Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Abstrak :
Pantai , wilayah yang terletak antara daratan dan lautan , sangat dinamis karena dipengaruhi oleh daratan dan laut. Indonesia dengan panjang garis pantai sekitar 80.570 km, memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan, dimana pada wilayah tersebut ada sekitar 60 % (140 juta penduduk) dan 80 % dari kegiatan industri ada di pesisir , karena akses transportasinya lebih mudah ke pusat perdagangan dunia....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
After completion of the shore protection works, the structural and the sand fill components are susceptible to damaga. Therefore, continuing monitoring needs to be prpgrammed comprehensively....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yogie P. Pratiknyo
Abstrak :
Jakarta telah kehilangan Pantai Publik. Pembangunan di Kawasan Pantai Jakarta diprioritaskan pada konteks nasional dan regional, seperti pengembangan Pelabuhan dan Industri. Pantai Ancol sebagai pantai yang tersisa pun tidak bisa diakses dengan cuma-cuma, setiap orang yang akan masuk ke kawasan wisata itu harus membayar tiket masuk untuk orang maupun kendaraan. Dimana pantai seharusnya menjadi milik publik dan tidak bisa diprivatisasi. Karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mencoba kaitkan antara Teori Pantai Publik, Persepsi Masyarakat tentang Pantai Publik, Kebijakan Pantai Publik yang dibuat oleh Pemda DKI Jakarta, dan kemungkinan pengadaan Pantai Publik untuk Rekreasi pada Pantai Privat Taman Impian Jaya Ancol. Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Kualitatif dan Kuantitatif. Dengan pengumpulan data melalui cara : Kuesioner pada masyarakat dan Wawancara Berpedoman kepada Pemerintah Daerah, Ahli Lingkungan, LSM, dan Perusahaan Rekreasi. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata Pantai Publik belum menjadi kebutuhan mendesak bagi masyarakat Jakarta, hanya 38% responden menyatakan bahwa pantai merupakan tujuan wisata yang paling diminati. Hal ini terjadi karena masyarakat sudah terbiasa akan ketiadaan pantai yang siap menjadi pantai publik dan karena pemerintah tidak menyediakan pantai publik. Wawancara Berpedoman kepada para stakeholder (Pemda DKI Jakarta dan pihak swasta) menghasilkan usulan kebijakan Pantai Publik untuk rekreasi bagi masyarakat Jakarta, dan dukungan untuk segera mewujudkan Pantai Publik untuk rekreasi di kawasan Taman Impian Jaya Ancol.
Jakarta has lost its Public Beach. Development has been prioritized at Jakarta beach area on national and regional context, such as harbor / port and industry development. Ancol Beach which is a remaining beach is unable to be entered free of charge, or in other words, the general Public must pay in order to be allowed to enter Ancol Beach. Those who wish to enter this tourism area must buy tickets/must pay for admission fee for both persons and vehicles. As a matter of fact, beach should belong to the general public and must not be privatized. Therefore this research has been aimed at observing and trying the relationship among Public Beach Theory, society's perception pertaining Public Beach, Public Beach policy which is determined by regional government of DKI Jakarta and the possibility of the provision of Public Beach for recreation at private beach, Taman Impian Jaya Ancol. The research method which is used is qualitative and quantitative method, by data collection through : Questionnaire to society, Guiding Interview to regional government, Expert in Environment, Society Resource Institute and Recreation Company. Based upon the research results, as a matter of fact, Public Beach has not become an urgent necessity of Jakarta's society yet. Only 38% of the society respondents who say that the beach is the tourism which is the most interested. This is because the society has got accustomed to the inexistence of beach which is ready to be Public Beach and the government does not provide Public Beach. The Guiding interview to stakeholders (regional government of DKI and the privates) has brought about this suggestion regarding Public Beach policy pertaining recreation for Jakarta society and support of realizing Public Beach immediately for recreation at Taman Impian Jaya Ancol.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14876
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Kartini Aulia
Abstrak :
Dasar Pemikiran - Pantai merupakan kenampakan yang memiliki sifat dinamis karena memperlihatkan perubahan bentuk yang relatif cepat, baik itu secara meneqak maupun mendatar. Kecepatan perubahan pantai secara mendatar dinyatakan oleh perubahan bentuk garis pantai dan secara menegak oleh bentuk morfologi pantai. Segara Anakan yang terletak dibagian Selatan P. Jawa merupakan pantai yang berbentuk landai dan merupakari rataan lumpur yang luas, berbeda dengan pantai di Selatan P. Jawa lainnya yang berbentuk curam. PantEd ini dipengaruhi oleh pasang yahg kuat tetapi tidak sekuat bagian pantal lainnya, karena terlindung oleh P. Nusakambangan. Di dalam perkembangannya bentuk pantai dipengaruhi oleh sejumlah faktor lingkungan (Bird 1984) yaitu faktor alami dan -faktor manusiai (Ongkosongo, 1980). Tujuan Penelitian ingin mengetahui bentuk pantai Segara Anakan serta untuk melihat kaitan antara -faktor lingkungan dengan perkembangan bentuk pantai Segara Anakan. Masalah: Bagaimanakah perkembangan bentuk pantai Segara Anakan secara menegak dan mendatar ? Bagaimana kaitan antara faktor lingkungan dalam perkembangan bentuk Segara- Anakan ? Batasan: Faktor alami meliputi faktor sedimentasi, biologi pantai berupa hutan mangrove, daerah aliran sungai , arus pasang-surut dan kiatan vulkanisme dalam bentuk letusan gunung Gal unggung. Faktor manusiawi berupĂ  penggundulan hutan di hulu Ci Tandui.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yamin Panca Setia
Abstrak :
Perencanaan kota tepian pantai (waterfront city) yang disusun Pemerintah Kota Bandar Lampung memunculkan resistensi masyarakat. Penelitian ini menyimpulkan jika masalah utamanya adalah model perencanaan yang lebih berorientasi pada aspek infrastruktur semata. Proses penyusunan dan pelaksanaan perencanaannya pun tidak melibatkan partisipasi masyarakat. Model perencanaan kota tepian pantai idealnya tidak hanya sebuah gaya kota untuk menjawab kompetisi yang berorientasi pada aspek infrastruktur atau visual saja. Namun, perencanaan kota pantai harus mendorong transformasi perencanaan teknik yang dikombinasikan dengan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Rencana yang disusun harus komprehensif, terpadu, multidisiplin, partisipatif dan memastikan terwujudnya pembangunan berkelanjutan. ......The planning of waterfront city was designed by the Bandar Lampung goverment raises public?s resistance. This research concluded if the main problem is the model planning only infrastructure aspect oriented. The waterfront city planning drafting and implementation also did not invite public participation. The waterfront city planning is not only a style of city to answer the competition. But, it is more than that, the coastal city development plans should also support the transformation of planning techniques that is combined with social, economic, and environment. The waterfront city?s planning must be comprehensive, integrated, multidisciplince, public participation and ensure sustainable development.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T29549
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Roziq Budiarto
Abstrak :
ABSTRAK
LATAR BELAKANG Sejak zaman dahulu, pelabuhan adalah sarana yang pant ing. Tanpa adanya pelabuhan,maka daerah tersebut akan terisolir. Pelabuhan tidak saja erat hubungannya dengan bidang perkapalan, komoditi atau oasa-jasa lainnya pada umumnya, akan tetapi juga berhubungan erat dengan keadaan lalu lintas di dalair. dan ke luar dimana pelabuhan tersebut berada. Sebagai negara yang memiliki pantai laut berkat letak geografinya, maka lalu lintas laut daerah sangat penting, karena dengan cara ini dapat melakukan perdagangan dengan dearah lain. MASALAH Bagaimana perkembangan pelabuhan di pantai utara Jawa dari tahun 1930 sampai dengan 1989 ? METODE PENELITIAN 1. Mengumpulkan data-data yang diperlukan meliputi data Jumlah pelabuhan di pantai utara Jawa, kunjungan kapal, kunjungan perahu dan kapasitas muatan eksporimpor. 2. Membagi waktu penelitian menjadi tiga meliputi ; a. Tahun 1930 - 1949. b. Tahun 1950 - 1969. c. Tahun 1970 - 1989. 3. Menghitung prosentase jumlah kunjungan kapal, kunju ngan perahu dan kapasitas muatan ekspor-impor. 4. Kemudian disajikan dalam tabel, peta dan grafik. HASIL PENELITIAN 1. Berdasarkan Sejarah. Jumlah pelabuhan yang ada di pantai utara Jawa dari tahun 1930 sampai tahun 1989 mengalami peningkatan jumlahnya dari 18 pelabuhan raenjadi 53 pelabuhan. Berdasarkan PP Noll tahun 1983 Junkto PP No 56 - 57 1991, status pelabuhan dibagi menjadi dua meliputi ; pelabuhan yang diusahakan dan pelabuhan yang tidak di usahakan. 2. Berdasarkan Jumlah Kunjungan Kapal dan Perahu. Jumlah kunjungan kapal dan perahu mengalami pening katan di pelabuhan Banyuwangi, Cirebon, Pasuruan, Probolinggo, Tegal. Jumlah kunjungan kapal meningkat dan jumlah kunjungan perahu tetap di peia'ouhan Tanjung Priok, Tanjung Emas dan Tanjung Priok. Jumlah kunjungan kapal menurun dan jumlah kunjungan perahu meningkat dipelabuhan Sunda Kelapa, Banten, Kalianget. Berdasarkan Kapasitas Muatan Ekspor-Impor. Jumlah kapasitas muatan ekspor-impor meningkat di pelabuhan Banten, Banyuwangi, Cirebon, Gresik, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Tanjung Emas, Tegal dan Sunda Kelapa. Jumlah kapasitas muatan ekspor-impor menurun di pelabuhan Kalianget, Pasuruan dan Probolinggo.
1997
S33655
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivi Nurul Shovia
Abstrak :
ABSTRAK
Pantai merupakan daerah peralihan antara daratan dan lautan. Garis pantai dianggap satu bentuk yang mengalami proses paling dinamis, dan abrasi serta akresi adalah proses yang berlangsung terus menerus terhadap garis pantai. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana dinamika abrasi dan akresi yang terjadi di pantai Teluk Banten dan hubungannya dengan faktor-faktor fisik daratan dan lautannya. Pengukuran abrasi dan akresi sangat penting sebagai pengetahuan terkini yang dapat mendukung tahapan awal dalam mitigasi bencana pesisir. Abrasi dan akresi didapatkan dengan overlay garis pantai tahun 1998 dengan 2014 hasil ekstrak dari peta RBI,citra Landsat OLI 8 dan citra resolusi tinggi Quickbird. Luas, laju, jarak perubahan, dan panjang garis pantai yang mengalami keduanya dianalisis berdasarkan segmen (segmen 1, 2, 3, dan 4). Variabel yang digunakan antara lain variabel fisik daratan yaitu topografi, geologi, penggunaan lahan, dan garis pantai, sedangkan variabel fisik lautan diantaranya gelombang, arus, pasang surut dan batimetri. Faktor daratan menjadi fokus analisis dalam penelitian ini tetapi tidak pula mengenyampingkan faktor-faktor dari lautan. Hasil penelitian menunjukan abrasi pantai Teluk Banten terjadi di desa Pamengkang sampai Terate dan desa Domas sampai Linduk dengan luas abrasi 259.36 Ha, laju 4.5 ? 41.8 m/thn, dan jarak abrasi 23 ? 628 m. Sedangkan akresi terjadi di desa Banten yaitu bagian Tengah Teluk dengan luas 26.24 Ha, laju 0.3 ? 11.4 m/th, dan jarak akresi 5-172 m. Dari hasil analisis didapatkan bahwa keseimbangan karakteristik fisik pantai (darat maupun laut) memberi pengaruh yang besar terhadap berlangsungnya proses abrasi dan akresi di pantai Teluk Banten.
ABSTRACT
The beach is a transition area between land and sea. The coastline is considered one form of that experienced the most dynamic processes, abrasion and accretion is a process that continuesly to the coastline. This study wanted to find out how erosion and accretion that occurred in the Gulf coast of Banten and its relationship to physical factors land and oceans. In this study, abrasion and accretion seen through changes in the coastline in 1998 with 2014 extracted from Rupa Bumi Indonesia map, Landsat OLI 8 and high resolution Quickbird imagery. Abrasion and accretion is calculated based on the area, rate, distance changes, and long coastline experienced both and segmented analysis (segment 1, 2, 3 and 4). Variables used among other physical variables that land topography, geology, land use and coastline, while the physical variables such ocean waves, currents, and tides. Factors of land became the focus of analysis in this study, but does not also rule out the factors of the ocean. Physical factors mainland have a considerable influence on the amount of abrasion and accretion process. The results showed the gulf coast of Banten has been experiencing abrasion and accretion, where abrasion occurs in Pamengkang until Terate and Domas until Linduk but dominated in Domas until Linduk with 259.36 ha, the rate of 4.5 - 41.8 m / yr, and abrasion distance 23-628 m, While the accretion occurs in Banten, namely Central part of the Gulf with an area of 26.24 ha, the rate of 0.3 - 11.4 m / year, and the distance accretion 5-172 m. In the first segment is any part of the Western Gulf coastal reclamation. From result analysis, it was found that the balance of characteristic of coast have the great effect to process abrasion and accretion going on nicely in the coastal of Banten Gulf.
Universitas Indonesia, 2015
S61772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Connell, Evan S.
New York: The Viking Press, 1963
811.54 CON n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>