Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adhi Rahadi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
S29663
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David Salim
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
S29745
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alri Bakti Wiratama
"Pendahuluan: Periodontitis merupakan inflamasi kronis yang terjadi pada jaringan periodonsium, ditandai dengan hilangnya perlekatan ligamen periodontal dan kerusakan tulang alveolar. Periodontitis yang terus berlanjut tanpa ditangani dapat menyebabkan kehilangan gigi. Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans merupakan salah satu bakteri yang memiliki berbagai faktor virulensi penyebab terjadinya periodontitis. Hal ini menyebabkan diperlukannya agen antibakteri, untuk melakukan kontrol terhadap aktivitas bakteri periodontopatogen. Gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) diharapkan mampu menjadi agen antibakteri karena sifat antibakteri yang dimilikinya.
Tujuan: Mengetahui efektivitas antibakteri gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) terhadap pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans secara in vitro.
Metode: Uji zona hambat dan total plate count dilakukan dengan bahan uji gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) konsentrasi 10%, 15%, dan 25%, gel klorheksidin 0,2% sebagai kontrol positif, serta gel tanpa bahan aktif sebagai kontrol negatif. Uji zona hambat dilakukan pada tiga koloni bakteri berbeda, dengan cara meletakkan cakram kertas yang telah dipaparkan bahan uji pada 5 plat agar Mueller-Hinton untuk tiap satu koloni bakteri. Pada uji total plate count, dilakukan penghitungan koloni bakteri yang tumbuh setelah dipaparkan bahan uji.
Hasil: Gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) konsentrasi 15% dan 25% menunjukkan perbedaan bermakna secara statistik bila dibandingkan dengan kontrol negatif (p-value <0,05).
Kesimpulan: Gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada konsentrasi 15% dan 25%.

Introduction: Periodontitis is a chronic inflammatory disease of periodontium, characterized by loss of periodontal ligament attachment and alveolar bone destruction. The advanced form of periodontitis could lead to tooth loss. Aggregatibacter actinomycetemcomitans is a bacterial that has a significant role in periodontitis by its various virulence factors. Therefore, antibacterial agents are needed to control the periodontal pathogen bacteria activity. Roselle calyx ethanol extract gel (Hibiscus sabdariffa Linn.) could be an antibacterial agent because of its antibacterial effect.
Objectives: To evaluate antibacterial efficacy of roselle calyx ethanol extract gel (Hibiscus sabdariffa Linn.) against Aggregatibacter actinomycetemcomitans on in vitro study.
Methods: Disk diffusion test (zone of inhibition) and total plate count test were performed using roselle calyx ethanol extract gel (Hibiscus sabdariffa Linn.) at concentrations of 10%, 15%, and 25%, 0.2% chlorhexidine gel as positive control and blank gel as negative control. Zone of inhibition test was carried out on three different bacterial colonies, by placing paper disk that had been exposed to gel on 5 Mueller-Hinton agar plates for each bacterial colony. Total plate count test was performed by counting bacterial colonies after exposed from the test material.
Results: Roselle calyx ethanol extract gel (Hibiscus sabdariffa Linn.) concentrations of 15% and 25% showed statistically significant differences when compared to negative controls (p-value <0.05).
Conclusions: Roselle calyx ethanol extract gel (Hibiscus sabdariffa Linn.) is effective in inhibiting the growth of Aggregatibacter actinomycetemcomitans at 15% and 25% concentrations."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fara Cesara Widyastuty
"Penggunaan antibakteri sekarang ini telah meningkat semakin tajam. Namun, pemberian antibakteri oleh dokter tidak diimbangi dengan penggunaan yang tepat oleh pasien. Salah satu hal penting yang mempengaruhi tindakan dan perilaku seseorang adalah pengetahuan. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan pola penggunaan antibakteri oral oleh pasien anak dan dewasa di tiga Puskesmas Kecamatan Kota Depok. Terdapat 7 indikator tingkat pengetahuan dan 4 indikator pola penggunaan yang dinilai. Desain penelitian ini adalah potong lintang dan pengambilan data retrospektif dilakukan dengan kuesioner. Wawancara berdasarkan kuesioner dilakukan pada sampel dari Februari-Mei 2012. Sampel adalah dewasa berusia 18-64 tahun dan orangtua/wali dari anak berusia < 12 tahun yang pernah mendapat antibakteri oral dari Puskesmas Cimanggis, Sukmajaya, dan Pancoran Mas. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Jumlah sampel sebanyak 105 orangtua/wali dan 104 dewasa. Hasil wawancara memperlihatkan bahwa mayoritas responden, yang terdiri dari 45,2% kelompok dewasa dan 50,5% kelompok orangtua/wali memiliki pengetahuan cukup mengenai antibakteri. Selain itu, diketahui sebanyak 75,0% pasien dewasa dan 71,4% pasien anak memiliki pola penggunaan antibakteri oral yang tidak sesuai. Hasil akhir menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara tingkat pengetahuan dengan pola penggunaan antibakteri oral oleh pasien anak maupun dewasa.

Nowadays, the use of antibacterial has increased more sharply. However, the doctor's giving of antibacterial is not balanced with the right use of patients. One of the important thing that affects someone's action is knowledge. The purposes of this research were to analyze the relation of knowledge level with the patterns of oral-antibacterial use by children and adult patients at three subdistrict public health centers in Depok City. There were 7 indicators of the knowledge level and 4 indicators of the use patterns was observed. The research design is cross sectional study and taking retrospective data by questionnaire. Interview based on questionnaire was conducted on the samples from February-May 2012. The samples were adults with age 18-64 years old and parents from the children with age < 12 years old who ever got oral-antibacterial from Cimanggis, Sukmajaya, and Pancoran Mas public health centers. The sampling technique used was consecutive sampling. The number of samples were 105 parents and 104 adults. The result showed that the majority of respondents, consists of 45,2% adults and 50,5% parents had medium knowledge of antibacterial. On the other hand, 75,0% and 71,4% had the patterns of antibacterial use is not appropriate. The last result is no relation in statistically between the level knowledge with the patterns of oral antibacterial use by both adult and children patients. "
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42833
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Friska Romasi
"It was reported that the extracts of papaya leaves could inhibit the growth of Rhizopus stolonifer. Antibacterial activity of Carica papaya leaf extracts on pathogenic bacteria was observed in this study. Papaya leaves were extracted by using maceration method and three kinds of solvents : ethanol, ethyl acetate, and hexane. Papaya leaf extracts were tested against Bacillus stearothermophilus, Listeria monocytogenes, Pseudomonas sp., and Escherichia coli by agar diffusion method. The objectives of this study were to determine extract ability against pathogenic bacteria, to observe the influence of pH, NaCl, and heat on extracts ability, and to observe extract ability against B.stearothermophilus spores.The data showed that ethyl acetate extract could inhibit B. stearothermophilus, L. monocytogenes, Pseudomonas sp., and E. coli. The extract activity was influenced by pH, and it was more effective in low pH. The extract activity was influenced by NaCl against B. stearothermophillus and E. coli . However, it was not influenced by NaCl in bioassay against L. monocytogenes and Pseudomonas sp. The extract activity was influenced by heating process against all the bacteria tested. The extracts inhibited B. stearothermophilus spores as well. Papaya leaves are potential natural anti -bacteria, which might be used in certain kinds of food."
Lengkap +
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Firstya Novani
"Infeksi adalah proses invasi dan pembiakan mikroorganisme yang terjadi di jaringan tubuh manusia yang secara klinis mungkin tidak terlihat atau dapat menimbulkan cidera seluler lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin, replikasi intrasel atau respon antigen-antibodi. Agen penyebab infeksi antara lain adalah bakteri. Timbulnya resistensi bahkan multiresistensi yang menimbulkan banyak masalah dalam pengobatan penyakit infeksi. Sehingga diperlukan usaha untuk mengembangkan obat tradisional berasal dari tanaman yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Salah satu tanaman yang secara empiris digunakan sebagai obat antibakteri adalah binahong. Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) adalah tanaman dari suku Anredera. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakterinya dan zat-zat kimia yang terkandung di dalam tanaman tersebut sebagai zat antibakteri. Ekstraksi tanaman dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut polar yaitu etanol 70 %. Kemudian dibuat 3 konsentarsi ekstrak yaitu 20%, 40%, dan 80%. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram kertas dengan mengamati diameter zona hambat. Hasil uji antibakteri ekstrak daun binahong memperlihatkan adanya aktivitas terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumonia, dan Pseudomonas aeruginosa yang resisten terhadap beberapa antibiotik. Dan ekstrak daun binahong dengan konsentrasi 80% yang paling besar zona hambatnya. Digunakan kontrol positif yaitu antibiotik amoksisilin + asam klavulanat dan antibiotik siprofloksasin. Sedangkan kontrol negatif yang digunakan adalah etanol 70%.

Infection is the invasion and breeding of microorganisms that occurs in human body tissue which may not be apparent clinically or may cause local cellular injury due to competitive metabolism, toxins, intracellular replication or antigen-antibody response. Infectious agents include bacteria. The emergence of resistance or even multi-resistance can cause a lot of problems in the treatment for infectious diseases. Therefore, multi-resistance towards antibiotics becomes a severe problem. Thus, it is necessary to develop traditional medicines derived from plants that can kill the bacteria which resistant towards antibiotics. One of the plants empirically used as antibacterial drugs is binahong. Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) is a plant from Anredera species. The research has been conducted to determine the antibacterial activity and chemical substances contained within the plant as an antibacterial agent. The extraction plant has been done by maceration method using a polar solvent that is 70% ethanol. Then made 3 extract concentrations of 20%, 40%, and 80%. Antibacterial activity has tested by using paper disc diffusion method in order to observing the inhibition zone. Antibacterial test results of binahong leaf extraction showed the activity against Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae, and Pseudomonas aeruginosa which were resistant to multiple antibiotics. And the leaf extract with a concentration of 80% binahong greatest inhibition zone. The positive control that was used are amoxicillin antibiotic + clavulanic acid and ciprofloxacin antibiotic, while the negative control that was used is 70% of ethanol."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan mekanisme khasiat antibakteri minyak atsiri rimpang temu kunci belum pernah dilaporkan. Telah dilakukan analisis mekanisme aktivitas antibakteri minyak atsiri rimpang temu kunci yang berasal dari Yogyakarta terhadap Bacillus cereus. Aktivitas yang diamati meliputi kemampuan minyak atsiri temu kunci dalam mengganggu permeabilitas membran sel sehingga menyebabkan kebocoran sel dan perubahan morfologi sel. Kebocoran sel diamati dengan keluarnya ion Ca+2, K+, protein dan asam nukleat. Kebocoran ion diukur dengan metoda spektrometri serapan atom. Kebocoran protein diamati dengan alat spektrofotometer UV pada panjang gelombang 280 nm, sedangkan asam nukleat pada 260 nm. Perubahan morfologi sel diamati dengan alat scanning electron microscopy. Hasil Nilai minimum inhibitory concentration (MIC) dari minyak atsiri temu kunci adalah 0,12 % (v/v). Perlakuan B.cereus dengan minyak atsiri 1 MIC dan 2 MIC memberi pengaruh yang signifikan terhadap kebocoran sel dibanding kontrol (P<0.05). Ion K+ yang terlepas dari sel adalah 10.32-35.57%, dan ion Ca+2 adalah 15.05-41.54%. Protein yang teramati pada 280 nm menunjukkan absorbansi antara 0.6330-0.8670, sedangkan asam nukleat 0.4320-0.8307, dan semuanya berbeda bermakna dibanding kontrol (P<0.05). Pada pemberian 1 MIC minyak atsiri temu kunci sel B.cereus berubah menjadi lebih tebal, dengan lekukan-lekukan yang signifikan di seluruh sel. Pemberian 2 MIC minyak atsiri menyebabkan sel berubah menjadi transparan, kosong dan berpenampilan seperti ghost cell. Kesimpulan Minyak atsiri kaempheria pandurata menyebabkan kebocoran dan perubahan morfologi bakteri.

Abstract
Aim The mechanism of temu kunci tuber essential oil potential as antimicrobial agent has not been reported. To analyze the mechanism of antibacterial activity of temu kunci tuber essential oil from Yogyakarta on B.cereus. Antibacterial activity of essential oil were analyzed for its ability to disrupt bacterial cell membrane, that caused cell leakage and altered the morphology of the bacteria. Leakage was measured by analyzing the Ca+2, K+ ion outflow using an atomic adsorption spectrometry (AAS), and protein and nucleic acid using an ultraviolet spectrophotometer (UVS) on 280 nm and 260 nm respectively. Alterations in morphology were assessed using scanning electron microscopy (SEM). Results Minimum inhibitory concentration (MIC) of temu kunci essential oil on B.cereus was 0.12% (v/v). Treatment of B. cereus using 1MIC and 2MIC showed significant leakage compared to control (P<0.05). The K+ and Ca+2 ion leakage from the bacterial cells were between 10.32-35.57% and 15.05-41.54% respectively and showed significant difference compared to control (P<0.05). The absorbance observed by UVS for protein and nucleic acid leakage were 0.6330-0.8670 at 280 nm and 0.4320-0.8307 at 260 nm, respectively, and were significantly different compared to control (P<0.05). Exposure of 1 MIC temu kunci essential oil on B.cereus caused thickening as well as irregularities on the cell wall. At 2 MIC cells seemed transparent, empty looking and showed a ghost-like appearance. Conclusion Kaempheria pondurata essential oil could cause leakage and alter the morphology of the bacteria."
Lengkap +
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Sriwijaya. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Berna Elya
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak n-heksana dan ekstrak etil asetat kulit batang manggis hutan (Garcinia rigida Miq.) terhadap kuman Salmonella typhosa ATCC 14028,
Staphylococcus aureus ATCC 29213 dan Bacillus subtilis ATCC 6633. Penelitian dilakukan melalui penentuan zona hambatan pertumbuhan dengan metode difusi silinder dan kadar hambat minimal (KHM) dengan
metode dilusi penapisan lempeng. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana kulit batang Garcinia rigida Miq. Tidak memberikan zona hambatan terhadap pertumbuhan kuman Salmonella typhosa ATCC 14028,Staphylococcus aureus ATCC 29213 dan Bacillus subtilis ATCC 6633, tetapi memberikan nilai kadar hambat minimal pada konsentrasi 500 mg/ml untuk Salmonella typhosa ATCC 14028, 250 mg/ml untuk
Staphylococcus aureus ATCC 29213 dan 125 mg/ml untuk Bacillus subtilis
ATCC 6633, sedangkan ekstrak etil asetat kulit batang Garcinia rigida Miq. memberikan zona hambatan terhadap pertumbuhan pada konsentrasi 500, 250 dan 125 mg/ml berturut-turut untuk Salmonella typhosa
ATCC 14028 adalah 11,15; 9,05; 7,55 mm sedangkan untuk Staphylococcus aureus ATCC 29213 adalah 14,25; 11,10; 8,95 mm dan untuk Bacillus subtilis ATCC 6633 adalah 20,97; 15,00; 10,07 mm. Kadar hambat minimal untuk kadar ekstrak etil asetat berturut-turut untuk kuman
Salmonella typhosa ATCC 14028, Staphylococcus aureus ATCC 29213 dan
Bacillus subtilis ATCC 6633 adalah 250, 62,5 dan 31,25 mg/ml. Disimpulkan bahwa ekstrak etil asetat kulit batang manggis hutan (Garcinia rigida Miq.) memiliki daya antibakteri lebih baik dibandingkan dengan ekstrak n-heksana kulit batang manggis hutan (
Garcinia rigida Miq.)

Abstract
A research on the antibacterial activity of n-hexane extract and the ethyl acetate Garcinia rigida Miq. Bark against Salmonella typhosa
ATCC 14028, Staphylococcus aureus ATCC 29213 dan Bacillus subtilis
ATCC 6633 has been carried out. The research was included the determination of the growth inhibition zona with the cylinder diffusion method and the minimum inhibitory concentration with the petri dish dilution method. The result of this study showed that the n-hexane extract of Garcinia rigida Miq.bark did not give the growth inhibition zona to Salmonella typhosa ATCC 14028, Staphylococcus aureus ATCC 29213 and Bacillus subtilis ATCC 6633, but gave the minimum inhibitory concentration at 500 mg/ml for Salmonella typhosa
ATCC 14028, 250 mg/ml for Staphylococcus aureus ATCC 29213 and 125 mg/ml for Bacillus subtilis ATCC 6633. Whereas the ethyl acetate
extract of Garcinia rigida Miq. bark gave the growth inhibition zona of concentration 500, 250 and 125 mg/ml with average diameter to
Salmonella typhosa ATCC 14028 were about 11.15, 9.05, 7.55 mm, to
Staphylococcus aureus ATCC 29213 were about 14.25, 11.10, 8.95 mm and to Bacillus subtilis ATCC 6633 were about 20.97, 15.00, 10.07 mm. The minimum inhibitory concentration to ethyl acetate extract to
Salmonella typhosa ATCC 14028, Staphylococcus aureus ATCC 29213
and Bacillus subtilis ATCC 6633 were about 250, 62,5 and 31,25 mg/ml respectively. As a conclusion, the ethyl acetate extract of
Garcinia rigida Miq. bark hadmore better antibacterial activity than the n-hexane extract of Garcinia rigida Miq. Bark"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Perdana Rezha Kusuma Putra Hermawan
"Latar belakang: Buah manggis merupakan buah yang memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Beberapa penelitian menunjukan buah ini memiliki efek antioksidan. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek antibakteri kulit buah ini.
Metode: Penelitian merupakan studi experimental. Besarnya sampel penelitian adalah 4 dengan jumlah perlakuan sebanyak 7 yaitu kontrol positif (Erythromycin), kontrol negatif (akuades), ekstrak kulit buah manggis pengenceran (10x,15x,20x,30x,40x). Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan mengukur zona hambat (diameter) pada agar darah yang ditanami bakteri streptococcus pneumonia. Data dianalisa dengan uji Kruskal-Wallis untuk menentukan perbedaan bermakna antar data uji, kemudian akan dilanjutkan uji Mann-Whitney untuk melihat data yang memiliki perbedaan bermakna.
Hasil: Hasil pengujian hipotesis menunjukan perbedaan bermakna dan uji posthoc terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) pada perbandingan antibiotik Eritromisin dibandingkan dengan akuades dan ekstrak kulit buah manggis dalam berbagai pengenceran. Namun jika dilihat pada perbandingan antara akuades dengan ekstrak kulit buah manggis dalam pengenceran 10x dan 15x menunjukan adanya perbedaan bermakna (p=0,013 dan 0,014). Uji antara ekstrak dari kulit buah manggis pada pengenceran 20x,30x,40x dan akuades tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05).
Simpulan: Ekstraksi kulit buah manggis pengenceran 10x dan 15x memiliki efek antimikroba dengan zona hambat bakteri sebesar 26 mm dan 16,5 mm.

Background: Manggosteen is one of flora that have virtue for health. Few research indicate that this fruit have antioxidan effect and also antibacterial effect. This study head for antibacterial effect of extract mangosteen rind on a streptococcus pneumoniae.
Method : This experimental study have 4 sample with 7 treatment group among others are positive control (Erythromycin), negative control (aquades), extraction in various dilutions (10x, 15x, 20x, 30x, 40x). These treatment group zone of inhibition?s in blood agar which had been planted with sterptococcus pneumoniae bacteria will be measured. This data will be analyzed with Kruskal-Wallis & Mann-Whitney test to identify which data have significant differences.
Result: Kruskal-Wallis test show asignificance value (p = 0.000) and Mann-Whitney test has significant difference (p <0.05) in comparison between erythromycin compared with aquades and mangosteen peel extraction at various dilution. Comparison in mann-wthitney test between aquades and mangosteen peel extract at 10x and 15x dilution indicates there is a significant difference (p = 0.013 and 0,014). Between aquades and mangosteen peel extract 20x, 30x, 40x dilution indicates no significant difference (p> 0.05).
Conclution: Extract of mangosteen rind have a inhibition effect on the growth of Streptococcus Pneumoniae bacteria which create a inhibition zone on blood agar for 10x dilution are 26 mm and for 15x dilution are 16,5 mm.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marianne Wiguna
"Kasus resistensi terhadap antibakteri memicu kebutuhan akan adanya antibakteri baru. Kuinazolin-4-on memiliki spektrum aktivitas biologi yang luas, salah satunya adalah antibakteri. Dihidrofolat reduktase merupakan enzim yang penting dalam biosintesis asam nukleat bakteri. Senyawa turunan kuinazolin-4-on dengan substitusi pada posisi 2- dan 6- dapat menghambat aktivitas dihidrofolat reduktase. Penambahan gugus stiril pada posisi 2- dapat menyebabkan kerusakan sel mikroorganisme. Adanya gugus amina pada posisi 6- bersifat aktif sebagai antimikroba.
Dalam rangka memperoleh senyawa turunan kuinazolin-4-on lainnya telah dilakukan sintesis senyawa baru 6-amino-2-[(E)-2-(4-hidroksifenil)etenil]-3,4-dihidrokuinazolin-4-on yang dilakukan dalam empat tahap. Tahap pertama adalah sintesis 2-metil-3,4-dihidrokuinazolin-4-on dari antranilamida dan asetamida menggunakan microwave. Tahap kedua adalah sintesis 2-metil-6-nitro-3,4-dihidrokuinazolin-4-on menggunakan asam nitrat berasap dan asam sulfat pekat. Tahap ketiga adalah sintesis 2-[(E)-2-(4-hidroksifenil)etenil]-6-nitro-3,4-dihidrokuinazolin-4-on dari 2-metil-6-nitro-3,4-dihidrokuinazolin-4-on dan 4-hidroksibenzaldehida dalam asam asetat glasial menggunakan microwave. Tahap keempat adalah sintesis 6-amino-2-[(E)-2-(4-hidroksifenil)etenil]-3,4-dihidrokuinazolin-4-on menggunakan serbuk besi dalam asam klorida pekat dengan sonikasi. Struktur molekul senyawa produk tahap satu dan dua dikonfirmasi dengan FT-IR, sedangkan senyawa tiga dan empat dikonfirmasi dengan FT-IR dan 1H NMR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk sintesis telah sesuai dengan senyawa yang diharapkan dengan persen perolehan tahap satu 90,19%, tahap dua 79,61%, tahap tiga 67,45% dan tahap empat 52,91%.

Antibacterial resistance cases have triggered the necessity of new antibacterial agents. Quinazolin-4-one has a wide spectrum of biological activities, one of them is antibacterial. Dihydrofolate reductase is the important enzyme in the biosynthesis of nucleic acid. Inhibition of dihydrofolate reductase will cause cell death. The series of 2,6-substitued-quinazolin-4-one have the inhibition activities of dihydrofolate reductase. Addition of styryl compound in 2-substitued-quinazolin-4-on can cause the damage of microorganism cells. Amine group in 6-substitued-quinazolin-4-one have the characteristic as antibiotic.
In order to obtain another derivate of quinazolin-4-one, a new 6-amino-2-[(E)-2-(4-hydroxyphenyl)ethenyl]-3,4-dihydroquinazolin-4-one had been synthesized in four stages. First stage was microwave-assisted synthesis of 2-methyl-3,4-dihydroquinazolin-4-one from anthranilamide and acetamide. Second stage was synthesis of 2-methyl-6-nitro-3,4-dihydroquinazolin-4-one using fuming nitric acid and concentrated sulfuric acid. Third stage was microwave-assisted synthesis of 2-[(E)-2-(4-hydroxyphenyl)ethenyl]-6-nitro-3,4-dihydroquinazolin-4-one from 2-methyl-6-nitro-3,4-dihydroquinazolin-4-one and 4-hydroxybenzaldehide in glacial acetic acid. Fourth stage was synthesis of 6-amino-2-[(E)-2-(4-hydroxyphenyl)ethenyl]-3,4-dihydroquinazolin-4-one using iron powder in concentrated hydrochloride acid with sonication. Molecular structure of the first and second compound was confirmed by using FT-IR while the third and fourth compound was confirmed by using FT-IR and 1H NMR. Result of the research shows that the final product is in conformity with the expected compound with 90,19% yield for first stage, 79,61% second stage, 67,45% third stage, and 52,91% fourth stage.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>