Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3247 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Joko Adianto
Abstrak :
Kebutuhan akan informasi telah menjadi kebutuhan manusia. Melalui informasi, manusia dapat mengetahui dan memprediksi kegiatan yang harus ia lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui ruang cyber, informasi yang dibutuhkan dapat sampai dengan cepat, akurat dan tak terbatas secara geografis selama terhubung dengan jaringan telekomunikasi. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan cara pandang manusia terhadap ruang dan tempat aktual serta lingkungan binaan dalam kaitannya dengan arsitektur. Sesuai dengan pendapat Arendt, manusia memiliki tiga kondisi dasar yang menentukan kehidupannya. Dengan menggunakan teknologi ruang cyber, terjadi perubahan terhadap ketiga kondisi dasar tersebut. Perubahan kondisi dasar manusia menyebabkan terjadinya perubahan kegiatan manusia dan ruang arsitektural sebagai wadah kegiatan. Ruang dalam arsitektur terbentuk dari hasil hubungan sosial antar individu dalam sebuah lingkungan. Salah satu teori pembentukan ruang dengan adanya kesenjangan kondisi manusia adalah konsep pengetahuan kuasa-ruang. Manusia menggunakan teknologi ruang cyber untuk menjalin hubungan sosial berupa hubungan sosial antar anggota perusahaan. Hal ini menyebabkan berubahnya kondisi manusia setiap individu dan ruang kehidupan berkaitan dengan arsitektur sebagai hasil hubungan sosial tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik purposive sampling. Hal ini dikarenakan penelitian ini bertujuan ini untuk memahami, mengangkat dan menjelaskan pengaruh dan peran teknologi ruang cyber yang menciptakan perubahan bentuk ruang kegiatan yang dapat muncul dalam kaitannya dengan ruang arsitektural. Analisis yang saya gunakan bersifat eksploratif, di mana membutuhkan penjelajahan berdasarkan pada teori dan data yang terkumpul. Dalam penelitian ini saya menemukan bahwa adanya hubungan berbanding lurus antara peningkatan penggunaan teknologi ruang cyber dengan pengurangan jumlah individu dan besar ruang aktual kantor. Selain itu, tampak bahwa praktek konsep pengetahuan-kuasa-ruang sebagai akibat adanya kesenjangan tingkat kondisi manusia, mampu membentuk perkembangan kondisi dan ruang kehidupan masing-masing individu dalam perusahaan. Praktek tersebut menyebabkan munculnya ketidakterikatan manusia dengan tempat berlokasi tetap dalam berkarya. Namun demikian, hal ini hanya berlaku pada individu berkondisi manusia tertingi dalam perusahaan. Saya berkesimpulan bahwa ruang cyber merupakan katalis dalam proses pembentukan kondisi dan ruang kehidupan manusia. Ruang cyber tidaknya berperan sebagai kendali manusia dengan lingkungannya secara individual, namun juga secara sosial. Individu berkondisi manusia tertinggi dapat menentukan tingkatan kondisi dan ruang kehidupannya dan mengendalikan kondisi dan ruang kehidupan individu lain yang berkondisi lebih rendah.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14741
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Safitri
Abstrak :
Keberadaan Kampung di Alas Air merupakan suatu fenomena perkotaan, dimana kehidupan tradisional kampung sebagai Salah Satu sisi kehidupan kota Balikpapan ini terancam eksistensinya, di tengah derasnya arus urbanisasi perkotaan yang lekat dengan ciri modernitas. Kampung atas air Telaga Mas, adalah bentuk permukiman yang lokasinya berada di atas perairan, sehingga memiliki keunikan tersendiri yang mempengaruhi pola bermukim masyarakatnya yang berbeda dengan kondisi permukiman perkotaan lainnya. Hal tersebut juga melandasi kondisi sosial-kultural dalam masyarakat kampung air yang merupakan faktor-faktor penyebab berbagai kontradiksi antara kawasan kampung dan kota yang terserap melalui bentuk kontras diantaranya, berupa dualisme fisik, kultural, sosial-politik, dan ekonomi yang terangkum dalam bentuk tradisionalitas dalam modernitas perkotaan. Kehidupan karnpung yang air unik ini, diharapkan mampu memberikan pemahaman baru bagi khasanah arsitektural. Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan menggunakan metoda kualitatif untuk mengungkap fenomena keruangan dengan menggali kehidupan didalamnya melalui observasi partisipan dan wawancara dengan menggunakan sistem penyimpulan cepat. Pembahasan menggunakan sualu kerangka teoritis yang melibatkan konsep vita aktiva, konstitusi sosial, dan daur hidup. Dari analisis didapatkan temuan-temuan bahwa Permukiman Kampung Air Telaga Mas merupakan hasil dari konstruksi kultural yang mempengaruhi corak perekonomian berupa sektor perikanan yang merupakan modal strategis masyarakat untuk dapat bertahan di kota melalui sektor informal yang didominasi oleh sektor privat. Kampung menampung moda produksi yang dibutuhkan kota, melalui kekuatan ekonomi ini masyarakat kampung rnemainkan peran dalam sistem sosial sebagai agen yang menghasilkan suatu agensi dari hubungan-hubungan berupa praktik sosial yang bemlang antar aktor, yaitu pemerintah dan swasta dan masyarakat. Konstruksi sosial diwujudkan melalui konstitusi masyarakat kampung air dalam strukturasi kota yang mencerminkan suatu praktik sosio-spasial dan ekonomi yang saling terkait, hal ini berdampak pada kekuatan masyarakat kampung dalam kancah politik di kota. Hal inilah yang melandasi peran dari kampung di kota, yang kemudian berpengaruh pada posisinya dalam ruang perkotaan. Sehingga di masa depan kampung air Telaga Mas masih merupakan bagian dari kota dengan membawa tradisi dan kekhasannya yang akan menciptakan warna kota.
In the urbanization proces, kampung settlement that grows along the coastal line and has been built above the sea level is a unique phenomenon especially in the City of Balikpapan. It is unique since it develops off land and also has significant contribution to the city life as a whole. This study seeks to explore such a kampung, namely Kampung Telaga Mas in Bdikpapan, East Kalimantan. It seeks to understand its existance relative to urban life in Balikpapan. The analysis is based on Arendt idea of vita activa and Erikson?s life cycle, to understand socio-economic life of the inhabitants and the formation of Kampung Telaga Mas of which they are fisherman. Its therefore done by the research by using qualitative method to express the spatial phenomenon by explore life experiences in it through participant observation and interview. Finding have shown that the people of Kampung Telaga Mas have their significant role of their contribute to Balikpapan?s economy especially sea foods and also trading beetween island in the archipelago. Therefore it makes Kampung Telaga Mas as important part of the Balikpapan?s urban fabrics.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putika Yussi
Abstrak :
Pusat perbelanjaan dengan dunia impiannya, telah menarik para pengunjung, khususnya kalangan remaja wanita untuk melakukan kegiatan nongkrong. Walaupun setiap sudut pusat perbelanjaan dipenuhi dengan desain yang menarik, ternyata pengunjung remaja wanita, dengan kegiatan nongkrong-nya, hanya mendatangi tempat-tempat tertentu. Hal ini mempengaruhi pola kegiatan dan ruang belanja mereka. Persoalan di atas membawa penelitian ini merumuskan permasalahan penelitian, berupa bagaimana bentuk pola kegiatan dan ruang belanja pengunjung remaja wanita, serta affordances dari ruang-ruang pusat perbelanjaan yang seperti apa yang mempengaruhi pola-pola tersebut. Sehingga untuk mengungkap permasalahan di atas, dalam penelitian lapangan, menggunakan metode partisipatori terhadap pengunjung remaja wanita yang menjadi responden. Dan untuk menganalisa temuan dalam penelitian Iapangan tersebut, penelitian ini menggunakan teori bahasa pola (pattern language) yang mampu mengungkap pola-pola belanja pengunjung remaja wanita, bagaimana kaitan dan bentuknya serta teori affordance yang mampu mengungkap, daya tarik -secara desain-yang seperti apa yang mampu mempengaruhi pola-pola tersebut. Penelitian ini menggunakan studi kasus berupa pola belanja remaja wanita di Plaza Semanggi dan Mal Taman Anggrek, yang keduanya terletak di Jakarta. Berdasarkan analisa ditemukan bahwa kegiatan nongkrong menjadi bagian dari kegiatan belanja remaja wanita. Kegiatan nongkrong tersebut mempengaruhi bahasa pola belanja remaja wanita menjadi pola yang tidak terstrukrur. Bahasa pola remaja wanita tersebut juga dipengaruhi oleh aturan-aturan pribadi yang datang dari pengunjung remaja wanita itu sendiri, sehingga bahasa pola remaja wanita Iebih kompleks daripada yang ditawarkan bahasa pola pusat perbelanjaan. Bentuk bahasa pola pengunjung remaja wanita, yang didukung dengan affordances yang ada membuktikan bahwa teori atau pembahasan yang menekankan prinsip-prinsip yang sistematis atau terstruktur ternyata tidak selalu berlaku sama di lapangan. Sehingga sebuah desain arsitektur tidak dapat secara pasti menekankan bahasa pola dalam formasi spasialnya karena respon pengguna Iebih di tentukan oleh unsur-unsur affordances yang dicitrakan atau dicerap.
Shopping center with its accompanying dream world has attract visitors, especially female teenagers to nongkrong (detailing means to squat; or to hang around). In fact, female teenagers have found on nongkrong only in certain spots, despite the attractive architecture design in every single comer. Their nongkrong has a unique pattern in shopping center. This study seeks to explore the spatial pattern of nongkrong and to examine whether such an activity is in accordance with space syntax as thought by the architect. To investigate such pattern, the study uses Alexander's method of pattern language. It will explore and understand randomly chosen respondents of whom their pattern of shopping can be observed, including their pattern of nongkrong in shopping center under study, Plaza Semanggi and Mal Taman Anggrek in Jakarta. It also explores affordances that influence certain pattern of shopping and nongkrong. Findings show that nongkrong seems to become a part of female teenagers' shopping activity. Its pattern appears to be unstructured compared to the expected space syntax of the designers. The female teenagers' shopping pattem is affected by personal rules that come from the teenagers themselves. lt also depends on the affordances as part of the architectural settings. The affordances are sittng area which teenagers can sit and relax situation, consumption objects that are easy to be seen and to be tried without obligation for them to buy, and shops with self-service feature. The unstructured shopping pattern -which supported by the affordances- proves that, theory- which apply the sistematic and structured principals- do not always happened in the real world. An architectural design can't merely apply the pattern language in its spatial formation because users' response are also affected by the affordances that are available.
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T17014
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muharam Noor
Abstrak :
Perusahaan jasa konsultan arsitektur merupakan salah satu cakupan area industri jasa konstruksi yang memerlukan pembenahan terutama dalam peningkatan kinerja waktu dan kinerja mutu untuk mencapai kesuksesan di dunia persaingan yang semakin ketat dan global. Pembenahan terhadap penyimpangan faktor internal merupakan satu langkah awal yang perlu dilakukan, karena masalah internal dihasilkan sendiri oleh perusahaan dan berada dalam kendali organisasi perusahaan, antara lain terdiri dari manajemen, sumber daya manusia, manajemen sumber daya manusia, keuangan, budaya perusahaan, dan sumber daya lainnya. Pendekatan yang tepat untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaan jasa konsultan arsitektur adalah dengan mengidentifikasi dan menganalisa pengaruh faktor-faktor internal perusahaan jasa konsultan arsitektur. terhadap peningkatan kinerja waktu dan kinerja mutu proyek. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal pada perusahaan jasa konsultan arsitektur yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja waktu dan mutu proyek. Dari hasil survey atau penyebaran kuesioner dan analisa AHP dapat diketahui faktor-faktor internal yang paling berpengaruh terhadap peningkatan kinerja waktu dan mutu proyek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor manajemen dan faktor sumber daya manusia merupakan faktor utama yang mempengaruhi indicator kinerja waktu dan kinerja mutu proyek sehingga dapat disimpulkan pengelolaan yang baik terhadap faktor internal tersebut dapat meningkatkan kinerja waktu dan kinerja mutu proyek perusahaan jasa konsultan arsitektur.
The architecture firm is one area from many area in the construction industry, it need reconciliation in project performance especially in time and quality performance to gain success in global world competition. Reconciliation in internal factors is a one step need to be done, because internal factors are created by the firm and control by the firm, the internal factors consists of management, human resources, management of human resources, finance, culture of the firm, and other resources. The exact approach to improve performance of the architecture firm is to identified and analyzed internal factors in architecture firm that effect the improvement of project performance especially in time and quality performance. This research objective is to identified and analyzed internal factors in architecture firm that effect the improvement of project performance especially in time and quality performance. From the survey?s result and the use of Analytical Hierarchy Process (AHP) we should found the internal factors that significantly effect the improvement of project performance especially in time and quality performance. This research has shown that the management factor, and human resources factor are significant factors that effect the improvement of project performance especially in time and quality performance, hence it will be concluded that proper organize for the management factor and human resources factor should improve the project performance of architecture firm especially in time performance and quality performance.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T25061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Laksmi Larasati
Abstrak :
Penelitian ini adalah penelitian arsitektur dengan pendekatan sejarah terhadap Rumah Mayor Cina Muntok. Rumah ini menghadirkan perpaduan arsitektur kolonial Indische Empire dan tradisional Cina, siheyuan; yang masing-masing memiliki dasar pemikiran berbeda terkait kebudayaan yang dimiliki. Penelitian ini mendokumentasikan arsitektur dan ornamen rumah, kemudian menganalisisnya dengan bantuan literatur dan teori terkait. Penelitian terhadap Tjoeng A Tiam yang diatribusikan sebagai pendiri dilakukan atas dasar karya seni dan ornamen yang terpajang dalam dekorasi rumah. Hasil penelitian menunjukkan beberapa aspek dalam arsitektur dapat menampilkan bagaimana kedua kebudayaan tersebut bersanding sekaligus menyesuaikan dengan kondisi alam setempat. Pengetahuan yang tergali dari objek diharapkan dapat turut membantu sebagai referensi dalam proses pelestarian objek di masa depan ......This is an architectural research with historical approach on the Chinese Mayor Mansion in Muntok. The mansion's architecture is a combination of Colonial Indische Empire, and Chinese traditional siheyuan each with their own background culture. This research documented the mansion's architecture and decorations, which are then analysed using architectural and cultural literatures. Research on Tjoeng A Tiam, the name attributed as owner, is done through arts and ornaments available in the mansion. The result is the identification of the object's architecture that portrays the combination of both architecture style as well as their adjustments to the local environment. The information is expected to be used as reference for future conservation project of this object.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrey Caesar Effendi
Abstrak :
Arsitketur mempunyai kemampuan untuk mengartikulasi ruang sesuai dengan tujuannya dan fotografi sebagai alat untuk mengukur kemampuan tersebut. Oleh karena itu arsitektur dan fotografi adalah sesuatu yang saling terkait. Kaitan antara fotografi dan arsitektur menjadi semakin erat apabila fotografi dapat digunakan secara lebih mendalam dalam proses perancangan. Foto sebagai hasil dari fotogafi merupakan hasil akhir dari sebuah proses fotografi. Tesis desain ini mencoba untuk mendapatkan manfaat lebih dari foto tersebut sehingga dapat digunakan dalam proses perancangan. Riset ini dilakukan dengan menggunakan Bga metode yang berbeda, yaitu pertama pengambilan gambar yang berupa foto, kedua pembacaan foto oleh Bga agen, dan yang ketiga layering terhadap fokus foto Bap agen untuk melihat gejala simbolik yang terjadi pada foto tersebut. Narasi dari pembacaan foto yang dilakukan oleh keBga agen akan dikolaborasikan sehingga didapat collaborative idea pada seBap foto yang dilihat untuk mendapatkan hasil pembacaan yang lebih objektif karena seBap agen mempunyai persepsinya sendiri -­‐ sendiri dan dapat di interpretasikan kembali untuk mendapatkan gejala simbolik pada seBap foto. Dengan gejala simbolik yang ada dalam setiap foto tersebut akan digunakan dalam proses perancangan sehingga pengalaman yang dihadirkan berdasarkan fokus -­‐ fokus oleh seBap agen dapat memberikan pengalaman sama pada tempat yang berbeda seperti yang dirasakan oleh seBap agen. ......Architecture have the ability to articulate its intended space and photography as a tool to measure the ability. Therefore architecture and photography is something interrelated. The link between photography and architectural photography to be more closely if it can be used in more depth in the design process. Photos are the result of a photographic process. This design thesis is trying to get more benefits from the photo so it can be used in the design process. The research was conducted using three different methods, namely, first shooting a photo, the second reading of the photograph by the three agencies, and the third to focus photo layering each agent to see the symbolic symptoms that occur in the photo. Narrative of the readings done by third photo agency will collaborate in order to get collaborative idea on eachphoto to see to get a more objective reading of results because each agency has its own perception and can be interpreted in a symbolic return to get symptoms on each photo. With symbolic symptoms present in each photo will be used in the design process so that the experiences presented by focus by each agency can provide similarexperiences in different places as perceived by each agent.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Islami
Abstrak :
ABSTRAK
Adaptasi dilakukan ketika terjadi ketidaksesuaian terhadap suatu sistem dan merupakan bagian dari aktualisasi diri. Tidak ada sesuatu pun yang sesuai (fit) secara sempurna terhadap lingkungannya. Adaptasi dimulai ketika terjadi proses memperlakukan elemen yang hadir sehingga dapat memenuhi kebutuhan manusianya sebagai pengguna. Shape grammar merupakan salah satu metode desain yang menitikberatkan pada bentuk primitif dan aturan interaksinya. Melalui shape grammar adaptasi diterjemahkan melalui elemen dan mekanisme yang bekerja terhadapnya. Stopping point merupakan starting element dalam membentuk ruang-ruang selanjutnya, sedangkan mekanisme yang tampak merupakan aturannya (rules). Komposisi baru yang hadir kemudian menghasilkan ruang-ruang yang tumbuh berdasarkan proses adaptasi manusia yang bergerak didalamnya.
ABSTRACT
Adaptation occurs when there is discrepancy of a system and it’s part of self-actualization. There is no such thing perfect fit between the environment. Adaptation process begins when the treating elements are present so as to meet the needs of its people as a user (user). Adaptation process begins when the treating of the element present according to the human needs. Shape grammar is a design method that focuses on primitive forms and rules of interaction. Through the adaptation process, shape grammar is translated as an elements and mechanisms that work against it. Stopping point is the starting element in shaping the subsequent spaces, while the mechanism appears as a rules that present a new composition and then generate it into a growing space base on process of human adaptation that moves therein.
2013
T35949
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latupeirissa, Hendrico Firzandy
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap jejak spatial historis dan kehadiran kelompok Miss Tjitjih di lokasinya saat ini, serta mengungkap bagaimana kelompok ini tetap bertahan di lokasinya justru ketika penghidupan tidak terlalu berpihak. Saya melihat hubungan Master dan karyawannyalah yang mendasari bertahan dan meruangnya kelompok ini. Hubungan inilah yang kemudian membentuk karakter dan hubungan sosial diantara aktor-aktor yang terkait. Untuk itulah saya menggunakan teori Patron-Client untuk mengungkap fenomena Miss Tjitjih ini. Fokus penelitian akan berpusat pada hubungan sosial di dalam kelompok dan hubungan patron-client serta melihat implikasinya terhadap aspek spasial dan ruang daur hidupnya. Untuk mengungkap hal ini saya menggunakan penelitian yang berifat kualitatif. Kehidupan kelompok ini kemudian dibagi kedalam tiga periode kehadiran mereka di Jakarta yang terkait dengan lokasi dan kehadiran figur patron di dalam kelompok. Sementara data akan diangkat dari observasi lapangan dan wawancara terhadap anggota-anggota Miss Tjitjih yang pernah hidup di tiga periode kehadiran mereka di Jakarta. Analisis akan dilakukan dengan membandingkan hasil temuan lapangan dengan teori Patron-Client. Saya menemukan bahwa client sangat bergantung kepada patron dan membuat kelompok Miss Tjitjih tidak pernah beranjak dari lokasi bermukimnya. Ketergantungan inilah yang membuat kelompok Miss Tjitjih meruang dengan cara yang berbeda di periode terakhir ketika figur patron hilang dari dalam kelompok. Hal ini mereka lakukan untuk mempertahankan penghidupan dan kehidupan yang terkait dengan reward yang mereka anggap sebagai bagian dari hak mereka.
ABSTRACT
The purpose of this study is to reveal the historical spatial traces of Miss Tjitjih, while revealing how this group remained in its current location when livelihoods are not too closely aligned with them anymore. I see that the relation between Master and his employees underlies the survival and the settlement of this group. The employer and employees relationship is then shaping the character and social relations between actors in it. That is why i use the theory of Patron-Client to reveal Miss Tjitjih phenomenon. To reveal this phenomena, qualitative research is needed. This group then be divided into three periods of their presence related to the location and the presence of patron figure in the group. While data will be gathered from field observations and interviews on several members of Miss Tjitjih who have lived in three periods of their presence in Jakarta. The analysis will be done by comparing the results with Patron ? Client theory. Patron - client relationships in this complex seems giving great influence on the formation of members character and the group?s life cycle space. Client?s dependency to patron has made the group never left settlement location provided by the patron. This dependency ultimately makes the group creating their space in different ways in the last period when the patron figure is missing from the group . It turned out that they do this in order to sustain their life and livelihoods which connected with rewards which regarded as part of their rights.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44410
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evita Wisnuwardhani
Abstrak :
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) adalah instansi pemerintah yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang energi dan sumber daya mineral untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Salah satu pendukung dalam penyelenggaraan tugas KESDM adalah keberadaaan aset sistem informasi/teknologi informasi (SI/TI). Namun selama ini di KESDM belum ada panduan dalam merencanakan maupun mengimplementasikan suatu solusi TI, sehingga masing-masing unit memikirkan sendiri solusi TI yang diperlukan. Hal ini berakibat pada keberagaman aplikasi, kerangka kerja, bahasa pemrograman, desain, dan tersebarnya ruang server dan basis data. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kondisi arsitektur KESDM saat ini dan merekomendasikan rancangan arsitektur yang tepat untuk KESDM. Kerangka kerja yang digunakan adalah The Open Group of Architecture Framework (TOGAF). Data dikumpulkan melalui dokumen KESDM dan wawancara serta Focus Group Discussion (FGD) ke unit-unit di lingkungan KESDM. Hasil dari penelitian ini di antaranya prinsip arsitektur KESDM yang meliputi prinsip bisnis, prinsip aplikasi, prinsip data, dan prinsip teknologi, serta pola solusi dan roadmap berdasarkan prinsip arsitektur dimaksud. ......The Ministry of Energy and Mineral Resources (MEMR) is a government institution that has the task of conducting affairs in the field of energy and mineral resources to assist the President in running the state government. One of the supporters of the task is the existence of information systems/information technology (IS/IT) assets. However, KESDM has no guidance to plan and implement an IT solution, so that each unit thinks IT solutions that are required by themselves. It causes variety in application, framework, programming languange, design, and dissemination of server room and database. This study aims to map the architecture of MEMR now and recommend the architecture design that fit to MEMR. The framework used is The Open Group Architecture Framework (TOGAF). Data were collected through documents of KESDM and also interviews and Focus Group Discussion (FGD) to units in the MEMR. The results of the study are the architecture principles of KESDM that include business principles, application principles, data principles, and technology principles, as well as patterns of solutions and roadmaps based on architecture principles said.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Oktaffenti
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang arsitektur nokturnal. Nokturnal yang dimaksud merupakan arsitektur yang memiliki kondisi kurangnya cahaya alami seperti sinar matahari dan bahkan tanpa cahaya sama sekali. Karena nokturnal mempunyai karakter ruang yang berbeda dari diurnal atau waktu siang hari, maka perancangan arsitektur pada tesis ini dilakukan dengan mencoba metode layering data konteks pada programming dari forces atau indikator yang menjadi basis seperti, deteksi kelembapan atau suhu, cahaya gelap dan getaran atau gelombang suara yang didasari juga dari perpindahan komunal atau juga kebutuhan hidup dari para pengguna ruang pada konteks malam hari. Pendekatan yang dilakukan pada konteks malam hari yang dilakukan ditujukan untuk memahami aspek-aspek kehidupan nokturnal yang juga dengan cara mengambil perspektif ruang malam hari dari dunia hewan dan tumbuhan yang diantaranya seperti, kalelawar dan noctiluca scintillans. Perancangan arsitektur nokturnal ini dilakukan pada sebuah tempat yang sudah memiliki karakter seperti malam hari, yaitu goa. Goa yang memiliki variasi dari intensitas cahaya yang telah didata dan dianalisa dalam tesis ini, yaitu Goa Pindul di Yogyakarta. Tidak hanya keberagaman intensitas cahaya yang akan dikembangkan pada tesis perancangan ini, tetapi juga pola pergerakan tumbuhan, hewan dan juga manusia secara individu yang mampu menelususi ruang nokturnal dan hal ini juga dikenal dalam siklus nychthemeron.
ABSTRACT
This thesis is about nocturnal architecture. Nocturnal in this meaning is an architecture that has a condition of lack of natural light such as sunlight and even no light at all. Because the nocturnal has a different space characters than diurnal or day time, the architectural design of this thesis is done by trying the layering method of context data on the programming of the forces or indicators on which to base such as, humidity or temperature detection, dark light and vibration or sound waves which is also based on the communal displacement or the living necessities of space users in the context of the night. Approaches made to the night context are intended to understand the aspects of nocturnal life as well as by taking the perspective of night spaces from the animal and plant world such as, bats and noctiluca scintillans. Nocturnal architecture design is done on a place that already has a characters like the night, namely cave. That cave has variations of the intensity of light that has been recorded and analyzed in this thesis, namely Pindul Cave in Yogyakarta. Not only is the diversity of light intensity to be developed in this design thesis, but also the pattern of movement of plants, animals and humans individually capable of tracing the Nocturnal space and this is also known in the nychthemeron cycle.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50329
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>