Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Situmorang, Geovani Febian
"Tulisan ini berfokus pada tarombo dan martarombo yang bertindak sebagai strategi adaptasi budaya bagi orang Batak Toba di Jakarta untuk mempertahankan nilai budaya dan sistem kekerabatan mereka, meskipun berada jauh dari bona ni pasogit. Tarombo dimaknai sebagai simbol pembawa makna yang berguna sebagai aturan main dalam menemukan posisi diri pada silsilah keturunan Batak Toba. Gagasan nilai tarombo kemudian diejawentahkan oleh para perantau Batak Toba di Jakarta melalui interaksi dalam praktik keseharian yang disebut dengan martarombo. Dalam praktiknya, terdapat pemaknaan yang berbeda-beda terhadap tarombo sehingga negosiasi makna antar beberapa generasi tidak dapat dihindari. Oleh karenanya, makna yang mereka pegang menjadi penting untuk mengetahui strategi adaptasi dari kompleksitas budaya Batak Toba yang mereka pertahankan ketika berada di Jakarta. Tulisan ini memanfaatkan pendekatan etnografi untuk menemukan makna mengenai tarombo dan martarombo secara lebih detail dan mendalam.

This paper focusing on tarombo and martarombo which act as cultural adaptation strategies for the Toba Batak people in Jakarta to maintain their cultural values and kinship system, even though they are far from bona ni pasogit. Tarombo is interpreted as a symbol of the bearer of meaning which is useful as a rule in finding their position in the genealogical system of the Toba Batak kinship. The idea of the value of tarombo is then manifested by Toba Batak migrant through the interaction in daily practices called martarombo. In practice, there are different meanings of tarombo so negotiation of meaning between several generations is inevitable. Therefore, their interpretation of meaning becomes important on purpose to know the cultural adaptation strategies of the complexities of the Toba Batak culture that they maintain as a migrant in Jakarta. This paper utilizes an ethnographic approach to find meaning about tarombo and martarombo in more detail and depth.

Keywords: Cultural Adaptation Strategies, Martarombo, Meaning, Migrant, Practice, Tarombo, and Toba Batak.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitinjak, Robert
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai keterlibatan orang-orang Batak Toba dalam pemberontakan PRRI di Sumatera Utara pada tahun 1958-1961. Keterlibatan orang-orang Batak Toba dalam pemberontakan tersebut merupakan sebuah Manifestasi dari "Mudar Namangkuling". Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori collective action dari Charles Tilly. Teori ini kemudian ditempatkan dalam kerangka metodologi strukturis yaitu suatu metodologi yang berusaha mengungkapkan realitas peristiwa berdasarkan sumber sejarah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan orang-orang Batak Toba dalam pemberontakan PRRI merupakan ledakan akumulasi dari ketidakpuasan Batak Toba terhadap pihak pemerintah pusat yang tidak menghiraukan kehidupan ber-Pancasila dan ber-Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini tampak dari tekanan dari orang-orang non Batak Toba dalam mematahkan dominasi orang-orang Batak Toba secara khusus di Sumatera Timur. Keinginan orang-orang Batak Toba supaya penyelesaian pergolakan daerah-daerah umumnya dan Sumatera Utara khususnya diselesaikan dengan jalan tidak melalui kekerasan tidak mendapat tanggapan dari Pemerintah Pusat di Jakarta. Orang-orang Batak Toba yang mengetahui bahwa pemberontakan PRRI-Permesta bertujuan untuk mengadakan koreksi dan bukan untuk memisahkan diri dari negara kesatuan Republik Indonesia, telah menyebabkan munculnya dukungan terhadap PRRI yang diproklamasikan pada tanggal 15 Pebruari 1958 di Padang.
Akan tetapi selain ketidakpuasan tersebut, keterlibatan orang-orang Batak Toba juga disebabkan adanya solidaritas di antara sesama orang Batak Toba yang disebut "mangkuling mudar" (darah yang berbunyi). Hal itu tampak, misalnya, dari adanya ucapan "kalau teman menarik bambu secara terbalik, maka terbalik pula kita tarik". Artinya, walaupun sudah mengetahui bahwa tindakan yang dilakukan oleh orang-orang lain itu merupakan pemberontakan, namun orang-orang lainnya yang sebelumnya tidak menghendakinya, dengan adanya "mangkuling mudar" menyebabkan ikut serta di dalamnya. Keterlibatan dari Komando Resimen Infantri-3 Tapanuli dan partisipasi masyarakat Batak Toba di Tapanuli Utara dalam pemberontakan telah membuktikan hal itu.
Kembalinya Negara Republik Indonesia ke Undang-Undang Dasar 1945, perjuangan menghadapi Belanda dalam masalah Irian Barat, seruan KSAD Mayjen A.H. Nasution supaya "kembali ke pangkuan ibu pertiwi", kekhawatiran akan semakin kuatnya komunis di Indonesia, dan perpecahan di kalangan pemimpin pemberontak sehubungan dengan pembentukan PRRI, telah mendorong orang-orang Batak Toba untuk menghentikan pemberontakan. Untuk itu, orang-orang Batak Toba yang tidak terlibat dan menghendaki agar pemberontakan selesai, ikut berperan didalam penyelesaian itu. Dengan demikian, keterlibatan orang-orang Batak Toba dalam pembentukan PRRI merupakan sebuah Manifestasi dari "Mudar Namangkuling"."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T7145
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harianja, Simion D.
"Buku yang berjudul Se penggal Ke nangan Hidup Ra ja Amandari Sabu ngan Lum bantobing dan berisi sebanyak 143 halaman itu, mengisahkan tentang perjalanan Raja Amandari Lumbantobing semasa hidupnya bersama seĀ­orang misionaris asal Jerman IL. Nomensen selama kurun waktu 7 tahun di Huta Dame Saitnihuta Tarutung."
Medan, Tarutung: Yayasan Amandari Sabungan Lumbantobing, 2016
305.8 HAR s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library