Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Thio Lutfi Habibi
"Kegagalan revokasi sertifikat pada insiden kebocoran sertifikat pada Otoritas Sertifikat (CA), disebabkan oleh kurang efektifnya metode dan performa sistem revokasi yang diimplementasikan oleh CA. Hal ini mendasari pengembangan Short-Lived Certificate, dimana sertifikat memiliki masa validitas yang lebih singkat untuk meningkatkan aspek Computationally Secure. Inisiasi ini tidak disambut dengan begitu baik, Short-Lived Certificate menyebabkan siklus hidup sertifikat menjadi sangat cepat dan meningkatkan beban komputasi untuk penerbitan dan revokasi sertifikat pada CA. Otoritas Sertifikat Elektronik Berbasiskan Blockchain dalam penelitian ini, bertujuan untuk melakukan segregasi fungsi proses serta mendelegasikan beban penerbitan dan revokasi sertifikat digital kepada pemilik sertifikat. Metode ini diimplementasikan dengan merubah CA menjadi sistem terdistribusi dan memanfaatkan Blockchain sebagai penyimpanan terdistribusi untuk konsistensi data. Dari hasil pengujian beban transaksi pada Blockchain dengan menggunakan Hyperledger Caliper, untuk 250 node transaksi menunjukan throughput sebesar 916,7 transaksi dalam 60 detik serta 100% transaksi sukses sebesar 58.932 dengan rerata latensi transaksi 0,40 detik. Pada kondisi 300 node transaksi menunjukkan adanya 1,44% transaksi gagal dengan total transaksi 59.061 dan peningkatan rerata latensi yaitu 2,12 detik, kegagalan transaksi disebabkan oleh kondisi antrian transaksi yang tidak bisa diselesaikan dalam 60 detik. Berdasarkan pengujian tersebut disimpulkan, implementasi sistem server tunggal Otoritas Sertifikat Elektronik Berbasiskan Blockchain efektif untuk otomasi terhadap 250 sistem dengan total throughput 916,7 transaksi dalam 60 detik. Perubahan fundamental arsitektur dari sistem CA memiliki kesesuaian dengan standar RFC 3647 dan memberikan nilai tambah Computationally Secure melalui Short-Lived Certificate, sehingga dimungkinkan dilakukan pengembangan lebih lanjut untuk membangun sistem ini secara komprehensif.
......Certificate Revocation were failure in certificate leakage incidents at Certificate Authorities (CAs), caused by ineffective methods and performance of revocation system implemented by CAs. This underlies the development of Short-Lived Certificates, where certificates have a shorter validity period to improve aspects of Computationally Secure. This initiation was not very welcome, Short-Lived Certificates caused the certificate lifecycle to be quick and increased the computational load for certificate issuance and revocation on the CA. The Blockchain-Based Electronic Certificate Authority in this study, aims to segregate process functions and delegate the burden of issuing and revoking digital certificates to certificate owners. This method is implemented by converting CA into a distributed system and utilizing Blockchain as distributed storage for data consistency. From the results of transaction load testing on the Blockchain using Hyperledger Caliper, for 250 transaction nodes showed a throughput of 916.7 transactions in 60 seconds and 100% successful transactions of 58,932 with an average transaction latency of 0.40 seconds. In the condition of 300 transaction nodes showed that 1.44% of transactions failed with a total of 59,061 transactions and an increase in average latency of 2.12 seconds, transaction failures were caused by transaction queue conditions that could not be completed in 60 seconds. Based on these tests, the implementation of Single Server System a Blockchain-Based Electronic Certificate Authority is effective for automation of 250 systems with a total throughput of 916.7 transactions in 60 seconds. The fundamental architectural changes of the CA system are compliant with RFC 3647 standards and provide added value Computationally Secure through a Short-Lived Certificate, making it possible to further develop to build this system comprehensively."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuda Chandra Wiguna
"Perkembangan dunia digital telah membuat beberapa aspek kehidupan secara teknis berubah, dari beberapa metode konvensional menjadi modern. Modernisasi pada era digital ini tentu memudahkan pekerjaan yang dahulunya membutuhkan sumberdaya manusia yang terbilang masif menjadi tereduksi karena adanya teknologi. Hadirnya teknologi blockchain dapat menjadi solusi ditengah minimnya keamanan data akan peretesan dan manipulasi data. Ethereum sebagai platform yang berbasis blockchain dan tingginya keamanan data melalui algoritma hasing mencoba menyelesaikan hal-hal yang menjadi perhatian belakangan ini. Kemudian algoritma hashing ini diterapkan ke beberapa pemodelan seperti website bebbasis data yang bertujuan untuk meningkatan integeritas database agar tidak mudah disusupi dan dimanipulasi. Algoritma Ethereum Keccak-256 akan diuji dengan mencoba beberapa jenis parameter agar mendapatkan variabel yang optimal untuk diimplementasikan dalam proyek voting elektronik agar lebih baik dalam kredibilitas dan integritas.
Hasil dari variasi percobaan kedua bahwa difficulty yang ideal ialah 10.000.000 dibandingkan dengan dua variasi lainnya. Namun, difficulty ini belum lah sepenuhnya dikatakan ideal jika menggunakan nilai difficulty lainnya. Dengan menggunakan variasi difficulty, maka blok dapat diverifikasi selama 440,872ms untuk difficulty 100.000, 20,188ms untuk difficulty 1.000.000, dan 0,222ms untuk difficulty. 10.000.000.Pada difficulty 100.000, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan algoritma hash merupakan variasi yang paling lama dengan rata-rata waktu hash per blok 80,291ms untuk 1 satu thread process, 240,457ms untuk 2 dua thread process, dan 440,872ms untuk 4 empat thread process.

The development of the digital world has made some aspects of life technically change, from some conventional methods to being modern. Modernization in this digital era would facilitate the work that formerly require human resources that are somewhat massive to be reduced due to the technology. The presence of blockchain technology can be a solution amid the lack of data securities will hacking and data manipulation. Ethereum as a blockchain based platform and high security securities through a hasing algorithm trying to solve things of concern lately. Then the hashing algorithm is applied to some modeling such as website based data that aims to increase the integrity of the database so as not to be easily infiltrated and manipulated. The Ethereum Algorithm Keckak 256 will be tested by attempting several types of parameters to obtain the optimal variable to be implemented in electronic voting projects to make better credibility and integrity.
The result of experimental variation that the ideal difficulty is 10,000,000 compared to the other two variations. However, this difficulty is not yet fully said to be ideal if using other difficulty values. By using variations of difficulty, the blocks can be verified for 440.872ms for 100,000 difficulty, 20.188ms for 1,000,000 difficulty, and 0.222ms for difficulty. 10.000.000. On difficulty 100,000, the time required to complete the hash algorithm is the longest variation with the average hash time per block 80,291ms for 1 one thread process, 240,457ms for 2 two thread process, and 440,872 ms for 4 four thread process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriel Reyes
"Pengembangan kota pelabuhan diyakini sebagai strategi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Namun, karena pembangunan membutuhkan investasi besar, partisipasi sektor swasta dalam skema pembiayaan pengembangan kota pelabuhan didorong untuk meningkatkan kelayakan proyek dan meningkatkan kinerja anggaran modal. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model PPP alternatif untuk menarik minat investor swasta baik institusi maupun individu dengan memasukkan metode crowdfunding. Penelitian ini mengadopsi metode kualitatif dan kuantitatif dengan melakukan studi pustaka dan benchmarking untuk mengembangkan skema PPP crowdfunded dan melakukan analisis biaya siklus-hidup untuk memeriksa kelayakan finansial dari skema yang diusulkan dengan memperhitungkan biaya awal, operasi & pemeliharaan, dan pendapatan. Temuan menunjukkan bahwa model PPP crowdfunded dapat dikembangkan dalam investasi proyek perumahan landed house di kota pelabuhan, dengan menaikkan nilai IRR dari 15,41% menjadi 15,54%. Seiring dengan skema kelembagaan yang mempertimbangkan pembagian investasi antara perusahaan swasta dan crowdfunders, penelitian ini juga merumuskan alur kerja kerangka crowdfunding yang dibangun dalam platform Blockchain.
......The development of a port city is believed to be a strategy to increase regional economic growth by increasing the welfare of coastal communities. However, because development requires large investments, private sector participation in the financing scheme for port city development is encouraged to improve project viability and improve capital budget performance. This study aims to develop alternative PPP models to attract private investors, both institutional and individual, by incorporating crowdfunding methods. This study adopted qualitative and quantitative methods by conducting literature studies and benchmarking to develop crowdfunded PPP schemes and conduct life-cycle cost analysis to examine the financial feasibility of the proposed scheme taking into account initial costs, operations & maintenance, and revenue. The findings show that the crowdfunded PPP model can be developed in landed housing investment projects in port cities and increasing the IRR from 15,41 % to 15.54%. Along with an institutional scheme that considers the division of investment between private companies and crowdfunders, this research also formulates a workflow framework for crowdfunding built on the Blockchain platform."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septia Zul Putra
"ABSTRAK
Teknologi Blockchain telah menjadi penemuan fenomenal sejak penggunaannya pada Bitcoin, sebuah mata uang kripto yang diciptakan di bawah nama samaran Satoshi Nakamoto. Beberapa negara telah melarang transaksi Bitcoin karena beberapa alasan, namun teknologi Blockchain terus berkembang sebagai inovasi terdepan. Berangkat dari analisis Intelijen Bisnis, penelitian ini menggunakan pendekatan campuran kuantitatif dan kualitatif. Berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya yang berfokus pada teknologi dan pergerakkan harga Bitcoin, penelitian ini mencoba memberikan sebuah penjelasan daris udut pandang Ketahanan Nasional mengenai implikasi Bitcoin dan Blockchain terhadap ketahanan ekonomi Indonesia. Data kuantitatif dengan analisis Vector Autoregressive (VAR) menemukan bahwa Bitcoin berpengaruh signifikan negatif terhadap Balance of Payment Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Data kualitatif menambahkan bahwa fungsi utama Bitcoin di Indonesia adalah sebagai instrumen investasi dan bukan sebagai alat pembayaran. Analisis Intelijen Bisnis dengan efek LOFT menyimpulkan bahwa Bitcoin memiliki potensi untuk melemahkan ketahanan ekonomi Indonesia sedangkan Blockchain dapat menjadi pondasi utama revolusi industri di Indonesia.

ABSTRACT
Blockchain technology has been a phenomenal discovery since its performance on Bitcoin, a crypto currency founded under the pseudonym of Satoshi Nakamoto. Several countries have banning Bitcoin transactions due to some reasons, yet Blockchain technology continue to evolve as a cutting-edge innovation. Drawing on Business Intelligence, this research uses quantitative and qualitative approach. Unlike previous studies in which too technology and price moves oriented of Bitcoin, this study attempts to provide an overview of the implications of Bitcoin and Blockchain on Indonesias economic resilience. Quantitative data with Vector Autoregressive (VAR) model found that Bitcoin significantly affects Indonesias Balance of Payment in both short and long term. Qualitative data reveals that the prominent function of Bitcoin in Indonesia shifted from its original purpose as means of payment to investment instrument. Business Intelligence Analysis with LOFT effect concludes that Bitcoin has the potential weaken Indonesias economic resilience while Blockchain can be the foundation of Indonesias major industrial revolution.

"
2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Azhiman
"Permasalahan utama pada pengembangan teknologi renewable energy di
Indonesia terletak pada nilai investasi awal yang cenderung tinggi dibandingkan
teknologi fosil. Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu business model
canvas penerapan teknologi renewable energy dengan skema blockchain equity
crowdfunding yang diharapkan mampu diterapkan di Indonesia. Penelitian ini
bersifat kualitatif dengan menggunakan data primer berupa wawancara langsung
dengan responden, melakukan pengamatan langsung pada aktifitas bisnis yang
terjadi, dan mencari data sekunder dari berbagai sumber untuk memperkuat data
dari responden. Jumlah responden yang peneliti gunakan sebanyak 10 orang yang
dikumpulkan dari berbagai pihak ahli di setiap bidang pada ekosistem bisnis
blockchain dan renewable energy. Analisis yang digunakan adalah memasukkan
data dari berbagai sumber tersebut kedalam 9 blok Business Model Canvas (BMC)
yang selanjutnya pada setiap blok dilakukan analisis Strenght, Weakness,
Opportnity, dan Threat. Dari hasil penelitian tersebut harapannya menjadi masukan
yang dapat digunakan untuk pengembangan strategi bisnis bagi perusahaan yang
ingin menerapkan skema blockchain equity crowdfunding pada bisnis renewable
energy, serta menjadi bahan pertimbangan investor maupun user agar berani
mengambil keputusan dalam berinvestasi pada ekosistem bisnis renewable energy
......The main problem in the development of renewable energy technology in
Indonesia lies in the initial investment value that tends to be high compared to fossiltechnology. This study aims to create a business model canvas for the application of renewable energy technology with the blockchain equity crowdfunding scheme that is expecting could be implemented in Indonesia. This research is qualitative in nature by using primary data in the form of direct interviews with respondents, making direct observations on business activities that occur, and looking for secondary data from various sources to strengthen data from respondents. The number of respondents that the researchers used was ten people collected from several experts in each field in the blockchain business ecosystem and renewableenergy. The analysis used is to enter data from various sources into nine blocks ofBusiness Model Canvas (BMC), which is performing on each block analysis of Strength, Weakness, Opportunity, and Threat. From the results of this research, it is hoping that it will be an input that can be used for developing business strategies for companies that want to implement the blockchain equity crowdfunding scheme in the renewable energy business, as well as being taken into consideration by investors and users to have the courage to make decisions in investing in the renewable energy business ecosystem "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delphi Hanggoro
"Pada umumnya tempat penyimpanan data absen pada sebuah perusahaan maupun instansi berada dalam database lokal maupun cloud. Namun, jenis penyimpanan ini memiliki beberapa masalah seperti privasi dan integritas data, karena privasi dan integritas data akan sepenuhnya diatur oleh beberapa pihak. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem penyimpanan data yang dapat memberikan keamanan privasi dan integritas data untuk menjaga keaslian data sensitif. Dalam penelitian ini, kami ingin mengembangkan untuk menerapkan teknologi blockchain untuk menyimpan data kehadiran karyawan dari departemen SDM di suatu perusahaan. Data kehadiran karyawan diambil dari aplikasi web Angular terintegrasi dengan framework permissioned blockchain yang disebut Hyperledger Composer. Kami memilih Hyperledger Composer karena blockchain ini memiliki waktu validasi yang cepat sehingga dapat menyimpan data dengan cepat. Selain itu, Hyperledger Composer memiliki composer-rest-server (REST API), yang memungkinkan Hyperledger Composer untuk berinteraksi dengan komponen lain. Hasil implementasi kami menunjukkan bahwa Hyperledger Composer secara fungsional dapat digunakan sebagai penyimpanan data dari sistem Kehadiran dan Penggajian. Selain itu, kami mengukur kinerja Hyperledger dalam waktu pembuatan transaksi blok secara langsung didalam Hyperledger Composer, menggunakan Aplikasi web Angular melalui REST API dan menggunakan JMeter melalui REST API. Hasilnya, pengujian pembuatan blok transaksi bervariasi 1-17 ms pada percobaan secara langsung dalam Hyperledger Composer, 5-296 ms melalui REST API menggunakan tools JMeter dan 1-4270 ms melalui Aplikasi Web Angular. Hal ini menunjukkan bahwa performa dari REST API yang dihasilkan oleh composer-rest-server dicatat dalam waktu yang cepat dibandingkan Ethereum. Serta mampu menangani sistem yang membutuhkan data secara cepat seperti sistem voting, monitoring Kesehatan dan Internet of Things (IoT), karena rata-rata waktu melakukan transaksi masih dibawah satu detik. Dengan demikian penggunaan Hyperledger sebagai penyimpanan data kehadiran diharapkan menjadi jawaban untuk masalah privasi dan integritas data.
......In general, data storage for attendance at a company or agency is in a local or cloud database. However, this type of storage has several issues, such as privacy and data integrity, because several parties will fully regulate privacy and data integrity. Therefore, a data storage system is needed that can provide privacy security and data integrity to maintain the authenticity of sensitive data. In this research, we want to develop to implement blockchain technology to store employee attendance data from the HR department in a company. Employee attendance data is taken from the Angular web application integrated with a permissioned blockchain framework called Hyperledger Composer. We chose Hyperledger Composer because this blockchain has a fast validation time so that it can data quickly. Also, Hyperledger Composer has a composer-rest-server (REST Api), which allows Hyperledger Composer to interact with other components. The results of our implementation show that Hyperledger Composer can be functionally used as data storage from the Attendance and Payroll system. In addition, we measure Hyperledger's performance for block transactions directly within the Hyperledger Composer, using the Angular web application through the REST API and using JMeter through the REST API. As a result, testing for making transaction blocks varies from 1-17 ms on an experiment directly in Hyperledger Composer, 5-296ms through the REST API using JMeter tools and 1-4270 ms through the Angular Web Application. The result shows that the performance of the REST API produced by composer-rest-server is recorded in a faster time compared to Ethereum. And able to handle systems that require data quickly such as voting systems, monitoring Health and the Internet of Things (IoT), because the average time to conduct transactions is still under one second. Thus, the use of Hyperledger as a presence data storage is expected to be the answer to privacy and data integrity issues."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hazbiy Shaffan
"ABSTRAK
Blockchain merupakan ledger terdistribusi, dan data dalam blockchain tidak dapat diubah dan bersifat transparan yang menyebabkan siapa pun tidak dapat meragukan kebenarannya. Seiring perkembangannya, blockchain mulai banyak diterapkan dalam berbagai bidang aplikasi seperti Supply Chain Management. Hal ini dikarenakan teknologi blockchain dapat menjamin kebenaran dan integritas data tanpa memerlukan pihak ketiga, terutama pada catatan transaksi (transaction log) sehingga penggunaan teknologi blockchain dapat menyelesaikan permasalahan kurangnya trust pada Supply Chain Management. Terlebih lagi, blockchain seperti Hyperledger Fabric sangat cocok untuk diterapkan dalam Supply Chain Management dikarenakan sifatnya yang private dan permissioned. Hyperledger Fabric juga dapat menjaga sistem tetap bekerja meskipun terdapat kegagalan pada sistem. Pada penelitian ini akan dilakukan evaluasi mengenai penerapan teknologi blockchain pada warehouse Supply Chain Management berbasis Hyperledger Fabric. Selain itu akan dilakukan evaluasi mengenai consensus yang digunakan, bagaimana throughput dari sistem warehouse Supply Chain Management yang telah diusulkan serta apa saja yang mempengaruhi throughput terebut. Berdasarkan hasil penelitian, consensus pada sistem ini merupakan crash fault tolerance (CFT) dikarenakan transaction dapat dilakukan apabila kuorum terpenuhi dan ordering service memiliki leader. Penggunaan Raft sebagai ordering service memiliki throughput yang lebih cepat dibandingkan dengan Kafka ordering service dengan nilai throughput sebesar 24.3 TPS pada Raft dan 22.7 TPS pada Kafka. Throughput dari transaction single node dan multi node memiliki nilai yang sama pada send-rate 100 dan 128 TPS. Jumlah core CPU mempengaruhi throughput Fabric, sedangkan kapasitas memori berpengaruh pada banyaknya peer yang dapat berjalan pada node tersebut.

ABSTRACT
Blockchain is a distributed ledger; data in a blockchain cannot be changed and is transparent, which makes anyone unable to doubt its truth. Through its development, blockchain began to be widely applied in various fields of application, such as Supply Chain Management. This is because blockchain technology can guarantee the correctness and integrity of data without the need for third parties, especially on transaction logs so that the use of blockchain can solve the problem of lack of trust in Supply Chain Management. In addition, a blockchain like Hyperledger Fabric is very suitable for Supply Chain Management because blockchain is private and permitted. Hyperledger Fabric can also keep the system working despite system failures. In this study, an evaluation will be conducted on the application of blockchain technology in the warehouse Supply Chain Management based on Hyperledger Fabric. Besides, an evaluation will be conducted on the consensus used and how the inputs from the proposed warehouse Supply Chain Management system and what influences the throughput. Based on the results of the study, the consensus on this system is crash fault tolerance (CFT) because the transaction can be done if the quorum is fulfilled and ordering services has a leader. The use of Raft as an ordering service has better performance than the Kafka ordering service with a throughput of 24.3 TPS on the Raft and 22.7 TPS on the Kafka. The throughput of the single-node and multi-node transactions have the same value at send-rates of 100 and 128 TPS. The number of CPU cores affects Fabric throughput, whereas memory depends on the number of peers running on that node."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bellia Dwi Cahya Putri
"ABSTRAK
Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus merupakan program strategis untuk memberikan akses bagi warga DKI Jakarta dari kalangan masyarakat tidak mampu untuk mengenyam pendidikan minimal sampai dengan tamat SMA/SMK dengan dibiayai penuh dari dana APBD Provinsi DKI Jakarta. Dalam melaksanakan suatu kebijakan, akan ada berbagai macam persoalan. Salah satunya pada penyaluran dana bagi pemegang kartu Jakarta pintar (KJP) dikeluhkan sejumlah orangtua karena jumlahnya berkurang dan jadwal pencairannya tak menentu. Sedangkan, pihak penyelenggara menyatakan tidak menerima laporan apapun terkait penyebaran dana yang belum merata. Dalam hal ini, dapat dilihat sistem yang ada, masih menggunakan pendekatan sentralistik dan tidak transparan. Teknologi blockchain memungkinkan peserta, dan pengelola pelaksana program bantuan biaya personal pendidikan memantau alur sistem pelayanan KJP Plus. Data yang transparan tersedia bagi pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi dan memanfaatkan data yang direkam dalam sistem secara waktu nyata dan tersinkronisasi dengan baik. Meskipun transparan, data yang direkam tidak dapat dimanipulasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Platform Hyperledger Fabric dan tool Hyperledger Composer. Dalam pengujian waktu transaksi, 5000 transaksi yang dilakukan membutuhkan waktu 21 detik. Hal ini membuktikan blockchain mampu meringkas watu yang dibutuhkan agar lebih efisien. Kecepatan transaksi juga sangat bergantung dengan spesifikasi perangkat yang digunakan. Semakin handal proses komputasi, perangkat yang digunakan maka akan semakin cepat transaksi tersebut dapat dieksekusi.

ABSTRACT
The Jakarta Smart Card (KJP) Plus is a strategic program to provide access for DKI Jakarta residents from the community who cannot afford to receive a minimum of education until graduating high school/vocational school with full funding from the DKI Jakarta Province APBD funds. In implementing a policy, there will be various kinds of problems. One of them is the distribution of funds for smart Jakarta card holders (KJP) complained by a number of parents because the number is reduced and the schedule for disbursement is uncertain. Meanwhile, the organizer said that it did not receive any reports related to the distribution of funds that have not been evenly distributed. In this case, it can be seen that the existing system still uses a centralized and non-transparent approach. Blockchain technology allows participants, and managers of the program to assist in personal education costs, monitor the flow of the KJP Plus service system. Transparent data is available for these parties to evaluate and utilize data recorded in the system in real time and properly synchronized. Although transparent, the recorded data cannot be manipulated by irresponsible parties. In this study, the authors used the Hyperledger Fabric Platform and the Hyperledger Composer tool. In testing the transaction time, 5000 transactions take 21 seconds. This proves that the blockchain is able to summarize the time needed to be more efficient. Transaction speed is also very dependent on the specifications of the device used. The more reliable the computational process, the more tools used will be able to execute these transactions."
2020
T55090
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikroh Amali Fahmi Addiani
"ABSTRAK
Dengan posisi strategis Sekretariat Dewan Pertimbangan Presiden dalam pemberian dukungan teknis dan administrasi kepada Dewan Pertimbangan Presiden dalam menjalankan tugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, perlindungan terhadap aset data dan informasi Dewan Pertimbangan Presiden yang bersifat rahasia dan terbatas, dari berbagai bentuk ancaman dan risiko keamanan, kerahasiaan, keutuhan, dan ketersediaan data dan informasi sangat penting. Penyimpanan data dengan sistem komputasi awan (cloud storage) memiliki beberapa risiko diantaranya risiko dari sisi keamanan data, integritas data, dan ketersediaan data. Teknologi Blockchain menawarkan sistem penyimpanan data yang terdesentralisasi, cepat, aman, transparan, dan terekam. Penelitian ini dilakukan guna merancang model teknologi blockchain sebagai solusi permasalahan pada sistem penyimpanan data sehingga dapat meningkatkan kinerja organisasi Sekretariat Dewan Pertimbangan Presiden.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi kasus, survei responden dan studi literatur. Analisis statistik dan analisis risiko digunakan untuk mengetahui tingkat risiko pada sistem penyimpanan data di Sekretariat Dewan Pertimbangan Presiden yang berpengaruh pada kinerja organisasi, untuk kemudian dirumuskan respons preventif dan korektif atas risiko yang paling dominan. Dari
penelitian diketahui bahwa risiko yang paling dominan adalah pencurian data, kerusakan data akibat virus atau penyerangan sistem, data tidak dapat disimpan karena keterbatasan ruang simpan, kehilangan data akibat kerusakan sistem dan sistem tidak menyediakan backup data, setiap pengguna dapat masuk ke sistem tanpa hak akses (username dan password), dan tidak ada jaminan dari sistem jika ada
ancaman keamanan. Berdasarkan hasil rumusan respons risiko tersebut, sebagai hasil akhir penelitian ini, dibuat suatu rancangan model sistem penyimpanan data berbasis risiko dengan platform teknologi blockchain yang sesuai untuk Sekretariat Dewan Pertimbangan Presiden sehingga dapat meningkatkan kinerja organisasi Sekretariat Dewan Pertimbangan Presiden.

ABSTRACT
With the strategic position of the Secretariat of the Presidential Advisory
Council in providing technical and administrative support to the Presidential Advisory Council in providing advise and consideration to the President, protection of confidential and limited data and information assets of the Presidential Advisory Council from various security threats and risks, confidentiality, integrity, and the availability of data and information is very important. Data storage with a cloud
computing system (cloud storage) has several risks including risks of data security, data integrity, and data availability. Blockchain technology offers a decentralized, fast, secure, transparent and recorded data storage system. This research was conducted to
determine the appropriate blockchain technology model for the Presidential Advisory Council Secretariat as a solution to the problems in the data storage system, to enhance the performance of the Presidential Advisory Council Secretariat organization.
The method used in this research is case studies, survey respondents and literature studies. Statistical analysis and risk analysis are used to determine the level of risk in the data storage system at the Secretariat of the Presidential Advisory Council that affects the performance of the organization, to then formulate a preventive and corrective response to the most dominant risk. From the research it is known that the most dominant risk is data theft, data damage due to viruses or system attacks, data cannot be stored due to limited storage space, data loss due to system damage and the system does not provide backup data, each user can enter the system without access rights (username and password), and there is no guarantee from the system if there is a security threat. Based on the results of the risk response formulation, as the final result of the study, a risk-based data storage system model
was created with a blockchain technology platform that is appropriate for the Secretariat of the Presidential Advisory Council to improve the Secretariat of the Presidential Advisory Council performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Effrida Ayni Fikri
"Kecanggihan teknologi mengubah pola aktivitas antar masyarakat dan berimbas pada berbagai bidang, termasuk di dalam jual beli tanah serta bangunan. Sebelum terciptanya teknologi sekarang, kegiatan jual beli benda tetap dilakukan dengan cara tradisional: calon pembeli melihat dan memilih properti, para pihak bersepakat untuk bertransaksi dengan harga tertentu, pembuatan akta jual beli di hadapan PPAT, pembubuhan cap dan tanda tangan pada akta, serta minuta yang dijahit pada bagian akhir akta. Pada teknologi blockchain dan fitur smart contract-nya, hal-hal demikian itu tidak lagi diterapkan, sebab ide dari terciptanya teknologi tersebut adalah meniadakan keterlibatan pejabat yang berwenang, sehingga para pihak saling terhubung secara langsung untuk melakukan kegiatan jual beli benda tetap di dalam satu ruang, yaitu ruang siber. Kemudahan bertransaksi yang disuguhkan oleh teknologi blockchain tidak serta-merta menihilkannya dari kekurangan. Ketiadaan regulasi terkait pemanfaatan teknologi blockchain untuk melakukan jual beli properti menghambat implementasi dari teknologi blockchain dan smart contractnya.
......The advancement of technology has impact on the notarization process. Before blockchain technology being introduced, the notarization process had done in traditional manners: seller meets buyer, negotiation process, contract making, the parties should be known by the notary, the parties signed the contract, and so on. The idea of the blockchain technology’s existence i.e. to eliminate the function of the middleman is also changing the conventional ways to create a legal relationship. With blockchain-smart contract, the parties could be connected directly and virtually, to make more than just a contract but a ‘legally’ binding contract at one sitting. All the ease of transaction provided by the blockchain-smart contract does not necessarily eliminte itself from the disadvantage. The regulation-void related to the use of the blockchain technology obstructs the technology itself to be implemented."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>