Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fabiola Febrinastri
Abstrak :

ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang hiasan latar belakang relief cerita Arjunawiwaha di candi Jago, Kedaton dan Surawana. Deretan relief cerita pada bangunan suci yang disebut sebagai ragam hias naratif selain menampilkan tokoh-tokoh utama juga bentuk-bentuk lain yang berupa flora, fauna atau bentuk-bentuk dan elemen-elemen lain. Para seniman pahat sangat mungkin menyertakan hiasan latar belakang ini karena mempunyai fungsi atau menyiratkan simbol tertentu.

Data utama dalam penelitian ini adalah relief cerita Arjunawiwaha yang lengkap penceritaanya, yaitu di candi Jago, Kedaton, Surawana. Selain itu disertakan pula terjemahan kakawin Arjunawiwaha versi I. Kuntara Wiryamartana.

Selanjutnya agar penelitian ini memperlihatkan adanya berbagai variasi dan variasi penggambaran hiasan latar belakang di ketiga bangunan tersebut. Perbedaan-perbedaan ini terjadi walaupun dalam adegan-adegan yang sama. Hal ini berarti kreativitas seniman ikut berperan. Setiap bentuk hiasan latar belakang mempunyai fungsi masing-masing dalam memperjelas adegan yang tengah berlangsung. Hal ini terutama dapat dilihat lewat komponen pelengkap adegan yang variatif. Ada beberapa bentuk komponen pelengkap adegan yang hanya ditampilkan dalam adegan-adegan tertentu. Demikian pula dengan bentuk-bentuk elemen lainnya yang disebut ragam hias adegan. Bentuk ini mempunyai fungsi yaitu sebagai simbol adanya kekuatan gaib dan keberadaan roh nenek moyang.
1998
S11826
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leiden: KITLV Press, 2008
899.221 ARJ
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
I. Kuntara Wiryamartana
Yogyakarta: Duta Wacana University, 1990
899.29 KUN a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Naskah saduran dalam bahasa Bali ini bertembang macapat, diambil dari epos Arjunawiwaha, di sini berjudul Arjunawiwaha Parikan. Teks berawal dengan uraian tentang ketekunan tapa sang Arjuna di Gunung Indrakila, untuk memohon anugrah agar dapat membantu kakaknya (Yudistira) dalam memegang tampuk pemerintahan di Astina. Berkali-kali para bidadari merayu Arjuna dengan segala kemesraan, namun tetap tidak berhasil. Bidadari merasa kecewa, tetapi hasrat para dewa di Surga yang akan minta bantuan Arjuna semakin yakin akan kemampuan (Arjuna) untuk bisa mengalahkan Niwata Kawaca yang tengah mengganggu keamanan di Surga. Berita ini didengar oleh Niwata Kawaca. Niwata Kawaca segera menyuruh Patih Momo Simuka untuk menyelidiki serta menggempur tapa Arjuna. Dalam waktu yang sama, Dewa Siwa yang berubah menjadi seorang pemburu telah menuju pertapaan Arjuna untuk menyelidiki secara dekat kemantapan tapa Arjuna. Dengan wujud seekor babi besar Momo Simuka mengguncang-guncang Gunung Indrakila dengan kekuatan maksimal. Melihat kejadian ini, Arjuna segera mementangkan panahnya ke arah babi tersebut. Anak panahnya tepat mengenai sasaran. Saat itu pula, anak panah Dewa Siwa melesat ke arah babi itu, dan kedua panah tersebut menyatu. Akhirnya terjadilah perang mulut antara Arjuna dengan Dewa Siwa, dalam memperebutkan anak panahnya masing-masing. Pada saat itu, secara tiba-tiba Dewa Siwa yang tengah berwujud seorang pemburu, kembali wujud sebagai Dewa Siwa yang sebenarnya yang sedang duduk di atas bunga teratai. Arjuna bersembah sujud dan akhirnya dianugrahi panah sakti yang bernama panah Pasupati. Dilanjutkan dengan tipu muslihat Arjuna yang didampingi Bidadari Supraba dalam menyelidiki letak kesaktian Niwata Kawaca. Setelah rahasia kesaktian Niwata Kawaca diketahui, tidak lama kemudian meletuslah perang sengit antara pihak Surga dengan Niwata Kawaca. Dalam perang sengit yang cukup memakan korban ini, Niwata Kawaca dapat dibunuh oleh Arjuna dengan panah saktinya. Teks berakhir dengan keadaan Surga yang semakin aman, karena musuh sakti telah tiada, dan rakyat yang menjadi korban dapat dihidupkan kembali. Untuk naskah-naskah lain dengan teks Arjunawiwaha Parikan, lihat Kirtya 1264 dan 694. Daftar pupuh: (1) sinom; (2) pangkur; (3) sinom; (4) durma; (5) sinom; (6) durma; (7) sinom; (8) pangkur; (9) sinom; (10) pangkur; (11) sinom; (12) durma.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.3-LT 208
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Lontar ini berisi teks Arjunawiwaha Kakawin, dimulai dengan pertapaan Arjuna di gunung Indrakila, memohon anugrah para dewa untuk membantu kakaknya (Yudistira) dalam memimpin roda pemerintahan di Astina. Kegagalan para bidadari yang dengan segala rayuan menggoda diri Arjuna, menjadikan para dewa semakin yakin akan kemampuan Arjuna yang akan dimintai bantuan dalam memerangi Niwata Kawaca, yang selalu mengganggu Sorga. Mendengar berita tersebut, dengan segera Niwata Kawaca mengutus Momo Simuka (patih andalannya) untuk mengamati sekaligus menggempur tapa Arjuna. Sementara itu, Dewa Siwa pun secara diam-diam menuju gunung Indrakila untuk menguji kemantapan tapa Arjuna. Beliau menyamar menjadi seorang pemburu. Dengan kekuatan yang maksimal, Momo Simuka dalam wujud babi besar mulai mengguncang-guncangkan gunung Indrakila. Arjuna terperanjat seraya mementangkan panahnya ke arah babi tersebut dan tepat mengenai sasaran, yang bersamaan dengan anak panah Dewa Siwa. Kedua anak panah tersebut menyatu, sehingga menimbulkan pertengkaran antara Arjuna dengan Dewa Siwa dalam wujud pemburu. Pertengkaran berakhir, saat Dewa Siwa menampakkan wujud yang sebenarnya yang tengah duduk di atas bunga teratai. Arjuna bersembah sujud, kemudian dianugrahi panah sakti penuh kramat yang bernama panah Pasupati. Akhirnya dengan panah sakti anugrah Dewa Siwa inilah, Arjuna dapat membunuh Niwata Kawaca lewat peperangan sengit dan dahsyat, sehingga Sorga aman kembali. Teks berakhir dengan upacara perkawinan Arjuna dengan bidadari Supraba dengan penuh meriah dan kebahagiaan. Teks Ajunawiwaha ini disertai arti dalam bahasa Bali, isinya sama dengan FSUI/CP.3 (Arjunawiwaha Parikan), hanya dibedakan dalam hal bentuk dan penggunaan bahasanya. Arjunawiwaha Parikan merupakan saduran dari versi kakawin yang diungkapkan dalam bentuk sekar alit atau macapat berbahasa Bali. Sedangkan Arjunawiwaha Kakawin, diungkapkan dengan sekar ageng atau tembang kawi. Suatu catatan tambahan bahwa dalam teks ini disertai titik-titik berbentuk garis lengkung untuk memudahkan pemenggalan kata-kata dalam membaca teks kakawin yang disesuaikan dengan guru basa. Pada h.l28b disebutkan bahwa naskah ini diturun oleh Wayahan Buruan Kahyun (nama samaran), hari Selasa Paing, Julung Pujut, Sasih Asada, 1813 Saka (1891). Naskah ini semula merupakan milik I Gusti Ketut Jlantik di Pagutan Kanginan Gianyar, yang pernah disalin untuk dihaturkan kepada Raja Sasak sebagai oleh-oleh. Terdapat catatan tambahan lagi pada h.la yang menyebutkan Arjunawiwaha Marti, I. G. Jlantik, magang bestir Sasak, 1896. Pada saat I G. Pt. Jlantik bertugas di Sasak, beliau pernah menyuruh seorang juru tulis Wayahan Buruan Kahyun (nama samaran), untuk menyalin Kakawin Arjunawiwaha milik I G. Kt. Jlantik di Pagutan Kanginan Gianyar, sebagai oleh-oleh kepada Raja Sasak, tahun 1813 Saka (1896). Pada tahun 1896 naskah ini menjadi milik Ida I G. Pt. Jlantik, di Singaraja Bali. Informasi mengenai daftar pupuh/metrum dapat dilihat dalam Zoetmulder 1985; dalam I. Kuntara Wiryamartana 1990; dan lihat Kakawin Arjunawiwaha, bentuk cetakan (teks dan terjemahan dalam bahasa Bali, yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Dasar, Propinsi Daerah Tingkat I Bali, tahun 1988). Untuk teks-teks lain dengan judul Arjunawiwaha Kakawin, lihat pada Pigeaud 1970: 176; MSB/L.45-47, 67, 206; Brandes I: 130-146; SMP/MN.379.2, MN.473.1; Kirtya 1092.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.4-LT 229
Naskah  Universitas Indonesia Library