Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kinantika Nur Dewanti
Abstrak :
Masalah anemia gizi besi (AGB) pada remaja putri saat ini masih tinggi. Faktanya pengetahuan, sikap dan tindakan remaja putri dalam pencegahan anemia masih kurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan edukasi kesehatan masih belum dilakukan secara optimal. Edukasi kesehatan adalah usaha untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan sesorang. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh edukasi kesehatan interaktif dalam jaringan terhadap perilaku pencegahan anemia gizi besi pada remaja putri.Penelitian menggunakan rancangan quasi experiment dengan control group. Jumlah sampel terdiri dari 41 responden kelompok intervensi dan 41 responden kelompok kontrol. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner. Analisa data yang digunakan yaitu paired t test dan pooled t test. Hasil penelitian menunjukkan edukasi kesehatan interaktif dalam jaringan berpengaruh secara signifikan terhadap pengetahuan (p= 0,000), sikap (p=0,000), dan tindakan (p=0,022) pencegahan anemia gizi besi pada remaja putri. Edukasi kesehatan interaktif dalam jaringan dapat diterapkan sebagai upaya peningkatan perilaku pencegahan anemia gizi besi pada remaja putri yang dapat diintegrasikan dalam pelayanan keperawatan di sekolah. ......The problem of anaemia iron deficiency in female adolescent is still high. In the fact, adolescent’s knowledge, attitude and practice about anaemia prevention is still lack. This showed that health education intervention was not optimal. Health education is an effort to improve knowledge, attitude and practice of adolescent about anaemia iron deficiency prevention. This study aimed to determine the effect of online interactive health education on behavior of iron deficiency anaemia prevention in female adolescent. The research was quasi experiment with two groups involving 41 female adolescent as the intervention group and 41 in control group. Instrument used a questionnaire. Data were analyzed using a unpaired and paired t-test. The results showed that online interactive health education significantly effected on knowledge (p=0,000), attitude (p=0,000), and skill (p=0,022) of anaemia iron deficiency prevention in female adolescent. The online interactive health education could be applied as an effort to enhance the anaemia iron deficiency preventive behavior of female adolescent which could be integrated in the school nursing service.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Novita Yuliet
Abstrak :
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada remaja putri. Dampak buruk yang terjadi pada remaja putri yang mengalami anemia adalah turunnya kosentrasi belajar, gangguan memori dan daya ingat sehingga menurunnya prestasi belajar disekolah. Strategi intervensi dalam penanganan anemia tidak hanya dengan pemberian suplemen zat besi/fe juga dengan memberikan pengetahuan yang tepat tentang diet sehat, perubahan gaya hidup dan memberitahu dampak buruk dari kekurangan zat besi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas edukasi kesehatan menggunakan video terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri dalam pencegahan anemia defisiensi besi. Penelitian Quasi-eksperimental ini menggunakan pre-post dengan kelompok kontrol. Kelompok intervensi terdiri dari 52 responden sedangkan kelompok kontrol 52 responden. Tempat penelitian berdasarkan hasil multitage random sampling yaitu SMKN 1 Rengat untuk kelompok intervensi dan SMAN 2 Rengat untuk kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampling yang digunakan adalah purvosive sampling. Hasil uji statistic menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap remaja putri pada kelompok intervensi yang diberikan edukasi kesehatan menggunakan video dibandingkan kelompok kontrol (p<0,001). Edukasi kesehatan menggunakan video efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja putri setelah diberikan edukasi kesehatan tentang pencegahan anemia defisiensi besi (p<0,001). ......Anemia is a health problem that often occurs in young women. The bad impact that occurs in adolescent girls who experience anemia is a decrease in learning concentration, memory and memory problems so that learning achievement in school decreases. The intervention strategy in managing anemia is not only by giving iron / fe supplements but also by providing proper knowledge about a healthy diet, lifestyle changes and notifying the adverse effects of iron deficiency. This study aims to determine the effectiveness of health education using videos on the knowledge and attitudes of young women in the prevention of iron deficiency anemia. This quasi-experimental study used a pre-post control group. The intervention group consisted of 52 respondents while the control group consisted of 52 respondents. The research location was based on the results of the multitage random sampling, SMKN 1 Rengat for the intervention group and SMAN 2 Rengat for the control group. The sampling technique used was purposive sampling. The results of statistical tests showed that there was a significant difference between the knowledge and attitudes of young women in the intervention group that was given health education using video compared to the control group (p <0.001). Health education using videos was effective in increasing the knowledge and attitudes of young women after being given health education on the prevention of iron deficiency anemia (p <0.001).
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abidin Widjanarko
Abstrak :
Selama ini di dunia telah Iama diketahui faktor prediksi respon terhadap pengobatan tertentu pada penyakit anemia apiastik, baik terhadap transplantasi sel induk hemopoietik, imunosupresif maupun siklofosfamid dosis tinggi. Kita di Indonesia belum memilikinya disebabkan beberapa faktor antara lain karena pada umumnya pasien anemia apiastik berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah sehingga pada mereka tidak menjalani pengobatan agresif dan mahal dan dengan demikian tidak mungkin dilakukan penelitian terhadap faktor prediksi respon karena kepentingan memperoleh faktor prediksi ini muncui apabila kita akan memberikan pengobatan yang mahai atau memiliki efek samping yang oukup berat. Penatalaksanaan pasien anemia aplastik berat di Divisi Hematologi-Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI / RSUPNCM selama ini masih menghadapi berbagai kendaia. Selain penyakitnya berat, biaya yang diperlukan untuk pengobatan juga tinggi, sebagian besar pasien tersebut berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Diperlukan upaya bam untuk mengobati pasien tersebut sehingga dicapai keadaan yang lebih baik. Dalam peneiitian ini dipilih pengobatan menggunakan siklofosfamid dosis menengah karena memiliki selain efek imunosupresif yang cukup kuat harganya terjangkau, dapat diberikan secara berobat jalan, dan pengalaman dokter menggunakan obat tersebut sudah banyak. Untuk memperkirakan respon penyakit terhadap pengobatan siklofosfamid tersebut, dipiiih perneriksaan sei CD34 pra dan pasca kultur sel selama 12 hari, pemeriksaan sitogenetika kromosom sumsum tulang, pemeriksaan sel CD55- dan sei CD59-, pemeriksaan serologi penyakit Lupus Eritematosus Sistemik berupa ANA dan Anti ds DNA. Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh hasil berupa perbaikan keadaan pasien anemia apiastik berat yang ditandai dengan membaiknya hitung darah tepi kadar hemoglobin, lekosit, dan trombosit; menurunnya kebutuhan transfusi komponen darah; menurunnya kekerapan infeksi selama 2 bulan pasca pengobatan dibandingkan seiama 2 bulan pra pengobatan. Diharapkan juga dapat diperoleh faktor prediksi respon pengobatan tersebut.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
D618
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abidin Widjanarko
Abstrak :
Selama ini di dunia telah Iama diketahui faktor prediksi respon terhadap pengobatan tertentu pada penyakit anemia aplastik, baik terhadap transplantasi sel induk hemopoietik, imunosupresif maupun siklofosfamid dosis tinggi. Kita di Indonesia belum memilikinya disebabkan beberapa faktor antara lain karena pada umumnya pasien anemia apiastik berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah sehingga pada mereka tidak menjalani pengobatan agresif dan mahal dan dengan demikian tidak mungkin dilakukan penelitian terhadap faktor prediksi respon karena kepentingan memperoleh faktor prediksi ini muncui apabila kita akan memberikan pengobatan yang mahai atau memiliki efek samping yang oukup berat. Penatalaksanaan pasien anemia aplastik berat di Divisi Hematologi-Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI / RSUPNCM selama ini masih menghadapi berbagai kendaia. Selain penyakitnya berat, biaya yang diperlukan untuk pengobatan juga tinggi, sebagian besar pasien tersebut berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Diperlukan upaya bam untuk mengobati pasien tersebut sehingga dicapai keadaan yang lebih baik. Dalam peneiitian ini dipilih pengobatan menggunakan siklofosfamid dosis menengah karena memiliki selain efek imunosupresif yang cukup kuat harganya terjangkau, dapat diberikan secara berobat jalan, dan pengalaman dokter menggunakan obat tersebut sudah banyak. Untuk memperkirakan respon penyakit terhadap pengobatan siklofosfamid tersebut, dipiiih perneriksaan sei CD34 pra dan pasca kultur sel selama 12 hari, pemeriksaan sitogenetika kromosom sumsum tulang, pemeriksaan sel CD55- dan sei CD59-, pemeriksaan serologi penyakit Lupus Eritematosus Sistemik berupa ANA dan Anti ds DNA. Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh hasil berupa perbaikan keadaan pasien anemia apiastik berat yang ditandai dengan membaiknya hitung darah tepi kadar hemoglobin, lekosit, dan trombosit; menurunnya kebutuhan transfusi komponen darah; menurunnya kekerapan infeksi selama 2 bulan pasca pengobatan dibandingkan seiama 2 bulan pra pengobatan. Diharapkan juga dapat diperoleh faktor prediksi respon pengobatan tersebut.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
D762
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Anemia merupakan salah satu efek samping yang paling sering dialami pasien kanker yang diterapi dengan cisplatin dosis tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perkembangan anemia dan menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap anemia pada pasien yang diterapi cisplatin. Dilakukan pengumpulan data pada pasien kanker kepala dan leher yang menjalani kemoterapi berbasis cisplatin antara Desember 2002 hingga Desember 2005. Insidensi dan faktor risiko anemia dianalisis dengan mencakup faktor usia, jenis kelamin, kadar Hb awal, klirens kreatinin awal, dan metastasis jauh. Stratifikasi menurut usia dan jenis kelamin dilakukan terhadap kadar Hb awal dan CrCl awal. Analisis multivariat digunakan untuk mengidentifikasi prediktor independen anemia. Dari 86 pasien, 26 (30,2%) mengalami anemia, ditandai kadar hemoglobin < 11 g/dL. Kadar hemoglobin turun secara signifikan setelah siklus pertama, dan terus menurun. Usia > 55 tahun (RR = 2.2, 95% CI, 1.2-4.0), jenis kelamin perempuan (RR = 2.0, 95% CI, 1.2-3.8), kadar Hb awal ≤ 13 g/dL (RR = 4.2, 95% CI, 1.9-9.4) dan CrCl awal < 50 mL/menit (RR = 2.9, 95% CI, 1.7-5.1) berkorelasi dengan insidensi anemia (P < 0.05). Pada analisis multivariat, kadar hemoglobin awal dan klirens kreatinin awal merupakan faktor risiko independen anemia. Akan tetapi, terdapat efek perancu pada klirens kreatinin awal pada stratifikasi menurut usia (aRR = 2.2, 95% CI, 1.1-4.7). Kadar hemoglobin awal merupakan prediktor terkuat dari anemia. Kadar hemoglobin awal ≤ 13 g/dL ke bawah dan klirens kreatinin awal < 50 g/dL merupakan prediktor independen anemia akibat cisplatin, sehingga keduanya bernilai penting terhadap upaya prevensi anemia.
Abstract
Cisplatin is well-known for its effectiveness against cancer, as well as its toxicity to human tissues. Of several documented side effects, anemia was reported to have significant association with decreased quality of life. This study was conducted to investigate development of cisplatin-induced anemia, and to identify independent factors contributing to anemia. Clinical data from head and neck cancer patients treated with high-dose cisplatin between December 2002 and December 2005 were obtained in this study. Incidence and risk factors of anemia were assessed in a model including age, sex, baseline hemoglobin level, baseline creatinine clearance, and occurrence of distant metastases. Multivariate logistic regression was used to define independent predictors of anemia. Among 86 eligible patients, 26 (30.2%) developed anemia, defined as Hb level lower than 11 g/dL. Age > 55 years old (RR = 2.2, 95% CI, 1.2-4.0), female sex (RR = 2.0, 95% CI, 1.2-3.8), baseline Hb ≤ 13 g/dL (RR = 4.2, 95% CI, 1.9-9.4) and baseline CrCl < 50 mL/min (RR = 2.9, 95% CI, 1.7-5.1) were significantly correlated with incidence of anemia (P < 0.05). In multivariate analysis, baseline Hb and baseline CrCl were identified as independent risk factors for anemia. However, considerable confounding was observed in baseline CrCl after stratified by age (aRR = 2.2, 95% CI, 1.1-4.7). Thus, baseline Hb level was the strongest predictor of anemia. The findings suggested that baseline Hb and CrCl were useful to recognize cisplatin-treated patients at risk for anemia who might benefits from preventive measures.
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Fakultas Kedokteran], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aliyah Az-Zahra
Abstrak :
Tingginya angka kejadian anemia pada remaja putri, tentu berhubungan dengan perilaku konsumsi tablet tambah darah (TTD). Di Provinsi DKI Jakarta, angka prevalensi anemia sebesar 23% dan proporsi remaja putri (10-19 tahun) yang mengonsumsi TTD dari sekolah sesuai anjuran hanya sebesar 1,8%. Prevalensi anemia pada remaja putri sebesar 40,63% di Jakarta Timur, sebesar 37,85% di Kecamatan Duren Sawit, dan sebesar 70,68% di Kelurahan Malaka Jaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan perilaku konsumsi TTD pada siswi SMA Negeri 103 Jakarta tahun 2024. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross-sectional. Penelitian dilakukan pada 90 siswi yang dipilih secara acak dengan menggunakan metode simple random sampling dan dilakukan pada bulan Januari-Juni tahun 2024 dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar siswi SMA Negeri 103 Jakarta memiliki perilaku tidak patuh dalam mengonsumsi TTD (76,2%). Hasil uji bivariat didapatkan hubungan yang signifikan antara faktor predisposisi (pengetahuan (p-value = 0,000), sikap (p-value = 0,027), dan efek samping TTD (p-value = 0,011)) dan faktor penguat (dukungan teman sebaya (p-value = 0,02) dan dukungan keluarga (p-value = 0,023)) dengan perilaku konsumsi TTD pada siswi SMA Negeri 103 Jakarta. Oleh karena itu, perlu diadakan penyuluhan terkait pentingnya konsumsi TTD pada siswi, termasuk edukasi kesehatan dengan metode peer-group (grup antar teman sebaya) dan sosialisasi kepada orang tua atau wali siswi terkait manfaat dan keamanan mengonsumsi TTD, serta pentingnya memberikan dukungan kepada siswi untuk meningkatkan kepatuhan siswi dalam mengonsumsi TTD. ......The high incidence of anemia among female adolescents is certainly related to the consumption behavior of iron supplements. In DKI Jakarta Province, the prevalence rate of anemia is 23% and the proportion of female adolescents (10-19 years old) who consume iron supplements from school as recommended is only 1,8%. The prevalence of anemia among female adolescents was 40,63% in East Jakarta, 37,85% in Duren Sawit Subdistrict, and 70,68% in Malaka Jaya Village. This study aims to determine the determinants of iron supplement consumption behavior among female students at SMA Negeri 103 Jakarta in 2024. This research is a quantitative study using a cross-sectional study design. The study was conducted on 90 female students who were randomly selected using the simple random sampling method and conducted in January-June 2024 using a questionnaire. The results showed that most of the female students of SMA Negeri 103 Jakarta had non-adherent behavior in taking iron supplements (76,2%). The results of the bivariate test showed a significant relationship between predisposing factors (knowledge (p-value = 0,000), attitude (p-value = 0,027), and side effects of iron supplement (p-value = 0,011)) and reinforcing factors (peer support (p-value = 0,02) and family support (p-value = 0,023)) with the consumption behavior of iron supplement among female students at SMA Negeri 103 Jakarta. Therefore, it is necessary to conduct counseling related to the importance of consuming iron supplements in female students, including health education using the peer-group method and socialization to parents or guardians of female students regarding the benefits and safety of taking iron supplements, as well as the importance of providing support to female students to increase their compliance in taking iron supplements.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library