Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Abidin Widjanarko
"Selama ini di dunia telah Iama diketahui faktor prediksi respon terhadap pengobatan tertentu pada penyakit anemia apiastik, baik terhadap transplantasi sel induk hemopoietik, imunosupresif maupun siklofosfamid dosis tinggi. Kita di Indonesia belum memilikinya disebabkan beberapa faktor antara lain karena pada umumnya pasien anemia apiastik berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah sehingga pada mereka tidak menjalani pengobatan agresif dan mahal dan dengan demikian tidak mungkin dilakukan penelitian terhadap faktor prediksi respon karena kepentingan memperoleh faktor prediksi ini muncui apabila kita akan memberikan pengobatan yang mahai atau memiliki efek samping yang oukup berat. Penatalaksanaan pasien anemia aplastik berat di Divisi Hematologi-Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI / RSUPNCM selama ini masih menghadapi berbagai kendaia. Selain penyakitnya berat, biaya yang diperlukan untuk pengobatan juga tinggi, sebagian besar pasien tersebut berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Diperlukan upaya bam untuk mengobati pasien tersebut sehingga dicapai keadaan yang lebih baik.
Dalam peneiitian ini dipilih pengobatan menggunakan siklofosfamid dosis menengah karena memiliki selain efek imunosupresif yang cukup kuat harganya terjangkau, dapat diberikan secara berobat jalan, dan pengalaman dokter menggunakan obat tersebut sudah banyak. Untuk memperkirakan respon penyakit terhadap pengobatan siklofosfamid tersebut, dipiiih perneriksaan sei CD34 pra dan pasca kultur sel selama 12 hari, pemeriksaan sitogenetika kromosom sumsum tulang, pemeriksaan sel CD55- dan sei CD59-, pemeriksaan serologi penyakit Lupus Eritematosus Sistemik berupa ANA dan Anti ds DNA. Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh hasil berupa perbaikan keadaan pasien anemia apiastik berat yang ditandai dengan membaiknya hitung darah tepi kadar hemoglobin, lekosit, dan trombosit; menurunnya kebutuhan transfusi komponen darah; menurunnya kekerapan infeksi selama 2 bulan pasca pengobatan dibandingkan seiama 2 bulan pra pengobatan. Diharapkan juga dapat diperoleh faktor prediksi respon pengobatan tersebut."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
D618
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library
Abidin Widjanarko
"Selama ini di dunia telah Iama diketahui faktor prediksi respon terhadap pengobatan tertentu pada penyakit anemia aplastik, baik terhadap transplantasi sel induk hemopoietik, imunosupresif maupun siklofosfamid dosis tinggi. Kita di Indonesia belum memilikinya disebabkan beberapa faktor antara lain karena pada umumnya pasien anemia apiastik berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah sehingga pada mereka tidak menjalani pengobatan agresif dan mahal dan dengan demikian tidak mungkin dilakukan penelitian terhadap faktor prediksi respon karena kepentingan memperoleh faktor prediksi ini muncui apabila kita akan memberikan pengobatan yang mahai atau memiliki efek samping yang oukup berat. Penatalaksanaan pasien anemia aplastik berat di Divisi Hematologi-Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI / RSUPNCM selama ini masih menghadapi berbagai kendaia. Selain penyakitnya berat, biaya yang diperlukan untuk pengobatan juga tinggi, sebagian besar pasien tersebut berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Diperlukan upaya bam untuk mengobati pasien tersebut sehingga dicapai keadaan yang lebih baik. Dalam peneiitian ini dipilih pengobatan menggunakan siklofosfamid dosis menengah karena memiliki selain efek imunosupresif yang cukup kuat harganya terjangkau, dapat diberikan secara berobat jalan, dan pengalaman dokter menggunakan obat tersebut sudah banyak. Untuk memperkirakan respon penyakit terhadap pengobatan siklofosfamid tersebut, dipiiih perneriksaan sei CD34 pra dan pasca kultur sel selama 12 hari, pemeriksaan sitogenetika kromosom sumsum tulang, pemeriksaan sel CD55- dan sei CD59-, pemeriksaan serologi penyakit Lupus Eritematosus Sistemik berupa ANA dan Anti ds DNA. Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh hasil berupa perbaikan keadaan pasien anemia apiastik berat yang ditandai dengan membaiknya hitung darah tepi kadar hemoglobin, lekosit, dan trombosit; menurunnya kebutuhan transfusi komponen darah; menurunnya kekerapan infeksi selama 2 bulan pasca pengobatan dibandingkan seiama 2 bulan pra pengobatan. Diharapkan juga dapat diperoleh faktor prediksi respon pengobatan tersebut."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
D762
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library
Elly Yanah Arwanih
Inkompatibilitas transfusi trombosit akibat polimorfisme Human Platelet Antigen (HPA-1,-2,-3,-4,-5,-6,-15) dan deteksi Antibodi Anti-HPA-3 dan HPA-15 pada pasien anemia aplastik = Platelet transfusion incompatibility due to polymorphism Human Platelet Antigen (HPA-1,-2,-3,-4,-5,-6,-15) and Anti HPA-3 and HPA-15 antibodies detection in patients with aplastic anemia
"Transfusi trombosit merupakan tindakan yang dapat menurunkan insiden komplikasi hemoragik pada pasien anemia aplastik. Pasien anemia aplastik memiliki risiko terhadap PTR. PTR dapat terjadi akibat adanya inkompatibilitas transfusi trombosit oleh HPA 1-6 dan 15. Frekuensi alel a dan b pada HPA-3 dan HPA-15 memiliki jumlah yang hampir sama besar, sehingga kedua alel tersebut kemungkinan besar berperan dalam kasus aloimunisasi. Pelayanan transfusi trombosit di Indonesia belum memperhatikan kompatibilitas HPA antara donor dan resipien. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis genotipe HPA-1 hingga HPA-6 dan HPA-15 serta antibodi anti-HPA-3 dan HPA-15 pasien anemia aplastik yang mendapat multitransfusi trombosit. Deteksi alloantibodi HPA dilakukan dengan metode whole platelet ELISA. Hasil positif, dilanjutkan dengan pemeriksaan antibodi anti-trombosit spesifik (anti-β2-mikroglobulin, anti GPIIb/IIIa, dan anti-CD109) dengan metode MAIPA. Genotyping HPA-1 hingga HPA-6 dan HPA-15 dilakukan dengan metode PCR-SSP. HPA-3 dan HPA-15 memiliki frekuensi dengan nilai hampir sama besar pada alel a dan b. Terdapat 17 sampel (58,6%) dari total 29 sampel memiliki antibodi anti trombosit. Dari 17 sampel tersebut, 7 sampel positif terhadap antibodi monoklonal β-2 mikroglobulin (HLA kelas I), 2 sampel positif terhadap antibodi monoklonal GP IIb/IIIa (HPA-3) dan 1 sampel positif terhadap antibodi monoklonal CD109 (HPA-15). Alloimunisasi telah terjadi pada sebagian besar pasien anemia aplastik. Oleh karena itu, pemeriksaan kecocokan antigen HLA kelas I, HPA-3 dan HPA-15 pada pasien anemia aplastik dengan transfusi trombosit berulang perlu dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya aloimunisasi.
Platelet transfusion is an act that can reduce the incidence of hemorrhagic complications in patients with aplastic anemia. Aplastic anemia patients have a risk to PTR. PTR can occur due to incompatibility of HPA1-6 and 15. The frequency of allele a and b on the HPA-3 and HPA-15 has a number that is almost as large, so that these two alleles are likely to play a role in the case alloimunization. Platelet transfusion service in Indonesia have not notice compatibility HPA alleles between donor and recipient. This study was conducted to analyze genotype HPA-1 to 6 and HPA-15 also HPA-3 and HPA-15 antibody in platelet transfusions in patients with aplastic anemia who received recurrent platelet transfusion. HPA alloantibody detection was conducted using whole patelet ELISA method. The positive results, followed by specific detection of anti platelet antibodies (anti-β2-microglobulin, anti GPIIb/IIIa, and anti-CD109) with MAIPA method. HPA-3 and HPA-15 have almost the same frequency with great value on the allele a and b. There are 17 samples (58,6%) from a total of 29 samples have anti-platelet antibodies. From the 17 samples, 7 samples positive for monoclonal antibody β-2 microglobulin (HLA Class I), 2 samples positive for monoclonal antibody GP IIb/IIIa (HPA-3) and 1 sample positive for monoclonal antibody CD109 (HPA-15). Alloimunization has occurred in the majority of patients with aplastic anemia. Therefore, compatibility checks of HLA class I, HPA-3 and HPA-15 in patiens with aplastic anemia with recurrent platelet transfusion needs to be done to reduce the occurrence of possible alloimunization."
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library