Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Ketut Rina
"Latarbelakang. Enhanced External Counterpulsation (EECP) dilaporkan oleh beberapa peneliti dapat meningkatkan aliran darah perifer yang selanjutnya menimbulkan shear stress tinggi dan pada gilirannya mempengaruhi fungsi sel sel endotel yang berperan langsung didalam penurunan resistensi pembuluh darah, melalui peningkatan pembentukan substrat vasodilatasi NO (nitrogen monoksida). Secara teori peningkatan NO menginduksi terjadinya dilatasi pembuluh darah, dikenal sebagai flow mediated dilation (FMD). Sampai saat ini belum ada laporan tentang perubahan FMD pasca EECP. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan apakah FMD arteri brakhialis mengalami perubahan pada penderita PJK yang menjalani EECP. Metodologi. Dilakukan penelitian prospektif eksperimental dengan desain pra pasca pada 20 penderita PJK laki-laki, umur 42 - 71 th di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita selama periode Mei - Juli 1999. Semua penderita telah menjalani pemeriksaan angiografi koroner. Lima penderita dengan satu penyempitan pembuluh koroner utama (1-VD), 5 penderita dengan 2-VD, 9 penderita dengan 3-VD. Satu penderita dikeluarkan dari penelitian karena operasi tumor paru Seluruh penderita mendapat perlakuan EECP selama 1 jam sekali perhari selama 36 kali, minimal 5 kali seminggu. Pada semua penderita dilakukan pengukuran diameter arteri brakhialis memakai scan Duplex ultrasonografi perifer, sebelum dan sesudah perlakuan EECP. Untuk menilai FMD, diukur diameter (mm) baseline arteri dan saat hiperemia. FMD adalah persentase perubahan diameter akibat induksi peningkatan aliran darah. Analisa statistik Data disajikan dalam nilai rerata + SD. FMD pra dan pasca disajikan dalam satuan persen (%). Analisa perubahan variabel pra dan pasca EECP dilakukan dengan pair-t test. Nilai bermakna bila p<0,05.
Hasil penelitian. Usia rerata 58,1±7,72 thn. Peningkatan FMD pra (4.57±7,72%) dan pasca EECP (5,96±5,49%) pada penderita PJK secara statistik tidak bermakna (p>0,05). Uji statistik yang dilakukan pada 3 subkelompok VD dan 2 subkelompok umur (dibawah 60 th dan > 60 th), secara statistik tidak bermakna. Pada kelompok pra EECP (6 penderita) yang dengan kegagalan FMD (0%), pasca EECP terjadi peningkatan bermakna (p<0,05). Pada 2 penderita subkelompok usia lanjut (umur 60 th) FMD pasca EECP masih tetap menunjukkan penurunan, hal ini mungkin terjadi disfungsi endotel berat. Pembahasan. FMD adalah salah satu parameter untuk menilai perubahan biologis fungsi endotel pembuluh darah. Semakin tinggi respon FMD menunjukkan fungsi endotel semakin baik. Pada penelitian ini, FMD menunjukan peningkatan tidak bermakna, mungkin shear stress yang dihasilkan EECP secara mekano hemodinamik tidak cukup untuk merangsang pelepasan NO, walaupun D/S ratio yang optimal. Penderita dengan gangguan fungsi endotel berat, pelepasan NO kedalam darah sangat menurun, sehingga sehingga terjadi peningkatan rasio ET-1/NO atau terjadi pelepasan ET-1 dari smooth muscle cell (SMC) yang selanjutnya menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.
Kesimpulan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa:
1. Peningkatan FMD pada penderita lelaki dengan PJK yang menjalani EECP secara statistik tidak bermakna.
2. Subkelompok penderita lelaki usia lanjut dengan PJK kemungkinan EECP menyebabkan kecendrungan penurunan FMD."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T57284
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Daniel Rael Chandra
"Stenosis adalah penyempitan abnormal yang dapat menyerang arteri. Para peneliti menyatakan bahwa stenosis dipengaruhi oleh efek fluida non-Newtonian yaitu darah yang viskositasnya dipengaruhi oleh shear stress dinding pembuluh darah. Simulasi CFD dilakukan dengan software ANSYS Fluent Student dan dapat digunakan untuk menganalisis aliran di dalam arteri yang tersumbat pada kasus stenosis pada pembuluh darah yang berbentuk Y junction. Model viskositas yang dipakai untuk studi ini adalah model Carreau karena model ini dapat digunakan untuk berbagai rentang nilai shear rate dan model ini cukup umum digunakan untuk mensimulasikan aliran darah. Karena karakteristik aliran darah dipengaruhi oleh beberapa parameter, maka metode yang dapat digunakan adalah 2k faktorial. Variabel respon yang akan digunakan dalam percobaan adalah velocity, wall shear stress, velocity, dan oscillatory shear index dengan tiga faktor yaitu besar sudut, diameter inlet, dan diameter outlet. Skenario terbaik untuk mencegah terjadinya aterosklerosis adalah dengan memilih faktor desain percabangan level rendah diameter inlet level tinggi dan diameter outlet level rendah sehingga diperoleh variabel respon terbaik dengan nilai velocity yang tinggi, wall shear stress > 0,5, dan OSI < 0,2.

Stenosis is an abnormal narrowing that can attack the arteries. The researchers stated that stenosis is influenced by the effect of non-Newtonian fluids, namely blood whose viscosity is affected by shear stress on the walls of blood vessels. The CFD simulation was carried out with the ANSYS Fluent Student software and can be used to analyze the flow in a blocked artery in the case of stenosis in a Y-shaped vessel. The viscosity model used in this study is the Carreau model because this model can be used for a wide range of shear rate values and this model is quite commonly used to simulate blood flow. Because the characteristics of blood flow are influenced by several parameters, the method that can be used is 2k factorial. The response variables that will be used in the experiment are velocity, wall shear stress, velocity, and oscillatory shear index with three factors: angle size, inlet diameter, and outlet diameter. The best scenario to prevent atherosclerosis is to choose a low-level branching design factor, high-level inlet diameter and low-level outlet diameter so that the best response variable is obtained with a high velocity value, wall shear stress > 0.5, and OSI < 0.2."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasuda, Keishu
Sapporo Hokkaido University Graduate Sechool of Medicine 2003,
617.413 Yas a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
M. Arief Budiman
"Organofosfat adalah pestisida yang sering dipakai di Indonesia. Penggunaan Pestisida organofosfat yang tidak tepat dapat mengakibatkan gangguan fungsi paru restriksi pada petani padi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas enzim asetilkolinesterase dalam sel darah merah, prevalensi gangguan fungsi paru pada petani padi, dan hubungan asetilkolinesterase dalam sel darah merah dengan gangguan fungsi paru.
Desain penelitian adalah potong lintang dengan besar sampel 61 orang petani padi yang terpajan organofosfat yang diambil dengan cara cluster random sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2017 hingga Desember 2017 di Desa Padaasih, Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolinesterase dalam sel darah merah, pemeriksaan spirometri dan pemeriksaan foto thoraks. Variabel yang diteliti adalah usia, masa kerja, eksposure rate, IMT, kebiasaan merokok, persepsi pemakaian APD pernapasan, dan aktivitas enzim aseltilkolinesterase dalam sel darah merah.
Aktivitas AChE dalam sel darah merah dengan nilai tengah 2138.97 IU/l dengan nilai minimum 201.17 IU/l dan nilai maksimum 6979.35 IU/l. Prevalensi gangguan fungsi paru restriksi adalah 18%. Tidak terdapat variabel faktor risiko yang memiliki hubungan bermakna dengan gangguan fungsi paru restriksi.
Prevalensi gangguan fungsi paru restriksi cukup tinggi dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas enzim asetilkolinesterase dalam sel darah merah dengan gangguan fungsi paru. Perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala terutama bagi petani dengan gangguan fungsi paru.

Organophosphates are commonly used pesticides in Indonesia. The use of improper organophosphoric pesticides can lead to impaired lung function in rice farmers. The purpose of this study was to know the activity of acetylcholinesterase enzyme in red blood cells, the prevalence of impaired lung function in rice farmers, and the association of acetylcholinesterase in red blood cells with lung function.
The study design was cross sectional, 61 rice farmers who were exposed to organophosphates were taken by cluster random sampling. The study was conducted in October 2017 to December 2017 in Padaasih Village, Cibogo Sub-district, Subang District, West Java. Data collection was done by interview, examination of enzyme acetylcholinesterase in red blood cells, spirometry examination and examination of thoracic photo. The variables studied were age, years of work, exposure rate, BMI, smoking habit, perception of using respiratory PPE, and activity of aseltylcholinesterase in red blood cells.
AChE activity in red blood cells with a median value of 2138.97 IU/l with a minimum value of 201.17 IU/l and a maximum value of 6979.35 IU/l. The prevalence of restrictive lung function is 18%. There were no risk factors that had significant association with restrictive lung function.
The prevalence of restrictive lung function impairment is quite high and the activity of acetylcholinesterase in red blood cells with restrictive lung function has no significant association. Periodic health checks are necessary, especially for farmers with restrictive lung function."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58892
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Putu Kokohana Arisutawan
"Latar belakang: Keadaan hipoksia hipobarik intermiten menyebabkan penurunan tekanan atmosfer sehingga terjadi penurunan tekanan partial oksigen. Salah satu respon fisiologis tubuh terhadap keadaan hipoksia adalah melakukan angiogenesis. Penelitian ini untuk membuktikan efek dari hipoksia hipobarik intermiten tersebut terhadap perubahan histologi jumlah pembuluh darah otot rangka.
Metode: Penelitian ini adalah eksperimental in vitro pada 25 ekor tikus Wistar (Rattus norvegicus), jenis kelamin jantan, usia 40-60 hari, berat badan lebih dari 220 gram yang dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok berisi 5 ekor tikus. Setiap kelompok mendapat perlukan berbeda-beda yaitu dimasukkan ke chamber hipobarik sebanyak 1x, 2x, 3x 4x dan kelompok kontrol. Pajanan 1 kali merupakan pajanan hipoksia akut. Pajanan hipobarik dilakukan selama 5 menit dengan interval tujuh hari. Selanjutnya otot rangka semua tikus diambil sebagai untuk dilakukan pemeriksaaan histologi di bawah mikroskop cahaya. Variabel yang dievaluasi adalah jumlah pembuluh darah otot rangka pada masing-masing kelompok coba.
Hasil: Keadaan hipoksia dicapai pada setiap kelompok uji. Saturasi dalam setiap ujicoba dibawah 60%. Perubahan perilaku akibat hipoksia di temukan pada semua uji coba. Rerata jumlah pembuluh darah otot rangka kelompok kontrol adalah 45,60 ± 7,96. Jumlah pembuluh darah pada kelompok satu dan dua dibawah kelompok kontrol (38,60 ± 3,44 dan 41,00 ± 6,44). Pada kelompok yang mendapat pajanan 3 dan 4 kali, jumlah pembuluh darah di atas kelompok kontrol (48,00 ± 5,87, dan 46,20 ± 8,29). Pembuluh darah otot rangka yang mengalami HHI terjadi peningkatan dibandingkan hipoksia akut. Pada uji Anova, tidak ditemukan perbedaan bermakna secara statistik terhadap perubahan jumlah pembuluh darah otot rangka pada semua kelompok.
Simpulan: Terjadi peningkatan jumlah pembuluh darah otot rangka yang mengalami HHI dibandingkan dengan hipoksia akut. Terdapat perubahan jumlah pembuluh darah otot rangka pada hewan coba tikus Wistar, namun tidak berbeda bermakna secara statistik.

Background: Hypoxia hypobaric intermittent condition may cause a decrease of atmospheric pressure that leads to a decrease in partial oxygen pressure. One of the body physiologic response to hypoxia are angiogenesis. This research aims to prove the effect of intermittent hypoxia hypobaric on histological changes of skeletal muscle
Methods: This research is an experimental in vivo study on 25 Wistar rats (Rattus norvegicus), male aged 40-60 days, with body weight of 220 grams that is divided into 5 groups, each group has 5 mice. Each of the group got different treatment : once, twice, thrice and four time exposed into hypobaric chamber and control group. Once time exposed is acute hypoxia. Hypobaric exposure were given for 5 minutes with interval of 7 days. Skeletal muscle of the mouse were taken to do histological examination beneath light microscopy Variable that should be evaluated are number of blood vessels in the skeletal muscle in each of the group.
Results: Hypoxia condition can be achieved in test group. Saturation in the test group are beneath 60%. Changes in behavior in hypoxic condition can be found in all test group. The average of all skeletal muscle in control groups are 45,60 ± 7,956. The number of skeletal muscle in group 1, 2 are beneath control group (38,60 ± 3,435 dan 41,00 ± 6,442). In the group that has been exposed three or four times, the number are higher compared to control groups (48,00 ± 5,874, dan 46,20 ± 8,289). Skeletal muscle vassels that have HHI occour increase compared to acute hypoxia. In ANOVA test group, we cannot find any statistically significant difference between the number of skeletal muscle between all groups.
Conclusion: An increasing in the number of skeletal muscle vessels that are experiencing HHI compared with acute hypoxia. There was a change in the number of skeletal muscle vessels in Wistar rats, but not statistically significant."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Berlin: ABW - Wissenschaftsverlag, 2010
616.12 VAS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Grestyasanti Wimasan
"Latar Belakang: Adanya stimulus yang diterima oleh dentin akan direspon oleh kompleks dentin-pulpa melalui reaksi inflamasi. Perkembangan terapi endodontik regeneratif melalui rekayasa jaringan melibatkan eksosom sebagai salah satu komponen pendukung yang esensial. Wharton’s Jelly (WJ) merupakan salah satu sumber sel punca mesenkim yang telah terbukti memiliki kemampuan berdiferensiasi menjadi adiposit, osteosit, dan kondrosit di bawah stimulasi yang sesuai. Belum ada studi yang mempelajari potensi eksosom WJ pada regenerasi kompleks dentin-pulpa.
Tujuan: Mengetahui potensi angiogenik dan odontogenik eksosom WJ melalui ekspresi FGF-2 dan DSPP pada regenerasi kompleks dentin-pulpa.
Metode: Untuk mengetahui potensi angiogenik, pada kultur hDPSC primer dilakukan penambahan eksosom WJ 0,5%, 1%, dan 5% dibandingkan dengan kontrol pada waktu observasi 3 dan 7 hari, kemudian dilakukan analisis ekspresi FGF-2 dengan uji ELISA. Selain itu, dilakukan analisis ekspresi marker diferensiasi odontogenik yaitu ekspresi DSPP dengan uji ELISA pada waktu observasi 7 dan 14 hari, serta pengamatan kualitatif sel dari pewarnaan Alizarin Red pada hari ke-21. Uji statistik dilakukan menggunakan one-way Anova.
Hasil: Terdapat peningkatan ekspresi FGF-2 dan DSPP yang menunjukkan potensi eksosom WJ berbagai konsentrasi (0,5%, 1%, dan 5%) pada media kultur hDPSC, serta terlihat gambaran nodul berwarna merah menunjukkan deposisi mineral yang berasal dari sel punca pulpa yang terdiferensiasi
Kesimpulan: Eksosom WJ memiliki potensi untuk diferensiasi angiogenik dan odontogenik.

Background: The stimulus received by dentin will be responded by dentin-pulp complex through inflammatory reaction. The development of regenerative endodontic therapy through tissue engineering involves exosomes as one of the essential supporting components. Wharton's Jelly (WJ) is one of the sources of mesenchymal stem cells that have been proven to have the ability to differentiate into adipocytes, osteocytes, and chondrocytes under appropriate stimulation. There has been no study on the potential of WJ exosomes on dentin-pulp complex regeneration.
Objective: To investigate the angiogenic and odontogenic potential of WJ exosomes through the expression of FGF-2 and DSPP towards regeneration of pulp-dentine complex.
Methods: To determine the angiogenic potential, the primary hDPSC culture was added with 0.5%, 1%, and 5% WJ exosomes compared to the control at the observation time of 3 and 7 days, then analysed the expression of FGF-2 by ELISA test. In addition, the expression of odontogenic differentiation markers, namely DSPP expression, was analysed by ELISA test at 7 and 14 days of observation, as well as qualitative observation of cells from Alizarin Red staining on day 21. Statistical tests were performed using one-way Anova.
Results: There was an increase in the expression of FGF-2 and DSPP indicating the potency of WJ exosomes at various concentrations (0.5%, 1%, and 5%) in the hDPSC culture medium, and red nodules were seen indicating mineral deposition derived from differentiated pulp stem cells.
Conclusion: WJ exosomes have potential for angiogenic and odontogenic differentiation.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ginanjar
"Latar Belakang : Peningkatan resistensi vaskular paru (RVP) pasien stenosis mitral (SM) disebabkan oleh proses reaktif hipertensi pulmoner (HP) sehingga mempengaruhi luaran klinis pascabedah katup mitral. Endotelin-1 (ET-1) sebagai mediator vasoaktif berperan penting pada HP reaktif. Belum ada penelitian yang menghubungkan kadar ET-1 vena pulmoner (VP) dengan RVP.
Tujuan Penelitian : Menilai korelasi kadar ET-1 VP terhadap RVP sebelum dan sesudah pembedahan katup mitral pada pasien SM dengan HP.
Metode : Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada 28 pasien SM berat dengan HP sedang dan berat yang menjalani pembedahan katup mitral di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dari bulan April hingga November 2014. Dilakukan analisa statistik untuk mencari korelasi antara kadar ET-1 VP dengan RVP sebelum dan sesudah pembedahan katup mitral.
Hasil Penelitian : Terdapat korelasi antara kadar ET-1 VP dengan RVP prabedah (r=0,49, p=0,008), sedangkan dengan RVP pascabedah tidak berkorelasi bermakna (r=0,204, p=0,32). Analisa regresi linear antara kadar ET-1 VP dengan RVP prabedah setelah disesuaikan dengan variabel perancu hipertensi, diabetes melitus tipe 2, fibrilasi atrial, penggunaan penyakat beta dan diuretik didapatkan r=0,5 koefisien β 1,04 dengan interval kepercayaan (IK) 95% (0,401-1,691) p=0,003, sedangkan dengan RVP pascabedah setelah disesuaikan dengan variabel perancu hipertensi, penghambat ACE/ARB, penyakat beta, vasodilator, waktu cross clamp didapatkan r=-0,08 koefisien β -0,2 dengan IK 95 % (-0,99-0,5) p=0,5.
Kesimpulan : Terdapat korelasi positif bermakna dengan kekuatan sedang antara kadar ET-1 VP dengan RVP prabedah, Peningkatan kadar ET-1 VP sebesar 1 pg/ml, akan meningkatkan RVP prabedah sebasar 1,04 WU. Kadar ET-1 VP tidak memiliki korelasi bermakna terhadap RVP pascabedah.

Background : The increased of Pulmonary Vascular Resistance (PVR) in mitral stenosis (MS) patient occurs in reactive pulmonary hypertension, and it affects clinical outcome after mitral valve surgery. Endothelin-1 (ET-1) as vasoconstrictive agent have important role in reactive pulmonary hypertension so far there is no study that corelate pulmonary vein (PV) ET-1 with PVR in MS.
Objectives : To study the correlation of PV ET-1 level with PVR measured by echo before and after mitral valve surgery in patient MS with pulmonary hypertension.
Methods : Twenty eight MS patients with moderate and severe pulmonary hypertension who underwent mitral valve surgery at National Cardiovascular Centre Harapan Kita from April to November 2014. Statistical analysis was done to see the correlation of PV ET-1 level with PVR before and after mitral valve surgery. Blood sample was taken from VP in the operating room and analyzed with Quantikine® ELISA ET-1 Immunoassay. PVR was measured by PVR-AMS formula by echocardiography.
Result : There was a correlation between PV ET-1 and PVR pre surgery (r=0,49, p=0,008), whereas, there was no significant correlation with PVR post surgery (r=0,204, p=0,32). Linear regression analysis was performed, PV ET-1 and PVR pre surgery were adjusted to confounding variables hypertension, diabetes mellitus, atrial fibilation, use of beta blocker and diuretic; r=0,5 β coefisien level 1,04 with confidance interval (CI) 95 % (0,401-1,691), p=0,003. PVR post surgery was adjusted to confounding variables hypertension, dislipidemia, use of ACE-I/ARB, beta blocker, vasodilator, cross clamp time, r=-0,08 β coefisien level -0,2 with CI 95 % (-0,99-0,5), p=0,5.
Conclusion : There was a moderate positive correlation between PV ET-1 with PVR pre surgery, the increased of PV ET-1 level 1 pg/ml, would increase PVR level 1,04 WU. There was no significant correlation between PV ET-1 with PVR post surgery.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurnajmia Curie Proklamartina
"ABSTRAK
Defek septum atrium (DSA) berpotensi meningkatkan resistensi vaskular paru (RVP). Pada studi-studi terdahulu peningkatan RVP ditandai dengan pembentukan takik pada kurva spektral Doppler pulmonal. Terdapat perbedaan pola pembentukan takik pada jenis HP yang berbeda. Salah satu parameter penilaian pola ini yaitu notch ratio (NR). Belum terdapat studi yang menilai korelasi antara NR dengan RVP pada pasien DSA sekundum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara NR dengan RVP pada pasien DSA sekundum. Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan consecutive sampling pada pasien DSA sekundum berusia ≥18 tahun yang menjalani kateterisasi jantung pada bulan Maret-Oktober 2019 di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Uji korelasi Pearson atau Spearman dilakukan menggunakan parameter NR dari ekokardiografi dan pulmonary artery resistance index (PARI) dan pulmonary vascular resistance/systemic vascular resistance (PVR/SVR) dari kateterisasi jantung. Dari 50 pasien yang dianalisis, didapatkan NR dan RVP memiliki korelasi negatif sedang signifikan untuk PARI (r = -0,410; p = 0,03) dan PVR/SVR (r = -0,430; p = 0,002). Variabel perancu yang memiliki korelasi signifikan dengan NR yaitu stroke volume/pulse pressure (r = 0,384; p = 0,006), yang tereliminasi dari analisis multivariat dengan metode backward. Terdapat korelasi negatif sedang antara NR dan RVP pada pasien DSA sekundum.

ABSTRACT
Atrial septal defect (ASD) potentially increases pulmonary vascular resistance (PVR). In previous studies high PVR was marked by pulmonary Doppler spectral curve notching. There were distinct patterns of notch formation in different types of PH. One of the parameter to assess these patterns is notch ratio (NR). There is no study yet assessing correlation between NR and PVR in secundum ASD patients. This study aims to evaluate correlation between NR and PVR in this population. Cross sectional study with consecutive sampling was conducted in secundum ASD patients ≥18 years old undergoing cardiac catheterization from March until October 2019 in National Cardiovascular Center Harapan Kita. Pearson or Spearman correlation analysis was done using NR parameter from echocardiography and pulmonary artery resistance index (PARI) and pulmonary vascular resistance/systemic vascular resistance (PVR/SVR) from cardiac catheterization. From 50 patients analyzed, NR and PVR have significant moderate negative correlations for PARI (r = -0,410; p = 0,03) and PVR/SVR (r = -0,430; p = 0,002). Confounding variable with significant correlation with NR is stroke volume/pulse pressure (r = 0,384, p = 0,006), which was eliminated from multivariate analysis with backward method. There is a moderate negative correlation between NR and RVP in secundum ASD patients."
Lengkap +
2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wilson, Samuel Eric
Philadelphia: Wolters Kluwer, 2010
617.413 VAS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>