water solvents with HPLC method 4869.93 ppm abortion and abortion LCMS method and 3402.91 ppm ethanol with LCMS method implies 4137.002 ppm. Characterization of amino acids can then be used as a source of raw materials economical cosmetics worth selling.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54824
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kenandi Raihan Librianto
Abstrak :
Latar Belakang L-Sitrulin merupakan asam alfa-amino non-protein yang disintesis dalam siklus urea. L- Sitrulin sendiri memiliki beberapa fungsi dalam tubuh, yaitu sebagai produk sekunder dari nitrat oksida yang merupakan hasil dari oksidasi arginin. Nitrat oksida memiliki beberapa fungsi yang di antaranya adalah sebagai molekul antioksidan, antiinflamasi, serta, vasoproteksi. L-Sitrulin ini ditemukan pada berbagai buah famili Cucurbitaceae. Adapun beberapa contoh buah famili Cucurbitaceae di antaranya adalah melon, semangka, mentimun, dan labu siam. Akan tetapi, belum ada penilitian terkait apakah ada perbedaan kadar L-Sitrulin di buah semangka merah dan buah semangka kuning. Oleh karena itu, peneliti terdorong dan ingin membuktikan kadar sitrulin pada buah semangka merah dan kuning. Metode Penelitian yang dilakukan menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Desain ini dilakukan untuk mengetahui kadar L-Sitrulin di dalam buah semangka merah dan semangka kuning dengan metode Knipp dan Vasak sebagai acuan. Adapun sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kadar L-sitrulin dalam berat bersih 50 gram buah semangka merah dan semangka kuning. Hasil Berdasarkan hasil pengukuran, semangka merah dan kuning memiliki kadar sitrulin dalam 100 gram sampel masing-masing adalah 2,55 gram/100 gram sampel dan 2,63 gram/100 gram sampel. Hasil pengukuran dua jenis buah tidak memiliki perbedaan yang bermakna dengan nilai p > 0,05. Kesimpulan Semangka merah dan kuning memiliki kadar sitrulin yang cukup untuk dikonsumsi berdasarkan pengukuran dan pengujian data yang telah dilakukan. ......Introduction L-Citrulline is a non-essential alpha-amino acid that is synthesized in the urea cycle. L- Citrulline itself has several functions in the body, namely as a secondary product of nitric oxide which is the result of arginine oxidation. Nitric oxide has several functions, including as an antioxidant, anti-inflammatory, and vasoprotective molecule. L-citrulline is found in various fruits of the Cucurbitaceae family. Some examples of the Cucurbitaceae family include melons, watermelons, cucumbers and chayote. However, there has been no research related to whether there is a difference in L-citrulline levels in watermelon red flesh and yellow flesh watermelon. Therefore, researchers are motivated and want to prove the levels of citrulline in red and yellow flesh watermelons. Method The research was conducted using a descriptive design along with a quantitative approach. This design was carried out to determine the levels of L-Citrulline in red watermelon and yellow watermelon using the Knipp and Vasak method as a reference. The samples used in this study were L-citrulline levels in a net weight of 100 grams of red watermelon and yellow watermelon. Results Based on the measurement results, red and yellow flesh watermelon have citrulline levels in 100 grams of sample, respectively 2.55 grams/100 grams of sample and 2.63 grams/100 grams of sample. The measurement results of the two types of fruit did not have a significant difference with a p value > 0.05. Conclusion Red and yellow watermelons have sufficient citrulline levels for consumption based on measurements and testing data that have been carried out.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deryana Avidhianita
Abstrak :
Latar Belakang: L-arginin merupakan asam amino semiesensial yang produksinya tidak mencukupi kebutuhan dalam kondisi stres oksidatif akibat inflamasi. L-arginin adalah satu-satunya substrat bagi enzim nitric oxide synthase (NOS) yang memproduksi nitric oxide (NO) yang dapat mengaktivasi focal adhesion kinase (FAK) pathwaydan memicu terjadinya proses migrasi sel. Tujuan: Mengetahui potensi media kultur asam amino L-arginin terhadap laju kecepatan migrasi hDPSCs. Metode: Evaluasi media kultur asam amino L-arginin konsentrasi 300, 400, 500 ¼mol/L, serta DMEM sebagai kontrol terhadap laju kecepatan migrasi hDPSCs menggunakan uji scratch assay menggunakan uji scratch assay yang dihitung dengan rumus laju kecepatan migrasi setelah 24 jam. Analisis statistic menggunakan Paired T-Test dan Oneway ANOVA dengan post hoc LSD. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna potensi L-arginin 500 μmol/L dibandingkan konsentrasi 300 dan 400 μmol/L, serta kontrol. Kesimpulan: Media kultur asam amino L-arginin 500 ¼mol/L memiliki potensi laju kecepatan migrasi yang lebih baik dibandingkan konsetrasi 300, 400 ¼mol/L dan kontrol. ...... Background: L-arginine is semiessential amino acid which the production is insufficient under oxidative stress due to inflammation. L-arginine is the only substrate of nitric oxide synthase (NOS) enzyme that produces nitric oxide (NO) which activates focal adhesion kinase (FAK) pathway to stimulate cell migration. Objective: To understand potential of L-arginine amino acid culture media towards speed rate of hDPSCs migration. Methods: Evaluation of 300, 400, 500 ¼mol/L of L-arginin amino acid culture media and DMEM as control towars speed rate of hDPSCs migration using scratch assay and calculation of migration speed rate after 24 hours. Statistical analysis using Paired T-Test and Oneway ANOVA with post hoc LSD. Results: Significant result was shown between 500 ¼mol/L of L-arginin amino acid culture media compared with 300 and 400 ¼mol/L concentration and control towards migration speed rate after 24 hours. Conclusion: 500 ¼mol/L of L-arginin amino acid culture media has a better migration rate compared with lower concentrations and control.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Telah dipelajari metode pengasaman dalam proses produksi minyak kelapa sebagai alternatif proses pioduksi. Pioduk minyak kelapa yang dihasilkan dibandingkan dengan syarat mutu SNI 01-2902-2011 dan dilakukan uji komposisi asam amino pada pioduk samping (blondo) menggunakan HPLC untuk mendeteksi kegagalan prod uksi melalui proses pengasaman. Rendemen minyak kelapa yang diproduksi melalui proses pengasaman berkisar antara 14-32,3%, sedangkan kualitas mutu minyak kelapa meliputi kadai air beikisai 0,1-0,48%, kadar kotoran beikisar 0,01-0,06%, bilangan iodida beikisar 6%, 8-9%, 8%, kadar asam lemak bebas (FFA) beikisar 0, 2-1, 26, bilangan penyabunan berkisar 243-267, warna jernih dan aroma khas, sedangkan kadar protein dihitung sebagai total N-Kjeldhal 9%, 09-21%, 8%. Produk samping blondo dianalisa menggunakan HPLC, hasil kiomatogiam blondo menunjukkan beberapa puncak asam amino asam aspartat, glutamin, serin, histidin, glisin, argini, alanin, tirosin, metionin, valin, fenilalanin, isoleusin, leusin dan I/sin. Pada proses pengasaman yang gagal tidak muncul puncak kromatogram leusin clan lisin, sifat fisiknya menunjukkan bau tengik clan warna keruh pada sampel minyak kelapa tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pengasaman menggunakan asam asetat (CH3COOH) dapat dijadikan metode untuk proses produksi minyak kelapa yang memenuhi persyaratan mutu SNI 01-2902-2011 dan APCC Standards Asian & Pacific Coconut Community 2006.
JDPI 23:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Novita Wirawan
Abstrak :
Asam amino menjadi zat gizi baru yang diduga berhubungan dengan pertumbuhan linier ketika banyak penelitian menemukan bahwa asupan protein cukup dan intervensi zat gizi mikro menunjukkan hasil yang tidak memuaskan. Kondisi stunting terjadi bersamaan dengan wasting karena kemungkinan berbagi jalur yang sama. Oleh karena itu, studi mengenai stunting dapat memiliki hasil yang berlebihan ketika wasting tidak dijadikan pengecualian. Studi potong lintang komparatif 2 fase ini bertujuan untuk membandingkan asupan asam amino dan konsentrasinya dalam darah antara anak stunted non-wasted (SNW) dan non-stunted non-wasted (NSNW) yang berusia 12-23 bulan dan menggunakan hasil dari fase 1 untuk mengembangkan rekomendasi pemberian makan dan makanan campuran (MC) dengan menggunakan makanan yang tersedia secara lokal yang kurang dimanfaatkan. Stunting didefinisikan sebagai panjang badan menurut umur (PB/U) dalam Z skor <-2 SD sedangkan untuk non-stunting dengan PB/U ≥-1 SD. Kedua kelompok memiliki Z skor berat badan menurut panjang badan yang normal (BB/PB antara -2 SD hingga +1SD). Pemrograman linier digunakan untuk pengembangan rekomendasi pemberian rekomendasi pemberian makan (Optifood) dan CG (Nutrisurvey2004). Sebanyak 151 data dianalisis. Tidak ada perbedaan signifikan pada asam amino dan asupan gizi makro mikro kecuali proporsi protein yang berisiko kekurangan lebih tinggi pada kelompok SNW. Arginin merupakan satu-satunya konsentrasi darah yang berbeda antar kelompok. Histidin menjadi sebuah masalah gizi mutlak pada kelompok SNW dan NSNW, sedangkan riboflavin dan zink rendah dalam kelompok stunting tetapi cukup pada kelompok normal. Selain itu, zat gizi makro dan mikro lainya kurang dalam kedua kelompok kecuali protein dan vitamin A. Zat gizi yang kurang adalah Ca, Vit C, Thiamin, Riboflavin, Niasin, B6, Folat, B12, Besi, Zink, dan Histidin. Rekomendasi yang diusulkan dapat memenuhi Vit C, Riboflavin, Besi, dan Zink tetapi tidak dapat mencukupi Ca, Thiamin, Niasin, B6, Folat, B12, dan Histidin. Dengan memasukkan kacang tunggak, buncis batik, ikan wader, dan susu sapi dalam pengembangan CG, zat gizi yang sebelumnya kurang dapat tercukupi. ......Amino acids be the emerging nutrients that hypothesized to be associated with linear growth when many studies found that protein intake is considerably adequate and micronutrient intervention showed an unsatisfactory result. Stunting condition concurrently occurred with wasting as they may share similar pathways. Therefore, studies on stunting may have an exaggerated results when wasting was not an exclusion. This 2 phases comparative cross sectional study aimed to compare amino acid intake and its concentration in blood between stunted non-wasted (SNW) and non-stunted non-wasted (NSNW) children aged 12-23 months and using the results of phase 1 to develop a complementary feeding recommendation (CFR) and food multi-mix (FMM) by incorporating underutilized locally available foods. Stunted was defined as length for age z-score (LAZ) <-2 SD whereas for non-stunted with LAZ ≥-1 SD. Both groups have normal weight for length z-score (WLZ between -2 SD to +1SD). Linear programming was used for CFR (Optifood) and FMM development (Nutrisurvey 2004). A total of 151 data was analyzed. No significant different on the amino acid and macro micronutrients intake except the proportion protein at risk of inadequacy was significantly higher among SNW group. Arginine was the only blood concentration that significantly different between the groups. Histidine was an absolute problem nutrient in SNW and NSNW group, whereas riboflavin and zinc were inadequate among stunted group but adequate among normal group. In addition, other macro and micronutrients were inadequate in both groups except for protein and vitamin A. The inadequate nutrients were Ca, Vit C, Thiamin, Riboflavin, Niacin, B6, Folate, B12, Iron, Zinc and histidine. With the proposed recommendations, it can fulfil Vit C, Riboflavin, Iron and Zinc. But it cannot fulfil Ca, Thiamin, Niacin, B6, folate, B12 and histidine. With the incorporation of the selected underutilized cowpea, buncis batik, wader fish and cows’ milk in the FMM development, the nutrients that are challenging in CFR development, can be fulfilled.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library