Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratih Rahmawati
"Telah dilakukan pengukuran dosis titik dan distribusi dosis menggunakan film gafchromic EBT3 pada HDR brakhiterapi dengan aplikator silinder. Adapun tujuan utama dilakukannya penelitian ini yaitu mengetahui karakteristik film gafchromic EBT3 dalam pengukuran brakhiterapi, mengevaluasi dosis pengukuran dengan dosis TPS melalui pengukuran dosis titik, serta mengetahui distribusi dosis di sepanjang sumber brakhiterapi. Evaluasi dosis titik dilakukan dengan mengevaluasi nilai dosis di titik pengukuran A1, A2, A3, dan A4 dengan dosis kalkulasi TPS. Titik A1 dan A2 merupakan titik preskripsi yang berada di sisi kanan dan kiri aplikator silinder. Pengukuran dosis titik dilakukan dengan variasi 13 mm, 14 mm, dan 15 mm dari sumber. Sedangkan, titik A3 dan A4 merupakan titik yang berada di atas A2 dan A1 dengan jarak 1.5 cm. Pengukuran distribusi dosis dilakukan pada jarak 10 mm dan 15 mm dari sumber. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kalibrasi film gafchromic EBT3 yang paling baik yaitu kalibrasi 13 mm dengan nilai diskrepansi untuk titik A1, A2, A3, dan A4 berturut-turut adalah -0.37 , -3.40 , -1.39 , dan -1.54 . Nilai diskrepansi pada jarak 10 mm dari sumber sebesar -0.26 dan pada jarak 15 mm dari sumber sebesar 7.5 .
Point dose measurements and dose distributions have been conducted in HDR brachytherapy with cylinder applicator using EBT3 gafchromic film. The main objective of this study was to know the characteristics of EBT3 gafchromic film, to evaluate doses between measurements and brachytherapy treatment planning, and to know dose distribution along the source rsquo s main axis. The evaluation of point dose have been performed by comparing dose value in point A1, A2, A3, and A4 of the measurements with dose in treatment planning. Point A1 and A2 are prescription point at the right side and the left side of cylinder applicator. Measurement of point dose have been varied by distance of 13 mm, 14 mm, and 15 mm from brachytherapy source. Point A3 and A4 are located at distance of 1.5 cm above point A2 and A1. Dose distribution was measured at distance of 10 mm and 15 mm from brachytherapy source. The most suitable calibration for point dose measurements is calibration 13 mm which discrepancy values for point A1, A2, A3, and A4 were 0.37 , 3.40 , 1.39 , and 1.54 . The discrepancy value for dose distribution measurements at distance of 10 mm and 15 mm from the source was 0.26 and 7.5 , respectively."
2017
S66223
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bondan Dwisetyo
"Distribusi dosis yang dihasilkan oleh sumber Ir-192 dengan laju dosis tinggi (HDR) merupakan anisotropi yang tak terpisahkan akibat self-absorption oleh inti sumber kerapatan tinggi (high-density source core), filtrasi oblique oleh kapsul sumber dan ketidaksimetrian geometri dari kapsul sumber. Untuk menghitung distribusi dosis anisotropi sumber brakiterapi, AAPM TG-43 telah memasukkan fungsi anisotropi dua dimensi pada perumusan kalkulasi dosis. Film gafchromic EBT 2 digunakan untuk mengukur fungsi anisotropi untuk microselectron HDR sumber Ir-192. Proses radiasi dilakukan dengan menempelkan film gafchromic ke aplikator selama 30 detik pada medium udara, dan 35 detik pada medium air. Film Gafchromic kemudian discan untuk mendapatkan nilai pixel. Nilai pixel akan dikalibrasi ke dalam nilai dosis. Distibusi dosis yang telah didapatkan, dapat digunakan untuk mencari nilai fungsi geometri dan fungsi anisotropi. Penentuan fungsi geometri dan anisotropi ditentukan berdasarkan parameter dosimetri AAPM-TG 43.
......The dose distribution produced by the high-dose-rate (HDR) Ir-192 source is inherently anisotropic due to self-absorption by the high-density source core, oblique filtration by the source capsule and the asymmetric geometry of the source capsule. To account for the dose distribution anisotropy of brachytherapy sources, AAPM Task Group No 43 has included a two-dimensional anisotropy function in the recommended dose calculation formalism. Gafchromic EBT 2 radiochromic film was used to measure anisotropy function for microSelectron HDR 192 Ir source. Radiation processes carried out by gluing the film to the applicator for 30 seconds in the air medium, and 35 sec in the water medium. Gafchromic film then scanned to obtain the value of pixel value. Pixel value will be calibrated to the dose. Dose distribution has been obtained, can be used to search for geometry function and anisotropy values. Geometry function and anisotropy function can be determined on dosimetry parameters AAPM TG-43."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29454
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aisah
"Telah dilakukan pengukuran karakteristik dosimetri sumber Ir-1 92 microselectr0nHDR (mHDR) brakiterapi menggunakan metode Monte Carlo dan eksperimen. Untuk simulasi Monte Carlo digunakan program EGSnrc dengan medium vacum, udara dan air . Untuk eksperimen dilakukan dengan metode “in-air measurement dalam medium udara menggunakan jig, elektrometer Keithley 6487, NE 2571 Fanner chamber dan sumber Ir-192 dengan aktivitas yang terukur 4557 mCi. Dari simulasi, pengukuran kuat kenna per aktivitas rata-rata dalam medium vacum adalah 8.21.10-8 U Bq-1, di udara 8.2.10-8 U Bq-1 dan di air 8.48.10-8 U Bq-1 . Umuk konstanta laju dosis, nilai yang diperoleh adalah 2,79.10-6 Gy s-1 U-1 di vacum, 2,79.10-6 Gy s-1 U-1 di udara dan 3,18.10-6 Gy s-1 U-1 di air. Kuat kenna per aktivitas di udara pada jarak 10 cm yang diperoleh dari simulasi 8,18.10-8 U Bq-1, bila dibandingkan dengan kuat kenna per aktivitas di udara pada jarak yang sama dalam protokol (PIRS-629r) yaitu 9,709.10-8 U Bq-1 memiliki deviasi sebesar 15,73%.
Dari eksperimen, hasil pengukuran kuat kenna per aktivitas di udara pada jarak 10 cm adalah 0,001.10-8 U Bq-1 dan kuat kenna per aktivitas di udara pada simulasi adalah 8,18.10-8 U Bq-1, perbedaan yang cukup besar dapat disebabkan karena aktivitas yang dimaksudkan dalam PIRS-629r adalah aktivitas pada sumber, bukan aktivitas yang terukur. Pada kuat kerma per aktivitas di air menunjukkan bahwa jarak efektif pemberian dosis brakiterapi pada jaringan tubuh adalah kurang dari 5,5 cm atau sekitar 5cm.
......Measurement on lr-192 mHDR V2 brachytherapy source's dosimetry characteristic were done using Monte Carlo method and experiment. The Monte Carlo simulation Were done in vacum, air and Water us ing EGSnrc software. The experiment were done by using “in-air measurement” method Which equipment consist of jig, electnometer Keithley 6487, NE 2571 Farmer chamber and Ir-192 source with 4557 mCi of apparent activity. The average of air-kerma strength per unit activity in simulation result is 8.2.10 -8 U Bq -1 in vacum, 8.2.10 -8 U Bq-1 in air and 8.48.10 -8 U Bq -1 in water. Dose rate constant in vacum is 2,79.10 -6Gy s-1 U-1, 2,79.10 -6Gy s-1 U-1 in air and 8,18.10 -6 Gy s-1 U-1 in Water. Air-kerma strength per unit activity at 10 cm in air calculation is 8,18. 10-8 U Bq-1 di vacum, comparing to the air- kerma strength per unit activity at the same distance in air based on protocol (PIRS-629r) 9,709. 10-8 U Bq-1, the deviation is 15,73%.
From experiment calculation, the air-kerma strength per unit activity at 10 cm in air is 0,001. 10-8 U Bq-1 and simulation's result is 8,18. 10-8U Bq-1, this large difference may be caused of activity based on PIRS-629r is the real activity of the source, not the apperent activity. The air-kerma strength per unit activity in water shows the effective distance for tissue in brachytherapy treatment is less than 5,5 cm or about 5 cm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29455
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Margo Setiawan
"Telah dilakukan penelitian brakiterapi LDR dengan sumber Ir 192 dengan menggunakan dosimeter film Gafchromic EBT-2 dengan perlakuan di medium air dan diudara, berdasarkan kalibrasi dari penelitian sebelumnya piksel value yang didapat dari pembacaan scanner diinterpolasi menjadi nilai dosis absolute. Protokol AAPM TG 43 digunakan sebagai acuan untuk menentukan persentase distribusi dosis pada setiap titik dan menjadi acuan sebagai penentu fungsi geometri sebagai faktor koreksi sumber dan fungsi dosis radial sebagai faktor koreksi atenuasi dan hamburan pada setiap titik tersebut. Telah dilakukan penelitian brakiterapi LDR dengan sumber Ir 192 dengan menggunakan dosimeter film Gafchromic EBT-2 dengan perlakuan di medium air dan diudara, berdasarkan kalibrasi dari penelitian sebelumnya piksel value yang didapat dari pembacaan scanner diinterpolasi menjadi nilai dosis absolute. Protokol AAPM TG 43 digunakan sebagai acuan untuk menentukan persentase distribusi dosis pada setiap titik dan menjadi acuan sebagai penentu fungsi geometri sebagai faktor koreksi sumber dan fungsi dosis radial sebagai faktor koreksi atenuasi dan hamburan pada setiap titik tersebut."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29461
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rifki Andrian
"Ir-192 adalah sumber radiasi brakiterapi yang sudah uinuin digunakan. Tujuan peinbelajaran ini adalah untuk inemperoleh gainbaran fungsi dosiinetri yang telah dUelaskan di AAPM TG-43 untuk karakteristik dosiinetri suinber Ir-192 LDR yang digunakan dalam brakiterapi. Semua pengukuran diambil inenggunakan Jilin Gafchromic EBT 2 pada media udara dan air yang equivalent dengan fantoin. Nilai derajat kehitainan akan dianalisa inenggunakan corel draw software dengan inengubah chanel 3 warna (RGB) menjadi chanel I warna inerah. Densitas optic yang berupa pixel value akan dikonversi inenjadi dosis dengan data kalibrasi Jilin. Pengukuran dosis pada suinbu radial dilakukan pada jarak 5mm sainpai 50 min dengan interval 5 min dan pada sudut polar 00 sanipai 1800 interval 100. Fungsi dosiinetri didapat yang berupa fungsi dosis radial dan anis0tr0pi distribusi dosis akan dibandingkan dengan apa yang telah inenjadi kesepakatan dengan kalkulasi Monte Carlo. Peinbelajaran ini inenegaskan kemungkinan karakteristik dosiinetri Jilin Gafchroinic EBT 2 pada parameter TG-43 untuk sumber Ir-192 LDR.
......Ir-192 source is widely used in high dose rate brachytherapy. The aim of this study was to derive the brachytherapy dosimetic functions described in AAPM TG-43 to characterize the dosimetry Ir-192-LDR Source. All the measurements were carried out with Gafchromic EBT 2 jilm in air and water equivalent solid phantom. The grey values were analyze by using corel draw software with changed (RGB) chanel to only a red chanel. Optical density such as pixel value was converted to dose using calibration flm. Measurements were carried out by measuring the dose at radial distances #om 5 mm to 50 mm with interval of 5 mm and at polar angle 0°»]80° in 10° intervals. Dosimetric functions such as radial dose functions and anisotropy of the dose distribution were found to be in good agreement with Monte Carlo calculations. This study confrms the feasibility of radiochromic EBT 2 jilm dosimetry in characterization ofthe TG-43 parameters for Ir-192 LDR."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29465
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Soehartati Argadikoesoemo Gondhowiardjo
"Dalam penangganan penyakit keganasan saat ini disamping hasil terapi, kualitas hidup penderita merupakan hal yang juga sangat penting dan perlu mendapat perhatian khusus. Khususnya dalam hal keganasan pada organ-organa yang mempunyai fungsi dan aspek kosmetik, maka perlu sekali adanya modalitas terapi yang dapat memberikan hasl terapi sebanding dengan tingkat fungsi organ dan kosmetik yang memberi kenyamanan pada penderita. Salah satu modalitas yang dapat digunakan pada beberapa keadaan khusus keganasan yang memberikan tingkat keberhasilan terapi disertai dengan kualitas hidup yang baik bagi penderita adalah penggunaan brakiterapi. Brakiterapi adalah salah satu metode pemberian radiasai dengan mendekatkan dan menusukkan sumber radiasi ke daerah target sehingga akan memberikan dosis yang dapat mematikan sel tumor pada daerah target, dengan dosis serendah mungkin pada organ penting sekitarnya. Dengan ditemukan berbagai sumber radiasi misalnya iridium penggunaan brakterapi sangat berkembang. Sumber radiasi ini dapat digunakan pada berbagai lokasi keganasan secara implantasi. Pada keganasan anorektal, brakterapi secara implantasi maupun intrakaviter, baik kombinasi dengan radiasi eksterna maupun brakiterapi saja dapat memberikan hasil terapi yang baik dengan penyelamatan sfinker anal dan fungsinya.

Brachytherapy in the Treatment of Anorectal Cancer. Nowadays in the treatment of malignant diseases, besides therapeutically results, the patient?s quality of life is considered very important and needs special attention. It is imperative to develop a therapy method that will yield results which gives more comfort to the patient, in particular concerning malignancies in organs with important functions and having cosmetic aspects. One modality, which can be used in special cases, that gives good results and good quality of life for the patient is brachytherapy. Brachytherapy is a method of radiotherapy by placing or inserting a radiation source in the target area in order to give a radiation dose enough to kill cancer cells but with a low dosage for the surrounding important organs. The use of brachytherapy has flourished by the findings of several radiation sources such as iridium, which can be implanted in several malignant locations. In anorectal malignancy, implantation and intracavity brachytherapy with or without external radiation give good results in saving the anal sphincter and its function."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Effendy
"Simulasi distribusi dosis sumber Ir-192 LDR brakiterapi buatan PRR BATAN Serpong dengan metode Monte Carlo pada medium air dan udara dengan menggunakan simulasi computer telah dilakukan. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran kurva isodosis dan fungsi dosimetri yang telah dijelaskan di AAPM TG-43 untuk karakteristik dosimetri sumber LDR yang digunakan dalam brakiterapi seperti konstanta laju dosis, faktor geometri, fungsi dosis radial, dan fungsi anisotropi. Program yang digunakan adalah EGS/BEAMnrc yang sesuai untuk penelitian ini. Pengukuran dosis pada sumbu radial dilakukan pada jarak 5 mm sampai 100 mm dengan interval 1 mm. Fungsi dosimetri didapat berupa kurva isodosis dan fungsi anisotropi distribusi dosis pada medium udara dan air dan akan dibandingkan dengan apa yang telah menjadi kesepakatan dengan kalkulasi Monte Carlo dengan protokol AAPM TG-43. Diperoleh kurva fungsi dosis radial yang fluktuatif pada medium air. Hal ini dikarenakan tingkat ketidakpastian pada medium air tinggi sehingga diperlukan histori yang cukup tinggi pada simulasi. Formulasi AAPM TG-43 dapat mengkoreksi pengukuran di udara sehingga ekuivalen dengan pengukuran di air (konstanta laju dosis), koreksi geometri sumber (faktor geometri dan fungsi anisotropi), koreksi isodose (fungsi anisotropi), dan koreksi isodose pada sumbu 90º (fungsi dosis radial).
......Dose distribution simulation of Ir-192 LDR brachytherapy source made by PRR BATAN Serpong using Monte Carlo Method on water and air have been done. The aim of this study was to derive the isodose curve and brachytherapy dosimetric functions described in AAPM TG-43 to characterize the dosimetry Ir-192 source such as dose rate constant, geometry factor, radial dose function, and anisotropy function. EGS/BEAMnrc was used for this research. Measurement were carried out by measuring the the dose at radial distances from 5 mm to 100 mm with interval of 1 mm. Dosimetric functions such as isodose curve and anisotropy of the dose distribution were found to be in good agreement with Monte Carlo Calculation by AAPM TG-43 protocol. Radial dose function curve was fluctuate on water. This is due to uncertainty rate on water was very high so it requires high number of history on simulation. AAPM TG-43 formula can correcting measurement in air to be equivalent with measurement in water (dose rate constant), correcting source?s geometry (geometry factor and anisotropy function), correcting isodose (anisotropy function), and correcting isodose in 90º (radial dose function). "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S202
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Trifena Kristiani
"Brakiterapi merupakan salah satu pengobatan efektif untuk kanker serviks karena memungkinkan memberikan dosis tinggi pada tumor tetapi memiliki resiko untuk organ radiosensitive di sekitarnya seperti buli dan rektum. Perencanaan pengobatan yang tepat dapat meminimalkan dosis buli dan rektum yang diterima. Untuk mengetahui keakurasian dosis buli dan rektum hasil perhitungan Treatment Planning System (TPS) dengan dosis sebenarnya diperlukan pengukuran langsung.
Penelitian ini menggunakan fantom khusus yang terbuat dari bahan akrilik sebanyak 12 lembar balok akrilik membentuk kubus berukuran 20 x 20 x 12 cm3 yang didalamnya terdapat beberapa hole yang digunakan untuk meletakkan aplikator yang digunakan sebagai tempat sumber iridium-192 dihubungkan dengan pesawat brakiterapi HDR Microselectron V2 dan detektor ionisasi PTW Farmer TM 30013 serta electrometer Unidos.
Dua metode pengukuran yang digunakan yaitu penggunaan aplikator tabung intrauterine dan sepasang ovoid serta penggunaan sepasang ovoid tanpa tabung intrauterine dengan pemberian dosis titik A atau titik referensi sebesar 700, 850 dan 1000 cGy. Dari penelitian ini didapatkan dosis fantom yang terukur mendekati dosis hasil perhitungan TPS.
......Brachytherapy is one effective treatment for cervical cancer because it allows to give high doses to the tumor but has a risk to radiosensitive organs in the vicinity such as bladder and rectum. Planning appropriate treatment can minimize the dose received bladder and rectum. To determine the accuracy of dose calculation results of bladder and rectum Treatment Planning System (TPS) with direct measurement of the dose is actually necessary.
This study uses a special phantom made of acrylic material as much as 12 sheets of acrylic blocks to form a cube measuring 20 x 20 x 12 cm 3 in which there are several holes that are used to put the applicator that is used as a source of iridium-192 HDR brachytherapy is connected by Microselectron V2 unit and PTW Farmer ionization detector and electrometer Unidos TM 30 013.
Two methods of measurement used is the use of intrauterine applicator tube and a pair of ovoid and the use of a pair of ovoid without intrauterine tube with a dose of point A or point of reference by 700, 850 and 1000 cGy. From this study obtained a measured dose phantom approaching TPS dose calculation results."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1073
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rusmanto
"Telah dilakukan penelitian untuk memperoleh distribusi dosis sumber brakiterapi Ir-192 HDR (High Dose Rate) Mikroselektron Klasik dalam medium air dengan Monte Carlo EGSnrc. Parameter dosis dikalkulasi sesuai dengan rekomendasi AAPM TG 43 seperti: kekuatan kerma udara, konstanta laju dosis, fungsi dosis radial, dan fungsi anisotropi. Hasil kalkulasi diperoleh nilai kekuatan kerma udara (Sk/A) sebesar 9,65 x 10-8 U.Bq-1 dengan nilai konstanta laju dosis (Λ) sebesar 1,121 cGy h-1 U-1. Dalam klinis, brakiterapi umumnya menggunakan distribusi dosis dari multi sumber. Distribusi dosis tersebut sangat ditentukan oleh interval antar sumber. Dengan mengambil referensi dosis di titik sumbu utama pada jarak 1,0 cm dari sumber maka distribusi dosis mulai tidak homogen bila interval antar sumber ≥ 1,5 cm terutama untuk r ≤ 1,0 cm.
......This study presents the results of EGSnrc Monte Carlo calculations of the dose distribution of Ir-192 brachytherapy HDR (High-Dose Rate) Microselectron Classic sources in water medium. Parameters of dose were calculated according to AAPM TG 43 recommendations such as air kerma strength, dose rate constant, radial dose function and anisotropy function. The results of calculations obtained air kerma strength (Sk/A) of 9.65 x 10-8 U.Bq-1 with dose rate constant (Λ) of 1.121 cGy.h-1.U-1. In clinical, brachytherapy generally used dose distribution from multi-sources. The dose distribution is mostly determined by the interval between sources. By taking reference dose at the point of the main axis at a distance of 1.0 cm from the source dose distribution started not homogeneous when the interval between sources ≥ 1.5 cm especially for r ≤ 1.0 cm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T30017
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Prasetya Wibisono
"Tujuan: Mengetahui keselarasan dalam delineasi brakiterapi 3D dan mencari tahu apakah gambaran delineasi dari rekomendasi delineasi brakiterapi 3D oleh IBS-GEC ESTRO-ABS 2021 dapat menjadi model prediksi respon terapi pada pasien kanker serviks yang menjalani brakiterapi 3D dengan modalitas CT scan serta mendapatkan cutoff volume HRCTV yang menjadi indikasi pemberian tambahan interstitial pada brakiterapi intrakaviter.
Metodologi: Penelitian merupakan studi case control. Melakukan delineasi ulang HRCTV dengan rekomendasi IBS-GEC ESTRO-ABS 2021 pada 130 pasien kanker serviks yang mendapat brakiterapi 3D di RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2018-2020 lalu dilakukan penghitungan DSC serta analisis variabel pada respon terapi dan cut-off volume HRCTV.
Hasil: Delineasi pada 374 fraksi brakiterapi 3D mendapatkan rerata nilai kemiripan/ DSC 74%. Adanya perbedaan volume HRCTV antar kelompok respon terjadi pada kelompok DSC ≥ 80% (p=0.0129). Tidak terdapat perbedaan volume & dosis D90 HRCTV lama pada pada kelompok respon komplit dengan respon tidak komplit (p=0.075 & p=0.22) sedangkan terdapat perbedaan bermakna pada HRCTV rekomendasi (p=0.0068 & p=0.0403). Analisis multivariat mendapatkan histologi, kemoradiasi dan kriteria brakiterapi menjadi prediktor independen yang mempengaruhi respon terapi (p=0.03, p=0.043 & p=0.000). Cut-off HRCTV diambil dari HRCTV lama pada kelompok DSC ≥ 80% mendapatkan HRCTV 43.29 cc dengan sensitivitas 100% dan spesifisitas 77%.
Kesimpulan: Delineasi yang dilakukan dengan nilai kemiripan (DSC) minimal 80% dengan delineasi rekomendasi IBS-GEC ESTRO-ABS 2021 dapat memberikan gambaran perbedaan volume antar kelompok respon terapi yang sejalan dengan penelitian yang sudah ada dan dengan menggunakan pemetaan delineasi rekomendasi dapat ditemukan cut-off volume HRCTV 43.29 cc sebagai batas volume indikasi penambahan interstitial pada brakiterapi intrakaviter sehingga volume pada HRCTV yang besar bisa mendapatkan sebaran dosis yang lebih dan dengan total dosis lebih tinggi tanpa meningkatkan toksisitas OAR.
......Aims: To find out the alignment in the delineation of 3D brachytherapy and whether the delineation of the recommended 3D brachytherapy by IBS-GEC ESTRO-ABS 2021 can be a predictive model of therapy response in cervical cancer patients undergoing 3D brachytherapy with CT scan modalities and get a cut-off HRCTV volume which is an indication for interstitial adjunct in intracavitary brachytherapy.
Methodology: This is a case-control study. Re-delineating HRCTV with IBS-GEC ESTRO-ABS 2021 recommendations on 130 cervical cancer patients who received 3D brachytherapy at Cipto Mangunkusumo Hospital in 2018-2020 and then carried out DSC calculations and analysis of variables on therapy response and cut-off volume of HRCTV.
Results: Delineation of 374 3D brachytherapy fractions obtained an average similarity value/DSC of 74%. The difference in HRCTV volume between response groups occurred in the DSC group at 80% (p=0.0129). There was no difference in volume & dose of old D90 HRCTV in the complete response group with incomplete response (p = 0.075 & p = 0.22) while there was a significant difference in the recommended HRCTV (p = 0.0068 & p = 0.0403). Multivariate analysis found that histology, chemoradiation, and brachytherapy criteria were independent predictors that affected the response to therapy (p=0.03, p=0.043 & p=0.000). The cut-off of HRCTV was taken from the old HRCTV in the DSC group at 80% and got 43.29 cc of HRCTV with a sensitivity of 100% and a specificity of 77%.
Conclusion: The delineation carried out with a similarity value (DSC) of at least 80% with the IBS-GEC ESTRO-ABS 2021 recommendation can provide an overview of the difference in volume between therapy response groups which is in line with existing research and by using the recommendation delineation mapping can be found cut-off off the volume of 43.29 cc HRCTV as a volume limit indication of interstitial addition to intracavitary brachytherapy so that large volumes of HRCTV can get more dose distribution and with a higher total dose without increasing OAR toxicity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>