Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kandou, Theresia L.
"Ruang Lingkup Cara Penelitian : Diet tinggi karbohidrat tinggi serat dianjurkan sebagai suatu pedoman terapi diet diabetes melitus dalam upaya menurunkan kadar glukosa darah. Kandungan serat dalam diet standar yang dianut sekarang, ternyata belum cukup memenuhi kebutuhan serat yang dianjurkan. Untuk memenuhi kebutuhan serat dalam diet standar diabetes melitus', bekatul (rice bran), suatu bahan makanan tinggi serat yang diperoleh dari beras, diteliti pengaruhnya terhadap kadar glukosa darah penderita NIDDM rawat jalan di RSCM Jakarta. Sebanyak 90 gram biskuit bekatul diberikan dalam diet standar 20 orang penderita NIDDM baru dan dibandingkan dengan 20 orang penderita NIDDM baru lainnya sebagai kontrol. Kandungan serat dalam biskuit adalah 22,99 gram/100 gram, sedangkan untuk kontrol diberikan biskuit plasebo yang isokalori dengan kandungan serat 0,30 gram/100 gram.
Pemberian biskuit adalah selama 2 minggu, yang didahului dengan 2 minggu periode stabilisasi dengan maksud agar penderita sudah dapat menjalankan diet dengan benar. Pengaruh diet dinilai dari perubahan kadar glukosa darah selama periode stabilisasi dan pengaruh bekatul dinilai dari perubahan kadar glukosa darah selama periode perlakuan, baik dalam keadaan puasa maupun 2 jam sesudah makan.
Hasil dan Kesimpulan : Pada periode stabilisasi kadar glukosa darah puasa penderita kelompok perlakuan turun 12,6% dan kelompok kontrol turun 7,58%. Perbedaan ini tidak bermakna (p>0,05). Kadar glukosa darah 2 jam SM penderita kelompok perlakuan turun 18,06%, ini berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol yang turun sebanyak 6,14%. Dapat disimpulkan bahwa diet standar mempunyai pengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah; pengaruh ini lebih besar pada penurunan kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan, dan hanya sedikit berperan terhadap kadar glukosa darah puasa. Pada periode perlakuan kadar glukosa darah puasa .mapun 2 jam SM pada kelompok perlakuan turun masing-masing 26,64% dan 21,96%. Dibandingkan dengan kelompok kontrol dimana penurunan kadar glukosa darah puasa adalah 6,08%, dan 2 jam SM sebesar 4,62%, perbedaan ini sangat bermakna (p<0,01). Evaluasi masukan zat-zat gizi pada kedua kelompok selama penelitian adalah sama, dibuktikan dari tidak berbedanya bahwa penurunan kadar glukosa darah lebih bermakna dengan diet standar yang diberi bekatul dibandingkan dengan tanpa bekatul."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyna Fitria
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui aktivitas ekstrak biji kacang merah (Vigna angularis) sebagai inhibitor enzim α-amilase secara in vitro dan in vivo. Biji kacang merah (Vigna angularis) diekstrak dengan PBS (Phosphate Buffer Saline) kemudian difraksinasi dengan amonium sulfat. Metode in vitro dilakukan dengan mengamati persentase inhibisi pada masing-masing fraksi ekstrak. Tahap selanjutnya dilakukan uji in vivo dengan metode tes toleransi glukosa oral (TTGO). Hasil persentase inhibisi tertinggi pada uji in vitro yaitu terdapat pada fraksi endapan amonium sulfat 0--60% yaitu sebesar 72,39%. Persentase inhibisi pada ekstrak kasar sebesar 52,64%. Uji in vivo dilakukan pada ekstrak kasar dengan pertimbangan tidak ada perbedaan persentase inhibisi secara bermakna dibandingkan dengan fraksi endapan ammonium sulfat 0?60%. Tikus dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol normal, kontrol positif, kontrol negatif, kelompok dosis 1 (600 mg/300 g bb), dan dosis 2 (800 mg/300 g bb). Pengukuran kadar glukosa darah postprandial dilakukan pada menit ke-30, 60, dan 120 setelah pemberian ekstrak. Analisis protein ekstrak kacang merah (Vigna angularis) dengan metode SDS-PAGE elektroforesis menunjukkan ukuran protein dari phaseolamin sebesar ±55,9 kDa pada setiap fraksi ekstrak. Hasil penelitian uji in vivo menunjukkan bahwa ekstrak kasar biji kacang merah (Vigna angularis) tidak menunjukkan efek penurunan kadar glukosa darah.

The research was done in order to determine the activity of a mixture extract adzuki bean (Vigna angularis) for α-amylase inhibitor by in vitro and in vivo method. Adzuki bean (Vigna angularis) seeds was extracted with PBS (Phosphate buffer saline) and fractionated with ammonium sulphate, then percentage of inhibition of each fraction was observed. In vivo study was done with oral glucose tolerance test method. The in vitro result showed that highest activity in fractination with ammonium sulphate was founded in saturation level of 0--60%, α-amylase were inhibited 72,39 %. Percentage of inhibition of crude extract is 52,64 %. In vivo method was done with crude extract because there is no significant difference in the percentage of inhibition with ammonium sulphate fraction. Male rats were divided into five group. They were normal control group, negative control group, positive control group, and the other 2 group given the extract (600 mg/300 g body weight and 800 mg/300 g body weight). Glucose level was measured in 30, 60 and 120 minutes post glucose administration. Electrophoresis analysis of extract by SDS PAGE showed that the size of phaseolamin was ±55,9 kDa. The result of this study showed that crude extract of adzuki bean (Vigna angularis) has no effect on lowering blood glucose level."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Aziz Firdaus
"Penelitian ini bertujuan mengetahui Hubungan antara karbohidrat dan factor lain dengan gula darah pada penderita hipertensi di Puskesmas Tegal Gundil Kecamatan Bogor Utara tahun 2017 (Data Sekunder). Desain penelitian mengunakan cross sectional penelitian dengan observasi dengan pengumpulan data dalam satu waktu di puskesmas Tegal Gundil Kecamatan Bogor Utara Tahun 2017. Hasil penelitian ini tidak ada hubungan antara variabel independen dan dependen. Kadar Gula sewaktu peneliti rata-rata 133,72 mg/dl, kadar gula terendah 69 mg/dl dan tertinggi 407 mg/dl. Disarankan untuk melakukan melakukan pengecekan gula darah sewaktu secara rutin, agar gula darah terkontrol.

This study aims to determine the relationship between carbohydrates and other factors with blood sugar in patients with hypertension in the Tegal Gundil Health Center in North Bogor District in 2017 (Secondary Data). The study design used cross-sectional research with observations by collecting data at one time in the Tegal Gundil Community Health Center, Bogor Utara District in 2017. The results of this study there was no relationship between independent and dependent variables. Sugar content when researchers averaged 133.72 mg / dl, the lowest sugar content was 69 mg / dl and the highest was 407 mg / dl. It is recommended to do blood sugar checks regularly, so that blood sugar is controlled."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Nadia
"Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang terkait dengan tingkat kepatuhan tipe diabetes 2 untuk memeriksa kadar gula pada peserta JKN di Jakarta Selatan 2019. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 52,1% responden memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi dan 47,9% memiliki tingkat kepatuhan yang rendah Variabel yang ditemukan memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan periksa kadar gula adalah jenis kelamin (Nilai P = 0,055) dan kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan (Nilai P = 0,056).

This study aims to determine the factors associated with the level of diabetes type compliance 2 to check sugar levels in JKN participants in South Jakarta 2019. This type of research is quantitative research with cross sectional design. The results of this study indicate that 52.1% of respondents have a high level of compliance and 47.9% have a low level of compliance Variables found have a significant relationship with compliance check that sugar is gender (P value = 0.055) and patient satisfaction with health care (P value = 0.056)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Yanti
"Peningkatan kadar glukosa darah dapat disebabkan oleh peningkatan hormon kortisol dan epineprin yang terjadi selama stress. Terapi zikir dan relaksasi Benson dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan menimbulkan respon relaksasi. Desain penelitian ini adalah kuasi eksperimen yang bertujuan membandingkan efektifitas terapi zikir dengan relaksasi Benson terhadap penurunan kadar glukosa darah pasien diabetes mellitus. Sampel berjumlah 72 orang yang terdiri dari 24 orang kelompok kontrol, 24 orang kelompok zikir, dan 24 orang kelompok relaksasi Benson.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi pada masing-masing kelompok (p=0,00), selisih rata-rata kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi antar kelompok (p=0,000), dan rata-rata kadar glukosa darah setelah intervensi antar kelompok (p=0,00). Terapi zikir lebih efektif dibandingkan relaksasi Benson dalam menurunkan kadar glukosa darah.
Penelitian ini merekomendasikan agar perawat menerapkan terapi zikir dan relaksasi Benson sesuai dengan keyakinan dan tingkat keimanan pasien serta direkomendasikan penelitian selanjutnya dengan desain Randomized Controlled Trial (RCT) dengan jumlah sampel yang lebih besar.

Increased blood glucose levels can be caused by increased hormone cortisol and epineprin that occur during stress. Dhikr Therapy and Benson relaxation can reduce blood glucose levels by causing a relaxation response. The design was quasi-experimental study aims to compare the effectiveness of dhikr therapy with Benson relaxation to blood glucose levels of patients with diabetes mellitus. Sample of 72 people consisted of a control group of 24 people, 24 people of the group of dhikr therapy, and 24 people of Benson relaxation.
The results showed a significant difference between blood glucose levels before and after intervention in each group (p = 0.000), the difference in average blood glucose levels before and after intervention between groups (p = 0.000), and the mean of blood glucose levels after the intervention (p = 0.00). Dhikr therapy is more effective than Benson relaxation on reducing blood glucose levels.
This study recommends that nurses to apply treatment dhikr therapy and relaxation Benson in accordance with levels of faith and confidence of patients and recommended further research by design Randomized Controlled Trial (RCT) with a larger number of samples.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T30917
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fajriyah
"PM2,5 atau partikulat halus adalah partikulat dengan diameter kurang dari 2,5 μm dan salah satu sumber utamanya adalah emisi gas buang dari kendaraan. Sifat dari partikulat ini dapat masuk ke alveolus dan terdifusi ke pembuluh darah kemudian dapat menyebabkan inflamasi pada sel dan mengganggu kadar normal dari beberapa biokimia tubuh yang terkandung dalam darah, seperti glukosa, insulin, hs-CRP dan biomarker pendukung berupa MDA serta TNF-α.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan antara kelompok terpajan dan tidak terpajan PM2,5 dengan keluhan gangguan pernapasan serta kadar glukosa, insulin, hs-CRP, MDA serta TNF-α. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain studi cross sectional. Sampel yang digunakan adalah petugas kebersihan Jalana Raya Jenderal Sudirman sebagai kelompok terpajan PM2,5 dan petugas kebersihan FKM UI sebagai kelompok tidak terpajan PM2,5. Dilakukan pengukuran konsentrasi PM2,5 secara personal sampling, kuesioner dan tes darah sampel oleh laboratorium.
Uji statistic yang digunakan, yaitu uji kai kuadrat dan uji t. Dari hasil penelitian didapatkan perbedaan antara glukosa (p=0,025), insulin (p=0,001), MDA (p=0,006) dan TNF-α (p=0,039) pada petugas kebersihan jalan raya dan petugas kebersihan FKM UI. Tidak terdapat perbedaan antara keluhan pernapasan (p=0,156) dan hs-CRP (p=0,169) petugas kebersihan jalan raya dan petugas kebersihan FKM UI.

PM2,5 or fine particles are particles with diameter less than 2,5 μm and one of the source is gas emission from vehicles. The character of these particles can enter until in alveoli and diffuse into artery and causing cell inflammation and distract the normal biochemistry blood like amount of glucose, insulin and hs-CRP also using support biomarker MDA and TNF-α. The aim of this research is to know the differentiation between exposure group and un-exposure group of PM2,5 with respiration symptoms, glucose, insulin, hs-CRP, MDA and TNF-α in cleaning service at highway.
This research is analytic descriptive with cross sectional design study. The samples are cleaning service at highway as exposure group and cleaning service at FKM UI as unexposure group. Personal sampling is used to measuring the particles, questionnair and sample blood tested by laboratorium.
This research used statistical chi square test and t test. Based on research, I found a differentiation in glucose (p=0,025), insulin (p=0,001), MDA (p=0,006) and TNF-α (p=0,039) in exposure group and un-exposure group. I did not found a differentiation in respiration symptoms (p=0,156) and hs-CRP (p=0,169) in exposure group and un-exposure group.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pande Putu Agus Mahendra
"ABSTRAK
Pisang merupakan buah yang sering dikonsumsi saat berolahraga, memiliki kandungan pati resisten. Kandungan pati resisten pisang berperan terhadap nilai indeks glikemik serta respon glikemik pisang pada konsumsi pisang. Penelitian dengan uji eksperimental desain crossover, tersamar tunggal dan alokasi strata, pada 12 pelari rekreasional putra usia 20−22 tahun dilakukan untuk melihat pengaruh kematangan pisang yang dikonsumsi dua jam sebelum berlari 10.000 m terhadap kadar glukosa darah, respon kelelahan serta waktu tempuh berlari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan pati resisten pada pisang mentah dan matang berturut-turut sebesar 1,15 g/100g dan 0,42 g/100g. Pada perlakuan didapatkan perbedaan bermakna antara pisang mentah dibandingkan pisang matang pada hasil gula darah sewaktu (GDS−I, GDS−II dan GDS−III, p<0,001), asam laktat (La−II dan La−III, p<0,001), serta performa berlari 10.000 m (p<0,001) yang dinilai dengan VAS dan waktu tempuh. Hasil ini menunjukkan konsumsi pisang mentah dapat menjadi pilihan asupan nutrisi pada dua jam sebelum berlari untuk meningkatkan performa.

ABSTRACT
Banana is a fruit which is often consumed during exercise and contain resistant starch. The content of banana resistant starch contributes to the impact of banana glycemic index and glycemic values on consumption. This experimental study with crossover design, single blind and strata allocation, in 12 recreational runners aged 20−22 years old, was conducted to determine the effect of the maturity of banana that is consumed two hours before 10.000m running on blood glucose level, fatique responses and time. The result showed that the content of resistant starch in banana raw and banana ripe in row is 1,15 g/100g and 0,42 g/100g. There are significant differences in banana raw treatment compared to ripe banana on blood glucose level (GDS−I, GDS−II dan GDS−III, p<0,001), lactic acid (La−II dan La−III, p<0,001), and running performance (p<0,001) assessed with VAS scale for fatique and time. This study shows that consumption of raw bananas can be an option for nutrition intake two hours before running to improve running performance."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratama Kurnia Dewi
"ABSTRAK
Uji klinis paralel alokasi acak terbuka ini bertujuan mengetahui pengaruh larutan cornflakes dan susu skim terhadap kadar insulin serum pasca lari 5.000 m pada pemain futsal putra usia 19 30 tahun. Subjek penelitian dibagi menjadi kelompok kontrol (KK) dan kelompok perlakuan (KP), masing-masing 10 orang, KK dan KP berturut-turut mendapat minuman isotonik dan larutan cornflakes dan susu skim 1.400 mL. Data yang diambil meliputi usia, indeks massa tubuh IMT, persentase lemak tubuh, asupan energi, karbohidrat, dan protein, serta kadar insulin serum dan glukosa darah. Pemeriksaan kadar insulin dilakukan pasca lari 5.000 m dan 1 jam pasca konsumsi minuman. Kadar glukosa darah diperiksa pra- pasca lari 5.000 m dan menit ke-15, 30, 60 pasca minum. Usia, IMT dan persentase massa lemak tubuh antara kedua kelompok tidak berbeda signifikan. Data laboratorium diperoleh dari 16 subjek, karena 4 orang subjek dikeluarkan, masing-masing 2 orang dari tiap kelompok. Kadar insulin serum pra konsumsi tidak berbeda signifikan KK 14,75 ± 8,69 IU/mL dan KP 9,04 (5,99 43,20)
IU/mL. Kadar insulin pasca konsumsi lebih tinggi pada KP tetapi tidak berbeda signifikan KK 32,48 ± 18,44 IU/mL dan KP 46,24 (14,50 183,00) IU/mL. Tidak terdapat perbedaan signifikan perubahan kadar insulin antara kedua kelompok, KK 17,72 ± 20,49 IU/mL dan KP 10,97 (4,00 173,00) IU/mL. Pada kedua kelompok terjadi peningkatan signifikan kadar insulin serum namun peningkatan yang lebih tinggi terjadi pada KP (p = 0,006) dibandingkan pada KK (p = 0,033). Kadar glukosa darah menit ke-15, 30 dan 60 lebih tinggi pada KK, tetapi tidak berbeda signifikan. Penelitian ini menunjukkan pemberian larutan cornflakes dan susu skim cenderung meningkatan kadar insulin serum pasca lari 5.000 m yang lebih tinggi dibandingkan dengan minuman isotonik pada pemain futsal putra usia 19 30 tahun.

ABSTRACT
This parallel open randomized clinical trial aims to investigate the effect of cornflakes and skim milk to serum insulin levels after 5,000 m running in male futsal players aged 19 30 years. Subjects were divided into a control group (C) and treatment group (T), 10 subjects each, C and T received 1,400 mL isotonic drinks or cornflakes and skim milk solution respectively. Data were collected included age, body mass index (BMI), body percentage fat , energy, carbohydrate, protein intake, serum insulin and blood glucose levels. Serum insulin levels were assessed after 5,000 m running and 1 hour after consumption of the beverages. Blood glucose levels were examined pre-post 5,000 m running and at 15, 30, and 60'
minutes post-drinking. Age, BMI and body fat mass percentage between the two groups did not differ significantly. Laboratory data obtained from 16 subjects, 4 subjects were excluded, 2 from each group. Serum insulin levels pre consumption did not differ significantly; C 14.75 ± 8.69 IU / mL and T 9.04 (5.99-43.20) IU / mL. Insulin levels after consumption was higher in T but did not differ significantly; C 32.48 ± 18.44 IU / mL and T 46.24 (14.50 183,00) IU / mL. There were no significant differences in insulin levels changes between the two groups; C 17.72 ± 20.49 IU / mL and T 10.97 (4.00 173,00) IU / mL. In both groups serum insulin levels increased significantly, higher increased occurred in the T (p = 0.006) compared with the C (p = 0.033). Blood glucose levels after 15, 30 and 60 minutes were higher in C, but did not differ significantly. This study showed cornflakes and skim milk solution tends to increase serum insulin levels after 5,000 m running higher than the isotonic drinks to male futsal players aged 19 30 years."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Pre Diabetes merupakan keadaan yang belum termasuk kategori diabetes tetapi glukosa darah lebih tinggi dari normal. TGT merupakan faktor risiko terjadinya diabetes mellitus (DM), penyakit jantung koroner stroke. Dilakukan penelitian follow up responden TGT Riskesdas 2007 pada tahun 2009 untuk mengetahui apakah telah menjadi DM status hiperglikemianya tetap TGT atau Normal. Didapatkan setelah 2 tahun 7,2% telah menjadi DM, 47,8% tetap TGT, 4,3% berubah menjadi gangguan glukosa puasa dan 40,7% menjadi normal toleransi glukosa. Kebiasaan perilaku, keadaan biologis seperti indeks massa tubuh, obesitas sentral, dislipidemia tidak berbeda signifikan antara tahun 2009 dibandingkan 2007. Dari analisis didapatkan pada kelompok TGT yang menjadi DM lingkar pinggang meningkat tapi tidak signifikan dan Homa IR (resistensi insulin) lebih tinggi (p 0,05) dibandingkan kelompok lainnya. Disarankan agar pembuat program melakukan intervensi pada kelompok TGT agar tidak menjadi DM dan mencegah timbulnya komplikasi penyakit degeneratif."
BULHSR 17:3 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yani Sofiani
"Diabetes Melitus merupakan penyakit kronik yang dapat dikendalikan, hal ini menjadi bagian penting untuk memperlambat terjadinya komplikasi. Upaya pengendalian dapat berjalan efektif bila dilandasi oleh tingginya Awareness Diabetisi akan penyakitnya termasuk dalam monitoring kadar glukosa, alat monitoring gula darah yang ada dimasyarakat saat ini masih membutuhkan sampel darah menjadi masalah tersendiri bagi Diabetisi.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Disease Awareness Diabetisi melalui pengembangan model konsep pengelolaan diri Model SOFIANI dengan bantuan alat pendeteksi kadar glukosa darah non-invasif. Penelitian ini terdiri dari 3 tahap, tahap 1 pengembangan model kondep pengelolaan diri, tahap 2 pengembangan alat pendeteksi kadar glukosa darah non-invasif, dan tahap 3 uji coba model dengan desain eksperimen yang melibatkan 59 responden pada tahap 3, pada tahap 2 melibatkan 344 responden. Analisis data menggunakan paired t test dan general linier model repetead measure.
Hasil analisis diperoleh data terdapat peningkatan skor Diabetes Self Cara Management, penurunan tingkat stres dan kadar HbA1c pada kelompok intervensi pada variabel outcome, sedangkan pada variabel intermediate terlihat penurunan kadar glukosa darah puasa yang efektif sejak minggu 6, peningkatan waktu melakukan aktifitas dan kepatuhan dalam menggunakan terapi. Kesimpulan Model SOFIANI dapat meningkatkan disease awareness dengan indikator variabel outcome dan intermediate. Saran manajemen keperawatan memberikan kebijakan agar model SOFIANI ini dapat digunakan untuk terlaksananya asuhan yang berkesinambungan Continuity of care.

Diabetes mellitus is a chronic disease which can be controllable, and that is being an important part to delay the complication. Control efforts, which, guided by a higher awareness of the patients, can run effectively. Especially the patient 39 s awareness of disease prognosis and blood glucose monitoring. Blood sugar monitoring devices which exist in the community still need a blood sample, in the examination process, and this is being a problem for people with diabetes.
The purpose of this study was to increase the disease awareness among diabetic patients through the concept of self management model SOFIANI equipped with the non invasive blood glucose monitoring tool. This study consisted of the three following steps 1 the development modelofself management concept, 2 the development of non invasive blood glucose detector, and 3 the experimental design for the testing model. A total of 344 respondents was involved in the second stage of this study, while a total of 59 respondents participated in the third stage of this study. Paired t test and General Linear Model with repeated measurement were used for data analysis.
The results of this study were to identified the increaseof diabetes self care management DSCM score, the decrease of stress and HbA1c levels among intervention group, especially for outcome variables.While in the intermediate variables the effectively decrease of blood glucose started from weeks 6, the increasing amount of time for exercise and the adherence towards therapy. Conclusion SOFIANI Model can increase disease awareness with the outcome and intermediate variables as an indicator. This model might be considered by nursing management in the hospital to be implemented to create the continuity of nursing care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
D2312
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>