Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanna Vita Paulana
Abstrak :
Dalam melakukan skrinning payudara, pesawat mamografi harus dapat mencitrakan mikrokalsifikasi dengan ukuran sekecil mungkin. Namun besar dosis glandular rerata (mean glandular dose, MGD) yang sampai ke payudara tidak boleh melebihi batas yang dianjurkan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka kombinasi target/filter yang digunakan saat melakukan pengeksposan harus disesuaikan terhadap ketebalan payudara. Evaluasi kualitas citra terhadap variasi kombinasi target/filter dapat dilakukan dengan menggunakan fantom CDMAM. Dari dua metode yang digunakan dalam mengevaluasi citra fantom CDMAM, metode digital lebih unggul dibanding metode manual. Selain evaluasi citra, nilai MGD yang diterima fantom dihitung dengan cara mengalikan nilai kerma udara disetiap ketebalan dengan faktor konversi kerma udara menjadi MGD. MGD dihitung menggunakan persamaan dan faktor konversi yang dipublikasikan IAEA Human Health Series No. 17 - Quality Assurance Programme for Digital Mammography, kemudian dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan tiga publikasi lainnya. Kualitas citra terbaik untuk fantom ketebalan di bawah 32 mm diperoleh dengan menggunakan kombinasi target/filter Mo/Mo, sedangkan untuk ketebalan di atas 45 mm terbaik menggunakan Mo/Rh. ...... In performing breast screening, a mammography must be capable of imaging microcalcifications with the smallest possible size. However, the mean glandular dose (MGD) should not exceed the recommended limits. To achieve the goal then the utilization of target/filter combination should be adjusted to the thickness of the breast. The evaluation of image quality against variations in target/filter combinations can be done by using CDMAM phantom. There are two methods of CDMAM phantom image quality assessment, and the digital method is considered superior to the manual one. In addition to the evaluation of image quality, MGD received by the phantom was also calculated by multiplying the air kerma value at each thicknesses with the air kerma conversion factor into MGD. The calculation of MGD follow the equation and convertion factors that published by IAEA Human Health Series No. 17 – Quality Assurance Programme for Digital Mammography, then being compared with three another publication. The best image quality for the phantom thickness below 32 mm achieved by using Mo/Mo target/filter combination, meanwhile for the phantom thickness above 45 mm achieved by using Mo/Rh.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55201
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Nurjanah
Abstrak :
Kurangnya kesadaran wanita untuk memeriksakan diri sejak dini menyebabkan masih tingginya angka prevalensi kanker payudara, Mamografi adalah salah satu langkah penting untuk mengetahui lebih dini. Namun, tak sedikit dari mereka yang enggan untuk menjalani prosedur ini hanya karena merasa cemas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalani pemeriksaan mammografi. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan sampel semua pasien yang menjalani pemeriksaan mammografi di Rumah Sakit Kanker Dharmais sebesar 95 responden yang dipilih dengan teknik accidental sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Hamilton Rate Scale for Anxiety. Hasil penelitian menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalani pemeriksaan mammografi sebanyak kecemasan ringan 54,7%, 34,7% kecemasan sedang, 10,5% kecemasan berat. Dari hasil penelitian yang didapatkan mayoritas pasien yang akan menjalani pemeriksaan mammografi mengalami kecemasan ringan dan sedang, hal ini dikarenakan kurangnya pemberitahuan akan prosedur yang akan dilakukan dan kurang adanya mekanisme koping yang baik pada diri pasien. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran bagi layanan keperawatan, penjelasan perlu dilakukan untuk mengurangi tingkat kecemasan. Penanganan kecemasan pasien juga menjadi penting artinya bagi layanan keperawatan. ......Lack of awareness of women to check her self early on led to the high prevalence of breast cancer, Mammography is one important step to find out early. However, not a few of them are reluctant to get this procedure because they feel anxious. This study aims to describe the level of anxiety in patients who will get screening mammography. This is a descriptive study design using a sample of all patients who get screening mammography at Cancer Hospital Dharmais by 95 respondents were selected by accidental sampling technique. The instrument used was a questionnaire Hamilton Rate Scale for Anxiety. The results using univariate analysis. The results showed the level of anxiety in patients undergoing mammography examination anxiety as much as 54.7% mild, 34.7% moderate anxiety, 10.5% severe anxiety. Results obtained from the majority of patients who get screening mammography will experience mild and moderate anxiety, this is due to the lack of notice to the procedure to be performed and the lack of a good coping mechanism in the patient. The result is expected to provide an overview for nursing services, an explanation should be made to reduce the level of anxiety. Handling anxiety patients also become important for nursing services.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S52933
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Muharani Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan analisis citra secara kuantitatif dan kualitatif pada pesawat Siemens Mammomat Inspiration menggunakan fantom 3D mamografi yang berisi 15 lesi target (5 massa berspikula, 5 massa tanpa spikula, dan 5 grup mikrokalsifikasi) dengan ukuran yang berbeda dalam latar yang inhomogen. Variasi jenis, ukuran diameter objek, dan dosis yang diberikan berpengaruh pada analisis citra secara kualitatif -bergantung pada kemampuan mata pengamat- yang direpresentasikan sebagai percentage correctly detected (PC) dan kuantitatif - berdasarkan parameter nilai piksel, kontras, signal to noise difference ratio (SDNR), dan indeks detektabilitas (d?). Dari hubungan parameter kuantitatif dengan PC dapat ditentukan nilai ambang yang sesuai dengan PC=62.5% berdasarkan kurva psikometrik berbasis fungsi logistik. Nilai ambang yang diperoleh untuk nilai piksel, kontras, SDNR, dan d? pada massa spikula adalah 313,4±129, 4,49%±0,70%, 1,57±0,27, dan 4,19±0,66, pada massa tanpa spikula adalah 315,7±5,8, 3,24%±0,94%, 1,11±0,35, dan 3,00±0,86, sedangkan untuk mikrokalsifikasi bernilai 310,2±0,1, 5,37%±0,00%, 1,91±0,00, dan 0,15±0,00. Parameter kuantitatif yang mendekati analisa kualitatif adalah kontras (R2=0,92) untuk massa berspikula, d? untuk massa tanpa spikula (R2=0,83), dan untuk massa mikrokalsifikasi semua parameter menggambarkan PC dengan baik. PV, kontras, dan SDNR sangat bergantung pada spesifikasi sistem. Nilai d? yang merepresentasikan hasil model non prewhitening with eye filter (NPWE) yang tidak bergantung pada spesifikasi sistem, juga memiliki hubungan yang cukup dekat dengan PC dengan R2 bernilai 0,91 untuk massa berspikula, 0,83 untuk massa tanpa spikula, dan 1,00 untuk mikrokalsifikasi.Telah dilakukan analisis citra secara kuantitatif dan kualitatif pada pesawat Siemens Mammomat Inspiration menggunakan fantom 3D mamografi yang berisi 15 lesi target (5 massa berspikula, 5 massa tanpa spikula, dan 5 grup mikrokalsifikasi) dengan ukuran yang berbeda dalam latar yang inhomogen. Variasi jenis, ukuran diameter objek, dan dosis yang diberikan berpengaruh pada analisis citra secara kualitatif -bergantung pada kemampuan mata pengamat- yang direpresentasikan sebagai percentage correctly detected (PC) dan kuantitatif - berdasarkan parameter nilai piksel, kontras, signal to noise difference ratio (SDNR), dan indeks detektabilitas (d?). Dari hubungan parameter kuantitatif dengan PC dapat ditentukan nilai ambang yang sesuai dengan PC=62.5% berdasarkan kurva psikometrik berbasis fungsi logistik. Nilai ambang yang diperoleh untuk nilai piksel, kontras, SDNR, dan d? pada massa spikula adalah 313,4±129, 4,49%±0,70%, 1,57±0,27, dan 4,19±0,66, pada massa tanpa spikula adalah 315,7±5,8, 3,24%±0,94%, 1,11±0,35, dan 3,00±0,86, sedangkan untuk mikrokalsifikasi bernilai 310,2±0,1, 5,37%±0,00%, 1,91±0,00, dan 0,15±0,00. Parameter kuantitatif yang mendekati analisa kualitatif adalah kontras (R2=0,92) untuk massa berspikula, d? untuk massa tanpa spikula (R2=0,83), dan untuk massa mikrokalsifikasi semua parameter menggambarkan PC dengan baik. PV, kontras, dan SDNR sangat bergantung pada spesifikasi sistem. Nilai d? yang merepresentasikan hasil model non prewhitening with eye filter (NPWE) yang tidak bergantung pada spesifikasi sistem, juga memiliki hubungan yang cukup dekat dengan PC dengan R2 bernilai 0,91 untuk massa berspikula, 0,83 untuk massa tanpa spikula, dan 1,00 untuk mikrokalsifikasi.
ABSTRAK
Qualitative and quantitative image analysis has been carried out on SIEMENS Mammomat Inspiration mammography system using 3D structured phantom containing 15 lesion (5 spiculated masses, 5 non spiculated masses, and 5 groups of micro calcification) with different sizes in inhomogeneous background. The variations of object type, object diameter and dose given in data acquisition affect qualitative image analysis - depends on the ability of the eyes- which represented by percentage correctly detected (PC) and the quantitative parameters -pixel values, contrast, SDNR, and detectability index (d '). The relationship of quantitative parameters with PC can be specified by the threshold value which corresponding to PC = 62.5% by psychometric curve based on logistic function. The threshold value obtained for pixel value, contrast, SDNR, and d ' for spiculated masses are 313.4 ± 129, 4.49 ± 0.70%, 1.57 ± 0.27 and 4.19 ± 0.66, for non spiculated masses are 315.7 ± 5.8, 3.24 ± 0.94%, 1.11 ± 0.35 and 3.00 ± 0.86, while for micro calcifications are 310.2 ± 0, 1, 5.37 ± 0.00%, 1.91 ± 0.00 and 0.15 ± 0.00. Quantitative parameters fairly describe the qualitative analysis is contrast (R2=0.92) for spiculated masses, d? with R2=0.83 for nonspiculated mases, and for micro calcification all the parameters have good relationship with PC. PV, contrast, and SDNR depends on system specification, meanwhile d? value which obtained by NPWE model observer is system independent and has a close relationship with the PC with R2 value 0.91 for spiculated masses, 0,83 for non spiculated masses, and 1,00 for micro calcifications.
2016
S64169
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Skila Mardotilah
Abstrak :
Parameter utama yang dapat menggambarkan kinerja sinar-X terhadap kualitas citra mamografi yaitu resolusi dan noise. Parameter ini dapat dievaluasi oleh parameter Fourier, yaitu MTF, NPS dan DQE. MTF (Modulation Transfer Function) berguna untuk menganalisis detail dan kontras secara bersamaan. NPS (Noise Power Spectrum) berguna untuk menganalisis komposisi frekuensi spasial noise pada gambar. DQE (Detective quantum efficiency) adalah ukuran efek gabungan dari sinyal (terkait dengan kontras gambar) dan kinerja noise dari sistem pencitraan. Penelitian ini merupakan studi retrospektif dari data QC yang bertujuan untuk mempelajari dan mengevaluasi MTF, NPS dan DQE terhadap variasi kualitas berkas radiasi dan tipe detektor. Data yang digunakan merupakan citra DICOM dengan variasi kombinasi anode/filter, variasi tegangan dan variasi tipe detektor. Pengukuran MTF, NPS dan DQE dilakukan dengan menggunakan software Imagej dengan plugin COQ mengacu pada pedoman European Guidelines dan IEC-62220-1-2. Hasil penelitian menunjukan bahwa variasi kualitas berkas radiasi tidak menunjukan pengaruh signifikan pada parameter Fourier. Sementara tipe detektor dapat mempengaruhi parameter Fourier berdasarkan teknologi yang digunakan. ......The main parameters that can describe the performance of X-rays on the quality of mammography images are resolution and noise. This parameter can be evaluated by Fourier parameters, namely MTF, NPS and DQE. MTF (Modulation Transfer Function) is useful for analyzing detail and contrast simultaneously. NPS (Noise Power Spectrum) is useful for analyzing the spatial frequency composition of noise in an image. DQE (Detective quantum efficiency) is a measure of the combined effect of the signal (related to image contrast) and noise performance of an imaging system. This research is a retrospective study of QC data which aims to study and evaluate MTF, NPS and DQE against variations in radiation beam quality and detector type. The data used are DICOM images with anode/filter variations, voltage variations, and detector type variations. MTF, NPS and DQE measurements were carried out using Imagej software with the COQ plugin referring to European Guidelines and IEC-62220-1-2. The results showed that the variation of the radiation beam quality did not show a significant effect on the Fourier parameter. While the type of detector can affect the Fourier parameters based on the technology used.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samsu Herawan
Abstrak :
ABSTRAK
Pembacaan mammografi merupakan aktifitas yang memerlukan pengetahuan dan kemampuan yang handal. Keberhasilan pengobatan kanker payudara tergantung pada deteksi dini dan diagnosis kelainan payudara. Mamografi adalah pemeriksaan terbaik yang tersedia untuk mendeteksi tanda-tanda awal kanker payudara seperti massa, kalsifikasi, asimetri bilateral dan distorsi arsitektur. Karena keterbatasan pengamat manusia, komputer memiliki peran utama dalam mendeteksi tanda-tanda awal kanker. Metode watershed diharapkan dapat memberikan informasi berbagai fitur yang menentukan kelainan dan fakta bahwa mereka sering tidak bisa dibedakan dari jaringan sekitarnya. computer aided diagnosis mammography diharapkan dapat membantu dalam pembacaan ketidak normalan pada payudara . Segmentasi watershed dengan pemilihan filter yang tepat dapat menghasilkan citra yang bisa membantu dalam melakukan diagnosa. Untuk proses diagnosis diperlukan nilai spesifisitas dan sensitivitas yang tinggi. Hasil evaluasi pada metode watershed dan batas ambang untuk nilai sensitivitas dan spesifisitas memiliki perbedaan 45% dan 12%. evaluasi ROC kombinasi sobel watershed memiliki nilai akurasi 83% dan kombinasi prewitt watershed memiliki nilai akurasi 85%
ABSTRACT
The reading of mammography is an activity that requires knowledge and a powerful ability. Successful treatment of breast cancer depends on early detection and diagnosis of breast abnormalities. Mammography is the best available inspection to detect early signs of breast cancer such as mass, calcification, bilateral asymmetry and architectural distortion. Due to the limitations of the human observer, the computer has a major role in detecting early signs of cancer. Watershed method is expected to provide information on various features that define the disorder and the fact that they often can not be distinguished from the surrounding tissue. mammography computer-aided diagnosis is expected to assist in the reading of abnormalities in the breast. Watershed segmentation with the selection of the right filter can produce images that could help to make diagnosis. For the diagnostic process is required specificity and high sensitivity. The results of the evaluation at watershed method and the threshold for sensitivity and specificity have a difference of 45% and 12%. ROC evaluation Sobel combination watershed has a value of 83% accuracy and combination prewitt watershed has a value of 85 % accuracy
2016
T46686
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Nasseri
Abstrak :
Mamografi merupakan pemeriksaan baku emas dan merupakan modalitas satu-satunya untuk skrining payudara perempuan. Namun efektivitas mamografi menurun terutama pada payudara berdensitas padat. Handheld ultrasonography (HHUS) sering diperlukan sebagai pelengkap mamografi dan dapat meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas untuk deteksi kanker payudara berdensitas padat. Automated breast ultrasound (ABUS) merupakan modalitas relatif baru dengan beberapa kelebihan dibandingkan dengan HHUS antara lain reproducible, variabilitas yang rendah, waktu akuisisi lebih singkat dan konsisten, serta ukuran transduser yang lebar sehingga mencakup payudara lebih menyeluruh dan dapat melakukan karakterisasi lesi yang ukurannya melebihi lebar transduser HHUS dengan lebih baik. Saat ini penggunaan ABUS belum merata di rumah sakit di Indonesia, dan penelitian mengenai ABUS masih terbatas, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai ABUS dibandingkan dengan modalitas lain secara lebih obyektif. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian temuan, morfologis, dan lokasi lesi di payudara berdasarkan densitas mamografi dan HHUS dengan densitas mamografi dan ABUS. Metode: Dilakukan pemeriksaan payudara menggunakan mamografi, HHUS GE tipe Logic S8 dengan transduser linear 7-12 MHz, dan ABUS GE Invenia dengan transduser konkaf linear 6-12 MHz. Seluruh pemeriksaan HHUS dan ABUS dilakukan sendiri oleh peneliti di Departemen Radiologi RSCM, dan dikonfirmasi oleh Dokter Spesialis Radiologi konsultan payudara bersertifikasi ABUS untuk menentukan ada atau tidaknya lesi, morfologis, dan lokasi lesi. Kesesuaian hasil pemeriksaan mamografi-ABUS dan mamografi HHUS dianalisis menggunakan uji Mc Nemar. Hasil: Terdapat 30 subyek penelitian dan diperoleh 48 sampel payudara, dengan rentang usia 36-66 tahun (rerata ± SD 51,4 ± 8,5 tahun). Dalam menentukan ada tidaknya lesi, pemeriksaan mamografi- HHUS dan mamografi-ABUS memiliki kesesuaian dengan level sedang (moderate agreement), nilai Kappa 0,43 dan 0,49 (p 0,002 dan p 0,001); dalam menentukan morfologis lesi memiliki kesesuaian dengan level sedang (moderate agreement) dengan nilai Kappa 0,51 dan 0,43 (p 0,000 dan 0,000); serta dalam menentukan lokasi lesi memiliki kesesuaian dengan level fair agreement dengan nilai Kappa 0,37 dan 0,36 (p 0,000 dan 0,000). Simpulan: Kombinasi mamografi-HHUS memiliki kesesuaian dengan level relatif setara dalam menentukan ada tidaknya lesi dan lokasi lesi, namun sedikit lebih tinggi dalam menilai morfologis lesi dibandingkan dengan kombinasi mamografi- ABUS. ......Background: Mammography is the gold standard and well known to be a powerful screening tool in the detection of breast cancer. However its sensitivity is reduced in women with dense breasts. Additionally, women with dense breasts have an increased risk of developing breast cancer while mammography has a lower sensitivity. Handheld ultrasonography (HHUS) is often needed as a adjunction to mammography, can increase sensitivity and specificity for detection of cancer in dense breast breasts. Automated breast ultrasound (ABUS) is a relative new modality with several advantages compared to HHUS including reproducible, low variability, shorter and consistent acquisition time, and a wide transducer size that covers the breast more thoroughly and can characterize lesions whose size exceeds the width of the transducer HHUS better. At present the use of ABUS is not evenly distributed in hospitals in Indonesia, and research on ABUS is still limited, so it is necessary to conduct research on ABUS compared to other modalities more objectively. Objective : This study aims to determine the alternative selection of HHUS and ABUS examination to detect abnormalities in the breast based on mammographic density. Method: Breast examination using mammography, HHUS GE Logic S8 with 7-12 MHz linear transducer, and GE Invenia ABUS with 6-12 MHz linear concave transducer. All HHUS and ABUS examinations are carried out solely by researchers in the Radiology Department of the RSCM, and are confirmed by an ABUS certified breast consultant radiologist to determine the presence, morphology, and location of the lesion. The suitability of ABUS mammography and HHUS mammography results were analyzed using the Mc Nemar test. Result: There were 30 subjects and 48 breast samples were obtained, with an age range of 36-66 years (mean ± SD 51.4 ± 8.5 years). In determining the presence or absence of lesions, examination of mammography- HHUS and mammography-ABUS is in accordance with moderate agreement and Kappa values 0.43 and 0.49 (p 0.002 and p 0.001); in determining the morphology of the lesion is in accordance with moderate agreement and Kappa value 0.51 and 0.43 (p 0,000 and 0,000); and in determining the location of the lesion is in accordance with fair agreement and Kappa values of 0.37 and 0.36 (p 0,000 and 0,000). Conclusion : The mammographic-HHUS combination is compatible with a relatively equal level in determining the presence or absence of the lesion and location of the lesion, but is slightly higher in assessing the morphology of the lesion compared with the mammographic- ABUS combination.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Philip Waruna
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan: Kanker payudara merupakan kanker yang menempati urutan pertama dari keseluruhan kanker pada perempuan di Indonesia dan menurut data dari Indonesia Journal of Cancer 2012 menyebabkan kematian sebesar 458.000 perempuan. Kepadatan payudara merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker payudara yang dipicu oleh adanya estrogen yang menjadi prekursor jaringan fibrogladular menjadi padat. Pada perempuan dengan kanker payudara dan densitas payudara yang tinggi ditemui juga adanya perlemakan hati yang tinggi. Hubungan antara pasien dengan kanker payudara dengan densitas payudara yang tinggi dan perlemakan hati masih belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kepadatan jaringan payudara yang diperiksa dengan mammografi dan perlemakan hati yang diperiksa dengan ultrasonografi serta melihat hubungannya dengan estrogen reseptor yang diperiksa dengan immunohistokimia. Metode: Penelitian potong lintang menggunakan data sekunder ultrasonografi abdomen dan mammografi dari sistem PACS RS Kanker Dharmais. Penilaian yang dilakukan dengan melihat derajat kepadatan payudara yang diperiksa dengan mammografi dan derajat perlemakan hati yang diperiksa dengan ultrasonografi serta melihat status estrogen reseptor dari immunohistokimia pada pasien kanker payudara tersebut. Analisa data dilakukan dengan mengelompokan kepadatan payudara sampai 50 % dan kelompok lain dengan kepadatan lebih dari 50% dan membandingkan dengan perlemakan hati ringan dan berat. Hasil: Pengelompokan pasien dengan kepadatan payudara sampai 50% menunjukkan terdapat banyak perlemakan hati berat, demikian juga pada kepadatan payudara yang lebih besar dari 50% menunjukkan terdapat lebih banyak lagi perlemakan hati derajat berat namun secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan Nilai Odds Ratio (OR) = 0.60 dengan 95% Interval Kepercayaan 0.12 – 3.01. Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kecenderungan hubungan antara kepadatan jaringan payudara yang tinggi dengan perlemakan hati yang juga tinggi walaupun secara statistik tidak menunjukkan hasil yang signifikan.
ABSTRACT
Background and Objectives: Breast cancer are the most common cancer and the first in all cancer that affected women in Indonesia and the data from Indonesian Journal of Cancer 2012 said, it cause death for about 458.000 women. Breast density are one of the risk factor that cause breast cancer and estrogen are the precursor for high density of the fibroglandular tissue. Women with breast cancer and high breast density are found to have a high degree of fatty liver. The relationship between breast cancer with high breast density and high fatty liver was unknown. The aim of these research wants to evaluation the breast density on mammography and fatty liver on ultrasound and the relationship with estrogen reseptor which was examined with immunohistochemistry. Method: A cross sectional research is perform using mammography and ultrasound from PACS system. These research wants to evaluation the high breast density with mammograms and fatty liver with ultrasound and their relationship with estrogen receptor by immunohistochemistry. Data was merged in to two groups, one group with breast density until 50% and the other group was breast density more than 50% and compared it with mild and severe fatty liver. Result: Patient with breast density until 50% showed more severe fatty liver as well as patient with breast density more than 50% had more severe fatty liver, although statistically had no significant relationship with Odds Ratio (OR) = 0,60 and confidence interval 0,12-3.01. Conclusion: There are tendency relationship between higher breast density and higher fatty liver although statistically showed no significant relationship.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
De Paredes, Ellen Shaw
Abstrak :
Buku yang berjudul "Atlas of mammography" ini ditulis oleh Ellen Shaw de Paredes. Buku ini membahas tentang mammografi, anatomi payudara, dan galaktografi.
Philadelphia: Wolters Kluwer, Lippincott Williams & Wilkins, 2007
R 616.994 4 PAR a III
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library