Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Naurah Naziihah
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian di Kawasan mangrove Muara Angke untuk menyeleksi spesies burung yang dapat dijadikan spesies indikator dengan menggunakan metode Indicator Value pada bulan September sampai dengan Desember tahun 2018. Kawasan mangrove Muara Angke merupakan salah satu kawasan hutan mangrove di Indonesia yang awalnya memiliki luas 1200 ha pada tahun 1960, namun kebijakan pemerintah yang mengalihfungsikan hutan mangrove menjadi pemukiman warga dan tambak menyebabkan luas kawasan tersebut berkurang menjadi 326 ha. Kawasan mangrove tersebut memiliki peranan penting bagi burung, yaitu sebagai feeding ground, nesting ground dan nursery ground berbagai jenis burung. Penelitian dilakukan di Hutan Lindung, Arboretum Mangrove dan Taman Wisata Alam Muara Angke serta bertujuan untuk mengkaji burung sebagai bioindikator dan mengetahui korelasi antara nilai Indicator Value dengan struktur habitat ketiga lokasi tersebut. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 35 spesies burung di ketiga lokasi tersebut. Indicator Value digunakan untuk untuk mengetahui bagaimana kelimpahan berbagai macam spesies dapat dijadikan indikator untuk mengetahui kualitas suatu lingkungan. Lima spesies dengan nilai Indicator Value tertinggi ialah bondol jawa (Lonchura leucogastroides), madu sriganti (Cinnyris jugularis), remetuk laut (Gerygone sulphurea), cangak abu (Ardea cinerea), dan cangak merah (Ardea purpurea). Analisis korelasi Rank Spearman dilakukan antara nilai kelimpahan jenis gereja erasia (Passer montanus), bondol jawa (Lonchura leucogastroides) dan remetuk laut (Gerygone sulphurea) dengan data struktur habitat, yaitu tutupan kanopi, spesies pohon yang mendominasi, desibel suara dan tutupan sampah. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa gereja erasia memiliki korelasi negatif dan signifikan terhadap tutupan sampah.

ABSTRACT
Research has been carried out on September to December 2018 in Muara Angke mangrove area to selected birds as indicator species. Muara Angke mangrove area is one of the mangrove forest areas in Indonesia which initially had an area of 1200 ha in 1960, but the government policy that transferred the function of mangrove forests to residential settlements and ponds caused the area to decrease to 326 ha. The mangrove area has an important role for birds, as feeding grounds, nesting grounds and nursery grounds for variety of birds. The study was conducted in Hutan Lindung, Arboretum Mangrove dan Taman Wisata Alam Muara Angke and aimed to study birds as bioindicators and understand the correlation between the value of the Indicator Value and the habitat structure of the three locations. This study recorded a total of 35 bird species from all three locations. The indicator value was used to find out how the abundance of various species can be used as an indicator to determine the quality of an environment. Five species with the highest indicator value are Javan munia (Lonchura leucogastroides), Olive-backed sunbird (Cinnyris jugularis), Golden-bellied gerigone (Gerygone sulphurea), Grey heron (Ardea cinerea), and Purple heron (Ardea purpurea). Analysis of Spearman Rank correlation was carried out between tree sparrow (Passer montanus), javan munia (Lonchura leucogastroides) and golden-bellied gerigone (Gerygone sulphurea) species abundance with habitat structure data, such as canopy cover, tree species that dominated the sites, sound decibels and garbage cover. The results indicated that tree sparrow have negative but significant correlation with canopy cover"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Wulandari
"ABSTRACT
Jalak putih Acridotheres melanopterus merupakan burung endemik yang tersebar di daerah Jawa, Bali dan Lombok. Karena maraknya kasus perdagangan burung kicau, saat ini Jalak Putih telah termasuk dalam kategori Critically Endangered menurut IUCN. Pada habitatnya khususnya di daerah savana Bekol, Jalak Putih menempati relung tetentu. Selain Jalak Putih, teramati burung lain yang menempati habitat yang sama. Burung-burung yang menempati suatu habitat yang sama tentunya berbagi relung sebagai salah satu cara untuk menghindari kompetisi antar jenis. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembagian relung antara Jalak putih dan jenis burung lainnya. Penelitian ini dilaksanakan di 6 area yang ditentukan pada daerah di sekitar savana Bekol, Taman Nasional Baluran, Jawa Timur, pada 16 April hingga 23 Mei 2018. Penelitian dilakukan menggunakan metode jelajah bebas dengan mengunjungi tempat dan waktu yang berbeda setiap harinya. Penggunaan habitat Jalak Putih paling besar yaitu di pohon Pilang Acacia leucopholea sebanyak 27 kali perjumpaan dan Rusa Timor Cervus Timorensis sebanyak 10 kali perjumpaan. Teramati ada dua jenis burung yang kemungkinan berbagi relung dengan Jalak Putih yaitu Srigunting Hitam Dicrurus macrocercus dengan tingkat tumpang tindih relung 0,93 dan Kerak Kerbau Acridotheres javanicus dengan tingkat tumpang tindih relung 0,70. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua spesies terbukti memiliki nilai tumpang tindih relung yang cukup besar yang kemungkinan disebabkan oleh kesamaan sumber pakan atau adanya interaksi interspesifik, diantara lain yaitu kompetisi atau simbiosis yang terjadi diantara burung tersebut. Jalak putih berbagi sumber daya dengan cara pengambilan pakan yaitu dengan cara probing dan penggunaan sumber daya di waktu dan tempat yang berbeda.

ABSTRACT
Black Winged Myna Acridotheres melanopterus is one of endemic species which distribute at Java, Bali and Lombok. Black Winged Myna is one of endangered species and categorized to Critically Endangered according to IUCN because of song bird trade crisis. Black Winged Myna lived at their habitat especially at Bekol savannah at their certain niche. Birds that lived at same habitats, usually part their niche to avoid competition among species. Therefore this study supposed to knows about niche partitioning and niche overlap between Black Winged Myna and another bird species. This study was conducted at six area which is determined before at Bekol savannah, Baluran National Park, East Java. Study held from April 16th to May 23rd 2018. Method that use for observation and study is encounter survey, we visited different area and different time for each day. Black Winged Myna rsquo s habitat use mostly found at Pilang tree Acacia leucopholea with 27 encounter and Deer Cervus Timorensis with 10 encounter. We found two bird species which is mostly found at same habitat or interact each other, probably part their niche at their habitats with Black Winged Myna. The bird species is Black Drongo Dicrurus macrocercus with 0,93 niche overlap. and Javan Myna Acridotheres javanicus with 0,70 niche overlap. The result represent that those two species have high niche overlap value. That can be happens probably because of same food resource or any interspecific interaction, which is competition or symbiosis among those bird. Black Winged Myna share their resource with difference their way to take the food, which is probing and difference their foraging time and place. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mackinnon, John Ramsay
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press , 1993
598.059 82 MAC p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mackinnon, John Ramsay
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1993
R 598.095982 MAC p
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library