Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yayat Ruhiyat
"Kayu merupakan salah satu basil hutan yang terpenting, dimana teknologi
pemanfaatannya banyak menghasilkan limbah seperti dari eksploitasi hutan
menghasilkan cabang, ranting dan daun, serta dari industri pengolahannya
(penggergajian, pembuatan kajoi lapis, alat-alat rumah tangga dan konstruksi) berupa
serpihan kayu dan serbuk gergaji. Limbah tersebut merupakan sumber karbohidrat
yang murah.
I
Sel tanaman umumnya terdiri dari tiga komponen utama yaitu selulosa,
hemiselulosa dan lignin. Dari ketiga komponen tersebut kanduhgan selulosa
merupakan yang terbesar. Selulosa adalah polimer dari glukosa yang berikatan 1,4-Pglukosida,
yang dapat dihidrolisis dengan enzim selulase yang dihasilkan oleh kapang
Aspergillus niger menjadi monosakaridanya. Tetapi dalam prosesnya selulosa yang berasal dari kayu (serbuk gergaji) relatif sukar dihidrolisis karena memiliki struktur
kokoh yang dilindungi jaringan yang terdiri dari lignin dan hemiselulosa sehingga
enzim tidak bekerja secara optimal sebagaimana diharapkan.
Pada penelitian ini dicari kondisi hidrolisis yang optimal dengan menyiapkan
I
substrat selulosa (serbuk' kayu) dalam bentuk yang mudah difermentasikan
(delignifikasi), yaitu dengan melarutkan serbuk kayu dalam NaOH untuk
menghilangkan hemiselulosa kemudian dilakukan isolasi selulosa dengan larutan
Kadoksen. Selanjutnya dilakukan hidrolisis dengan mengatur kondisi pertumbuhan
kapang Aspergillus niger yang meliputi berat substrat dan pH. Untuk mengetahui
basil hidrolisis dilakukan penentuan kadar gula pereduksi dengan metode Somogyi-
Nelson dan hasilnya dibandingkan terhadap kontrol yaitu serbuk kayu yang tidak
didelignifikasi.
Hasil penehtian ini menunjukkan bahwa kandungan gula pereduksi tertinggi
didapatkan pada hari ke-6 sebesar 38,23 ppm pada serbuk kayu yang didelignifikasi
dan 26,47 ppm pada serbuk kayu yang tidak didelignifikasi, dengan berat substrat 2
gram. Untuk variasi pH, diperoleh konsentrasi gula pereduksi tertinggi pada hari ke-6
dengan pH 5,5 yaitu 48,81 ppm untuk serbuk kayu yang didelignifikasi dan 24,68
ppm pada serbuk kayu yang tidak didelignifikasi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Siti Yunita A.
"Kapang Aspergillus terreus menghasiikan suatu metabolit skunder
yang tergolong ke dalam kelompok senyawa statin yaitu lovastatln. Senyawa
statin merupakan senyawa penurun kadar kolesterol dengan cara
menginhibisi enzim HMG-CoA reduktase pada biosintesis kolesterol. Kapang
Aspergillus terreus yang digunakan adalah Aspergillus terreus UlCC 368.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan pH media
fermentasi terhadap produksi lovastatin menggunakan fermentasi media cair.
Hasil fermentasi Aspergillus terreus UlCC 368 dianalisis pienggunakan TLC,
LCMS, GCMS dan kromatografi kolom. Pra eksperimen dilakukan dengan
kondisi sebagai berikut; waktu inkubasi sampai 14 hari, kecepatan agitasi 150
rpm, dilakukan pada suhu kamar (28-30°C) dan pH media 6,5. Dari hasil pra
eksperimen, terbukti Aspergillus terreus UlCC 368 positif menghasiikan
lovastatin sejak hari ke-6 dan lovastatin masih terus diproduksi sampai
dengan hari ke-12. Adanya lovastatin yang dihasilkan pada pra eksperimen
memungkinkan dilakukan tahap eksperimen selanjutnya, yaitu eksperimen
variasi pH media, dapat dilakukan dengan kapang yang sama. Eksperimen
variasi pH media dilakukan pada 5 nilai pH, yaitu: 6,00; 6,25; 6,50; 6,75 dan
7,00 dengan kondisi kecepatan agitasi 150 rpm, waktu inkubasi 10 hari dan
dilakukan pada suhu kamar (28-30°C). Semua ekstrak eksperimen variasi pH
media tidak ditemukan adanya lovastatin. Hal ini didukung oleh hasil analisis
dengan TLC dan LCMS. Dengan tidak dihasilkannya lovastatin pada eksperimen ini menunjukkan bahwa AspergiHus terreus UlCC 368 dapat
menghasilkan lovastatin namun hasilnya tidak reproducible (bila dilakukan
pengulangan belum tentu diperoleh hasil yang sama)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fhani Meliana
"Penyakit jantung koroner merupakan masalah yang cukup banyak ditemukan di beberapa negara pada usia 25-60 tahun. Berbagai pengobatan medis telah dikembangkan untuk mencegah dan menanggulangi penyakit jantung koroner. Pengobatan oral medis yang telah umum dilakukan adalah pengobatan menggunakan nitrogylcerin, isosorbide, beta blocker, namun kebanyakan memiliki efek cepat namun dalam jangka waktu yang pendek sehingga tidak dapat digunakan sebagai pengobatan berkelanjutan. Akar Salvia milthiorrhiza mengandung asam przewalskinik A yaitu molekul kecil asam fenolik yang dapat diperoleh dengan metode maserasi. Asam fenolik ini menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat dan memiliki efek potensial dalam melindungi otak dan jantung yang disebabkan oleh ischemia reperfusion. Asam przewalskinik A merupakan senyawa yang langka namun dapat diproduksi melalui biotransformasi senyawa asam salvianolik B oleh crude enzim Aspergillus oryzae. Asam salvianolik B diperoleh dengan teknik esktraksi metanol. Asam salvianolik B setelah direaksikan dengan crude enzim menghasilkan kenaikan aktivitas antioksidan sebanyak 20,2% untuk variasi waktu inkubasi Aspergillus oryzae dan 15,8% untuk variasi konsentrasi ampas tahu sebagai sumber nitrogen. Aktivitas spesifik enzim yang dihasilkan pada variasi waktu inkubasi sebesar 0,0068 U/mg. Sedangkan, aktivitas spesifik yang dihasilkan pada variasi konsentrasi ampas tahu yaitu 0,0059 U/mg.
......The numbers of coronary heart disease patient were excessive and spread in many countries, even in developed countries especially in 25-60 ages. Many of medical treatment were developed in order to prevent and to cope with coronary heart disease. Common oral medical treatments for sufferer are using nitroglycerin, isosorbide, and beta-blocker, but they have fast effects but just in short term, so it cannot use for sustainable medications. Salvia milthiorrhiza root contains przewalskinik acid A which is small molecules of phenolic acid. This phenolic acid shows strong antioxidants activities and gives potential effects in protecting brain and heart damage which caused by ischemia reperfusion. Przewalskinik acid A is rare compound but it can be produced from biotransformation of salvianolic acid B using crude enzyme from Aspergillus oryzae. After reacted by crude enzyme, salvianolic acid B shows increase of antioxidant activity 20,2% in incubation time variation of Aspergillus oryzae and 15,8% in variation of tofu waste concentration as nitrogen source. Specific activity of enzyme in variation of incubation time is 0,0068 U/mg. Whereas, specific activity of enzyme in tofu waste concentration as nitrogen source is 0,0059 U/mg."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64120
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Annisa
"Latar belakang: Pasien kanker paru berpotensi mengalami infeksi oportunistik yang dapat memperburuk luaran klinis, bahkan kematian. Salah satu penyebab infeksi oportunistik itu adalah jamur Aspergillus sp. Diagnosis dini masih menjadi tantangan, tetapi sangat penting dilakukan agar tata laksana dapat dioptimalkan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi klinis dengan hasil kultur jamur Aspergillus pada pasien kanker paru karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) di RSUP Persahabatan serta uji kepekaannya terhadap vorikonazol.
Metode: Studi potong lintang ini dilakukan pada pasien KPKBSK yang memenuhi kriteria inklusi. Prosedur biakan jamur dari sputum induksi dilakukan pada medium Agar Sabouraud Dekstrosa (ASD) menggunakan metode high volume. Identifikasi spesies dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik, dilanjutkan dengan uji kepekaan Aspergillus menggunakan metode difusi cakram. Data klinis pasien diperoleh dari rekam medis.
Hasil: Dari 70 pasien KPKBSK yang memenuhi kriteria inklusi, terdapat pasien laki-laki 61,4%, dengan rerata usia 59,83  9,18 tahun. Profil klinis lain menunjukkan jenis adenokarsinoma 74,3%, stadium lanjut kanker paru 78,6%, tampilan status 1 40%, perokok aktif 60%, dan indeks brinkman berat 31,4%. Gejala klinis berupa sesak napas 81,4%, nyeri dada 71,4%, berat badan turun 71,4%, batuk 45,7%, hemoptisis 28,6%, dan demam 8,6%. Riwayat komorbid berupa diabetes melitus 18,6%, bekas tuberkulosis 12,9%, dan asma/penyakit paru obstruktif kronik 1,4%. Proporsi Aspergillus yang diisolasi dari sputum induksi didapatkan pada 43 pasien (61,4%), dengan 67 isolat. Distribusi spesies Aspergillus terdiri atas Aspergillus niger 22,1%, Aspergillus fumigatus 17,9%, dan Aspergillus flavus 7,9%. Analisis statistik menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin laki-laki, gejala klinis batuk dan demam dengan hasil kultur Aspergillus (p<0.05). Uji kepekaan 59 isolat Aspergillus sp. terhadap vorikonazol menunjukkan hasil sensitif 57,6%, intermediet 34,6%, dan resisten 19,3%.
Simpulan: Pada penelitian ini terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin laki-laki, gejala klinis batuk, dan demam dengan hasil kultur Aspergillus (p<0.05). Tiga puluh sembilan dari 59 isolat Aspergillus spp. masih sensitif terhadap vorikonazol.
......Background: Lung cancer patients have the potential to experience opportunistic infections that can worsen clinical outcomes, even death. One of the causes of opportunistic infection is the fungus Aspergillus sp. Early diagnosis remains a challenge, but it is necessary for optimal management.
Objective: This study aims to determine the clinical correlation with the results of Aspergillus culture in patients with non-small cell lung carcinoma (NSCLC) at Persahabatan Hospital and their susceptibility to voriconazole.
Methods: This cross-sectional study was carried out on NSCLC patients who met the inclusion criteria. The procedure of fungal culture from induced sputum was performed on Sabouraud Dextrose Agar (SDA) medium using the high volume method. Species identification was conducted with microscopic examination, followed by Aspergillus susceptibility test using the disc diffusion method. Patients’ clinical data obtained from medical records.
Results: Out of 70 NSCLC patients who met the inclusion criteria, there were male patients 61.4%, with a mean age of 59.83 ± 9.18 years. Clinical profiles of NSCLC patients were adenocarcinoma 74.3%, advanced lung cancer 78.6%, performance status 1 40%, active smokers 60%, and severe Brinkman index 31.4%. Clinical symptoms of shortness of breath 81.4%, chest pain 71.4%, weight loss 71.4%, cough 45.7%, hemoptysis 28.6%, and fever 8,6%. A history of comorbid diabetes mellitus 18.6%, former tuberculosis 12.9%, and asthma/chronic obstructive pulmonary disease 1.4%. The proportion of Aspergillus isolated from induction sputum was found in 43 patients (61.4%), as many as 67 isolates. The distribution of Aspergillus species consisted of Aspergillus niger 22.1%, Aspergillus fumigatus 17.9%, and Aspergillus flavus 7.9%. Statistical analysis showed that there was a significant relationship between male gender, clinical symptoms of cough, and fever with the results of Aspergillus culture (p <0.05). Susceptibility test for 59 isolates of Aspergillus sp. to voriconazole showed sensitivity of 57.6%, intermediate 34.6%, and resistance 19.3%.
Conclusion: In this study, there was a significant relationship between male gender, clinical symptoms of cough, and fever with Aspergillus culture results (p <0.05). Thirty-nine out of 59 Aspergillus spp. isolates were still sensitive to voriconazole."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library