Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Teks sunari bang, yang di dalamnya merangkum tutur Sundari terus, Sundari bungkah, dan Sundari gading. Diuraikan segala macam tutur yang menyangkut bhuwana alit dan bhuwana agung. Disinggung pula tentang pertemuan jodoh, perkawinan dan pedudusan. Bandingkan naskah LOr 9134, 9653 dan Kirtya 89, 1162b, 1215a. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini belum ditemukan secara jelas."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
AH.41-LT 194
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks Agama Hindu yang memuat judul widi sastra, menguraikan tentang tata cara bagi seorang raja dan pemuka-pemuka masyarakat untuk taat dan berbakti terhadap Hyang Widi seperti yang digariskan di dalam tutur atau ajaran. Disebutkan tentang pembangunan segala bentuk parhyangan (stana) para dewa seperti; meru, padma, dan prasada. Dilanjutkan dengan uraian tentang pembangunan meru oleh Mpu Kuturan mulai dari Majapahit hingga di Bali (di Pura Besakih) dengan segala upacara hubungan dengan pembangunan meru tersebut. Berakhir dengan uraian pecaruan dan syarat-syarat seorang tukang banten (sesajen). Bandingkan naskah LOr 9837 dan Kirtya 1537. Halaman terakhir naskah ini tidak termasuk halaman kosong karena berfungsi sebagai sampul naskah. Sedangkan informasi kapan dan oleh siapa teks ini ditulis dan naskah disalin tidak ditemukan secara jelas. Lontar ini disimpan dalam kotak kayu (kropak)."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
AH.56-LT 151
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks Agama Hindu yang berjudul yajna prakerti, terdiri dari dewa kti, buda kti, manusa kti, dan jagat kti. Semua ini adalah bagian dari widi sastra merupakan sabda Betari Uma Dewi yang berstana di pura dalem dan dipakai pedoman/dasar gama kreti. Disebutkan juga jenis-jenis yadnya seperti; Aswameda Yadnya, Siwa Yadnya, Rsi yadnya, buta Yadnya, Manusa Yadnya. Dilanjutkan dengan keutamaan Sang Brahmana Pendeta dan hubungannya dengan segala jenis yadnya. beliau wajib memutuskan segala bentuk yadnya karena telah didiksa (didwijati) oleh Brahmana Putus sehingga disebut Sang Putus. Begitu pula dalam upacara widi widana segalanya harus diputuskan/diantar (sebagai purohita) oleh Brahmana Pendeta. Disebutkan bahwa banten suci adalah hal yang paling penting dalam melaksanakan upacara yadnya yang selalu didasari pikiran yang suci pula. Disinggung pula tentang upacara suka duka, yang menguraikan tentang kesaktian dan keutamaan kelima putra Sang Panca Maha Buta (Buta Pilu-Pilu, Buta Rudira, Buta Kakawah, Bura Ari-Ari, Buta Kamajaya) sebagai penjaga jagat raya yang masing-masing berkedudukan di arah timur, selatan, barat, utara, dan tengah. Banten ini sangat baik digunakan oleh orang yang ingin melaksanakan yadnya agar yadnya mereka berjalan lancar, tanpa halangan, dan selamat dengan sarana banten (sesajen) selengkapnya. Diuraikan juga tentang cara-cara untuk menghilangkan segala jenis Buta Kala yang mengganggu, labaan burung gagak, labaan semut, tetani, dan segala kermi disertai dengan bebantenan, pecaruan serta mantranya masing-masing. Bandingkan LOr 10.022 dan Kirtya 1918. Lempir nomor 1 dan lempir terakhir (kosong) masing-masing terdiri dua lempir, semula dikancing dengan besi, tetapi besi telah berkarat dan lepas. Bekas karatnya kini merambat ke lempir lainnya dan merusaknya perlahan-lahan. Informasi penulisan teks maupun penulisan naskah ini tidak ditemukan."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
AH.57-LT 133
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1977
390 ADA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks swamandhala, berisikan ajaran Sanghyang Swamandhala dan atma prasangsa yang menguraikan tentang hari baik atau dewasa ayu termasuk wuku dan sasihnya untuk melakukan upacara ngaben agar para atma atau roh mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan. Mulai h.1-7 berisi bagan yang menyangkut hari dan wuku yang baik untuk upacara ngaben. Dilanjutkan dengan mantra-mantra sehubungan dengan pembangunan rumah, pecaruan, dan pemasplas serta mantra-mantra tentang sarana yang dipakai. Informasi penulisan teks dan penyalinan naskah ini tidak ditemukan secara jelas."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
AH.42-LT 196
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks tatwa jnana, mengungkapkan tentang ajaran Sanghyang tatwa Jnana yang harus diketahui oleh masyarakat agar terhindar dari kesengsaraan hidup atau tahu tentang suka duka kehidupan di dunia. Disebutkan bahwa Sanghyang Tatwa Jnana terdiri dari cetana dan acetana yang berpengaruh terhadap baik buruknya kehidupan manusia. Cetana berarti selalu ingat dengan tutur (ajaran) sejati, sedangkan acetana berarti tidak ingat sama sekali atau lupa dengan tutur sejati. Cetana dengan acetana disebut juga Siwa Tatwa dan Maya Tatwa. Dilanjutkan dengan ajaran tri guna, panca tan matra, panca maha buta, dan konsep-konsep rwa bineda (dua hal yang berlawanan) yakni sifat baik dan buruk. Berakhir dengan sifat-sifat dari tri guna (satwam, rajah, tamah) serta peranan tapa, brata, yoga dan semadi terhadap tri guna. Pada awal naskah terdapat dua lempir kosong. Semua sisi lempir diberi cat merah sehingga naskah tampak bagus dan rapi, sedangkan penakep kayunya tetap seperti warna kayu aslinya. Iformasi penulisan teks asli tidak ditemukan secara jelas. Adapun tentang penyalinan, menurut kolofon (h.44a) naskah disalin (atau diprakarsai ?) oleh Ida Agung Gde Rai pada hari Kamis Wage Sungsang di desa Tingas Mabal, kecamatan Abian Semal, kabupaten Badung Bali tahun 1894 Saka (1972). Untuk naskah lain yang disalin oleh orang yang sama, lihat FSUI/AH.30."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
AH.44-LT 260
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991
306 POL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1988
391 PAK
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks widi papincatan, berawal dengan uraian upacara Dewa Rena (penebusan hutang akibat kesalahan manusia terhadap para dewa) yang harus disertai dengan surat pegat; tata cara pembuatan lingga arca yang harus dikerjakan oleh golongan brahmana; tata cara bebantenan sekaligus tukang bantennya; banten panglukatan; dan pedagingan (sarana) yang dipakai dalam membangun padmasana dan sanggah kamulan yaitu paripih tembaga, emas, slaka, jarum, besi, mirah serta wangi-wangian. Dilanjutkan dengan uraian tentang ajaran widi sastra oleh Mpu Kuturan kepada para bujangga di Bali, serta larangan-larangan bagi catur wangsa baik terhadap sesamanya maupu kasta yang lebih tingggi. Berakhir dengan sebutan beberapa sesayut dengan segala sarananya dalam rangka pelaksanaan upacara piodalan betara di kahyangan (piodalan batra turun kabeh). Bandingkan naskah LOr 10.264 dan Kirtya 2348. Mulai lempir nomor 1-4 sebagian telah rusak dan lepas-lepas sehingga banyak hurufnya yang tak terbaca, dan uraian awal pun tampak terpotong-potong. Naskah ini tampaknya belum tamat karena ditemukan tulisan sasa (h.55b) yang menandakan teks belum selesai."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
AH.55-LT 170
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini memuat tiga teks sebagai berikut: 1. Usana Bali (1-32); diawali dengan uraian stana dari dewa nawa sanga sesuai dengan arah mata angin (pangider-ider bhuwana). Disebutkan juga tentang syarat seorang pemangku (purohita dalam upacara adat). Dilanjutkan sebutan empat buah gunung di pulau Bali,berkedudukan di empat penjuru mata angin yaitu; di Timur bernama Gunung Lempuyang (stana Betara Gni Jaya), di Barat bernama Gunung Baratan (stana Betara Batu Karu), di utara bernama Gunung Mangu (stana Hyang Danawa), dan selatan bernama Gunung Andakasa (stana Hyang Tugu); an keterangan sang kulputih lanang istri. Lalu diakhiri dengan urutan pemerintahan raja-raja Bali, seperti Raja Jaya Pangus (raja I), Sang Ratu Detya di Belingkang, digantikan oleh putrany Sang Ratu Mayadanawa, dilanjutkan oleh Ratu Ken Angrok, Dalem Samplangan, Ratu Batu Enggong, dan Ratu Sagening (raja terakhir). Terselip juga keterangan saat terbunuhnya Mayadanawa. 2. Usana Jawa (32-57), berisi uraian tentang istana Prabu Wiwatika (di Alas Trik), istana Arya Damar (di Tlembang), serta istana Patih Gajah Mada (di Wilwatikwa). Disebutkan jumlah keluarga Arya Damar (22.000 orang) seperti Arya Sentong, Arya Bheleteng, Arya Waringin, Arya Belog, Arya Kapakisan; dan Arya Binculuk. sedangkan rakyatnya berjumlah 80.000 orang. Dilanjutkan dengan nama-nama negara tetangga Wilwatikta yang berada di arah utara, timur dan selatan. Diuraikan juga saat Arya Damar dan Gajah Mada menyerang Bali dari arah selatan dan utara. perang berlangsung sangat sengit. Banyak memakan korban baik dari rakyat Arya Damar dan Gajah Mada maupun dari rakyat Bali. Satu-satunya Patih Dalem Bedaulu yang bernama Pasung Grigis (sangat sakti) akhirnya dapat dibunuh oleh Arya Damar, sehingga Bali dapat ditundukkan. Dilanjutkan dengan pembangunan Kahyangan (sekaligus upacaranya) di Pura Besakih dikoordinir oleh Aryo Kenceng; pemerintahan Raja Anom di Gelgel; serta saat Arya Kenceng diutus oleh Raja Wilwatikta untuk menyerang Bali. 3. Tutur kramaning aji asta kosali (1-3), berisikan uaraian tentang urip-urip kayu yang harus dipahami oleh para tukang bangunan; uraian Sang Wiswa Karma sebagai undagi (tukang) para dewa serta sikapnya saat beryoga; upacara prayascita bangunan (yang berbentuk nista, madya, utama) untuk keselamatan undagi dengan mantra-mantra penyelamat. nama-nama peralatan tukang seperti: sipat, siku-siku, patitis yang memegang peran penting dalam perundagian juga disebutkan dalam teks ini. Terselip juga beberapa penolak baya (bahaya) untuk keselamatan tukang atau penghuni rumah. Penomoran halaman pada judul yang ketiga memakai tinta hitam. Pada h.55a terdapat tulisan tangan (tinta ungu) menyebutkan 'Brahma Bosdjangga'. Untuk teks-teks lain yang sejudul dengan naskah ini lihat K 1116 dan K 22 dari Gedong Kirtya. Pada h.57a menyebutkan 'druwen Ida I Gusti Putu Jlantik, ring Singaraja, 1903'. Berdasarkan data ini mungkin naskah disalin (atau diprakarsai ?) oleh Ida I Gusti Putu Jlantik pada tahun 1903 di Singaraja, bali. Hal ini ditunjang oleh data yang terdapat pada h.1a dengan huruf Bali dan Latin (t.t.) dan pada h. 32a."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
AH.60-LT 224
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>