Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Roesler, Christian
"The concept of archetypes is at the core of C. G. Jung’s analytical psychology. In this interesting and accessible volume, Roesler summarises the classical theory of archetypes and the archetypal stages of the individuation process as it was developed by Jung and his students. Various applications of archetypes, in cultural studies as well as in clinical practice, are demonstrated with detailed case studies, dream series, myths, fairy tales, and so on.
The book also explores how the concept has further developed as a result of research and, for the first time, integrates findings from anthropology, human genetics, and the neurosciences. Based on these contemporary insights, Roesler also makes a compelling argument for why some of Jung’s views on the concept should be comprehensively revised.
Offering new insights on foundational Jungian topics like the collective unconscious, persona, and shadow, C. G. Jung’s Archetype Concept is of great interest to Jungian students, analysts, psychotherapists, and scholars."
London: Routledge, 2022
e20529011
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Septiana Sari
"Arketipe adalah sebuah cetakan, gambaran, atau model ideal dari suatu fenomena dan karakter, seperti peran-peran yang mudah dikenali di dalam seni pertunjukan yakni ibu tiri yang kejam, pahlawan yang berani, dan lain-lain. Masyarakat percaya bahwa sosok ideal pahlawan mencerminkan sifat-sifat superior dalam perangkat oposisi biner. Penelitian ini membahas tentang bagaimana tokoh Ghost Rider dalam film Ghost Rider (2007) mendekonstruksi arketipe dan ideologi dualisme tersebut dengan menggunakan teori arketipe Jung dan teori strukturalisme Greimas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh Ghost Rider mendekonstruksi sekaligus mengadaptasi arketipe pahlawan.Selain itu, dualisme dari kebaikan-kejahatan dan cahaya-kegelapan juga berhasil digulingkan oleh tokoh Ghost Rider tersebut.Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi penelitian selanjutnya yang membahas mengenai elemen-elemen narasi.

Archetype is an ideal print, image, or model of phenomena or characters such as easily-recognized characters in an art performance's cruel step-mother, a brave hero, etc. People believe that an ideal hero mirrors superior criterion in binary opositions. This research focuses on how Ghost Rider in a movie titled Ghost Rider (2007) deconstructs the archetypal hero image as well as the dualism by using theory of Jung's archetype and theory of Greimas' structuralism. The result of the research indicates that Ghost Rider deconstructs as well as adapts the image of an archetypal hero. Besides, the dualism of good-evil and light-darkness are also deconstructed by Ghost Rider. This result is expected to be a reference for further researches on narrative elements."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S499
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mirzadelya Devanastya
"Meludah merupakan suatu kegiatan yang sangat sering dilakukan oleh masyarakat tradisional yang masih menkonsumsi sirih pinang. Skripsi ini membahas mengenai karakter, pola, serta gestur yang muncul disaat meludah, lalu kemudian mencari hubungan serta pengaruh terhadap pola meruang di dalam rumah tradisional. Studi kasus yang digunakan adalah meludah dalam masyarakat Sumba, dan mencoba untuk melihat bagaimana keterkaitan antara meludah dengan pola ruang serta kosmologi yang dipercaya. Meludah sangat terkait dengan intensitas aktivitas di dalam rumah. Perubahan yang terjadi pada material pembangunan rumah juga memunculkan lubang meludah pada lantai. Analisis dengan spatial archetype akan menghasilkan sebuah pemahaman andara hubungan lubang meludah dengan bagian Pusat dan arah Selatan.

Spitting is considered as an activity that often done by traditional communities who consumes betel nut. This study focused on the character, pattern and gesture produced by this spitting activity and their connection to interior spatial aspect of the traditional houses. Sumbanese spitting in Sumbanese traditional community used as the case study to learn about how the spitting has a relation to the space patterns and the cosmology that they believed. The result of observation shows that spitting have a correlation to the intensity of activities that occur, also create a hole on the floors specially on the center and south side of a house"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S43996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Syafitri
"Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan alur dalam cerita pahlawan sebagai manifestasi dari pembentukan kepribadian individu. Kepribadian individu yang dianalisis adalah tokoh utama bernama Sinclair dalam novel berjudul Demian: Die Geschichte von Emil Sinclair Jugend. Pembentukan kepribadian Sinclair sebagai manifestasi kisah pahlawan dapat dilihat dengan menganalisis perkembangan kepribadian dari masa kanak-kanak hingga dewasa, serta menganalisis relasinya dengan tokoh-tokoh lain yang muncul di dalam novel. Penelitian ini menggunakan teori arketipe pahlawan Carl Gustav Jung dan tahapan perjalanan pahlawan Joseph Campbell. Dari hasil analisis, terlihat bahwa alur dan struktur tokoh dalam novel sesuai dengan yang digunakan, yaitu tiap-tiap tokoh memiliki peran dan fungsi tersendiri dalam pembentukan kepribadian Sinclair.

The objective of this study is to describe the plot of the hero's story as a manifestation of personality formation. The studied personality is the main character in the novel Demian: Die Geschichte von Emil Sinclair Jugend named Sinclair. Sinclair's personality as a manifestation of the hero story can be seen by analyzing the development of personality from childhood to adulthood, and to analyze its relation to other character who appear in the novel. This study uses the theory of Carl Gustav Jung's archetypes of the hero and Joseph Campbell's seventeen stages of monomyth. From the analysis, appears that the plot and characters structure in the novel are in accordance with the theory used. Each character has its own role and function in Sinclair's formation of personality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52518
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Mariani Rahayu
"ABSTRAK
Kayau (headhunting) merupakan skrip budaya yang bersumber dari arketipe budaya masyakat Dayak di Kalimantan yang telah ditinggalkan sejak Rapat Damai Tumbang Anoi tahun 1894. Mulai saat itu, kayau dalam arti perburuan kepala manusia tidak lagi dipraktekkan. Berdasarkan kesepakatan yang diambil, hakayau (saling potong kepala), habunu (saling membunuh), dan hajipen (saling memperbudak) dihentikan. Penyelesaian konflik-konflik yang terjadi dalam masyarakat dilakukan dengan mengacu pada hukum adat dan hukum negara.
Setelah lebih dari 100 tahun praktek kayau tidak lagi diajarkan dari generasi ke generasi, pada tragedi nasional kerusuhan Sampit tahun 2001, praktek kayau bangkit kembali. Fenomena ini menjadi penting untuk dikaji, karena praktek kayau yang mengandung ide jahat (evil), dalam konteks budaya masa kini termasuk ke dalam perilaku di luar batas kemanusiaan, dilakukan oleh mereka yang sehari-hari adalah masyarakat kebanyakan (ordinary people). Mereka bukan pelaku kejahatan atau tindak kriminal, dan tidak pernah melakukan pembunuhan dan cenderung tergolong orang baik (good people).
Bagaimana proses yang terjadi sehingga sebuah skrip budaya yang sudah tidak digunakan lebih dari dua generasi dapat bangkit kembali dan dilakukan oleh para pelaku dari generasi yang berbeda, yang tidak pernah melakukan kayau sebelumnya, menjadi pertanyaan yang mendasari penelitian ini. Untuk memahami gejala yang terjadi, penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Tesis yang diajukan adalah, dalam situasi konflik, di saat identitas kolektif dan kolektif emosi lokal diaktivasi, maka sebuah arketipe budaya yang mengandung ide jahat, yang telah ―tidur‖ (dormant) lebih dari satu abad, dapat bangkit kembali, dan membatasi pilihan alternatif tindakan dalam pemecahan masalah. Meskipun tidak dipraktekkan lagi, skrip budaya kayau yang bersumber dari arketipe budaya, masih tersimpan dalam ketidaksadaran kolektif. Skrip budaya tersebut dapat diaktivasi kembali pada situasi tertentu. Diduga, sebuah proses narasi dalam reproduksi serial masih terus terjadi dari generasi ke generasi. Tampaknya, kayau adalah sebuah ekspresi budaya kehormatan untuk manyalamat utus yang perlu menemukan bentuk alternatif pengekspresian positif pada masa sekarang ini.

ABSTRACT
Kayau (headhunting) is a cultural script that based on cultural archetype Dayak society in Kalimantan or known as Borneo island in Indonesia that no more conducted since ?Rapat Damai Tumbang Anoi? (the peace agreement Tumbang Anoi) in the year 1894. To commit the agreement, the tribe‟s activities such as hakayau (headhunting), habunu (killing each other), and hajipen (slavery) have been stopped. Conflict resolution in the society is nowadays solved based on ?Adat Law‟or State Law.
Over one hundred years mengayau has been left and not being taught to the next generation, but in the ethnic conflict called as national tragedy in Sampit in 2001, mengayau tradition has emerged. It is interesting to study this phenomenon because mengayau activity includes the idea of evil and in the modern cultural context mengayau activity is categorized as extraordinary evil behavior, and conducted by ordinary man or good people in their daily life.
It is interesting to study how the process of a dormant cultural script that have been run over the two generations can be achieved by people from different cohort and they have never been taught mengayau before. The study is conducted using qualitative and quantitative approaches to understand the phenomenon. Thesis statement being developed is in a conflict situation which is the collective identity and collective indigenous emotion are being activated a dormant cultural script or cultural archetype over one hundred years is emerged and ignoring the concept of good and evil in individual decision making process.
Although mengayau activity has been deactivated over one hundred years, the mengayau cultural script that based on cultural archetype is still kept as collective unconsciousness and can be activated in a certain situation. A narrative process in the term of serial reproduction is running over generations simultaneously. It is hypothesized that mengayau is a kind of culture of honor named ?manyalamat utus‟ that should be expressed in positive behaviour in modern life.
"
2016
D2171
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspita Insan Kamil
"Menurut Epley, Waytz, Cacioppo 2007 , manusia memiliki kecenderungan untuk mengatribusikan sifat dan representasi manusia pada seekor binatang. Penelitian antropomorfisme pada binatang sayangnya belum lengkap menjelaskan sifat dan representasi manusia seperti apa yang kemudian memiliki dampak tertentu pada bagaimana manusia memperlakukan binatang. Penelitian dalam tesis ini mengujikan pengaruh jenis binatang dan jenis antropomorfisme ndash; menggunakan arketip innocent dan trouble maker terhadap intensi partisipan untuk memakan, menyarankan eradikasi pemusnahan, dan memelihara binatang. Penelitian ini dilakukan dalam dua studi, studi yang pertama dilakukan pada kelompok petani di Flores, dan kedua pada mahasiswa di Depok. Secara umum, manipulasi jenis binatang tidak mempengaruhi intensi partisipan untuk melakukan hal tertentu pada binatang, namun jenis antropomorfisme yang lebih memiliki peran dalam tiga intensi tersebut.

Epley, Waytz, Cacioppo 2007 argued that humans tend to attribute human's trait or representation to non human animal. However, researches in anthropomorphism have not yet comprehensively explained which traits or representations that lead to specific human behavior towards animal. This research examined the effect of animal and anthropomorphism types ndash using innocent and trouble maker archetypes to participant intention's in eating, suggesting eradication, and pet an animal.Conducted in two separated studies ndash to farmers community in Flores and college students in Depok, the two studies proved that animal types hold no effect on participants intention towards specific animal, and it is anthropomorphic types which has effect on the three intentions.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T50566
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvarado, Luis
St. Paul, Minnesota: Llewellyn Publications, 1991
150.195 ALV p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kim, Man-suk
Seoul: Book Korea, 2010
KOR 306.519 KIM j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Woodside, Arch G.
"Storytelling-Case Archetype Decoding and Assignment Manual reviews tourism and hospitality applications of Jung's work on archetypes in shaping behavior and unconscious/conscious thought. This book provides tools for confirming relevancy and falsifying incorrect archetype assignments of stories consumers and brands tell."
United Kingdom: Emerald, 2016
e20469267
eBooks  Universitas Indonesia Library