Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Rozanah
"ABSTRAK
Infeksi saluran nafas akut (ISNA), baik yang disebabkan oleh virus maupun bakteri seperti 'common cold', faringitis trakeitis, bronkitis, bronkiolitis, pneumonia dan bronkopneumonia masih merupakan masalah yang penting di berbagai negara oleh karena prevalensinya yang masih sangat tinggi.
'Committee on Child Health Services' di London tahun 1978 melaporkan bahwa 50% penyakit anak balita ialah infeksi saluran nafas dengan kematian sebanyak 2000/tahun dan 21.1% di antaranya perawatan di rumah sakit dengan kematian sekitar 34.7%. (Martin dkk.,1978).
Dalam beberapa tahun belakangan ini perhatian terhadap ISNA semakin meningkat setelah penyakit diare akut berhasil dikontrol. Walaupun sebagian besar infeksi adalah infeksi saluran nafas bagian atas (ISNA-A), namun infeksi saluran nafas bagian bawah (ISNA-B) cukup memberi masalah bagi seorang dokter (Denny dan Clyde,1988).
Di negara sedang berkembang, 20-25% kematian anak balita disebabkan oleh ISNA. Jenis ISNA yang merupakan penyebab kematian terbesar adalah pneumonia (WHO,1981) ; dan pneumonia merupakan salah satu komplikasi dari bronkitis.
Bronkitis sebenarnya telah dikenal sejak tahun 1808, pertama kali dikemukakan oleh Badham (dikutip oleh Holland, 1982) . Walaupun pengetahuan mengenai paru-paru dan penyakit saluran nafas makin meningkat, namun sampai sekarang istilah bronkitis masih sering dipergunakan terhadap semua penyakit dengan gejala batuk (Turner,1983).
Dahulu bronchitis kurang mendapat perhatian, terbukti hanya
ditemukan 3 artikel mengenai bronkitis antara tahun 1935 - 1959. Setelah diadakan simposium mengenai bronkitis oleh para ahli di
Britania Raya dan Irlandia pada tahun 1951, minat para ahli terhadap bronkitis semakin meningkat (Fletcher,1959). Bronkitis akut jarang dibicarakan secara khusus ; para ahli umumnya membicarakannya sebagai salah satu sindrom klinis ISNA bawah yang terdiri dari `croup', trakeobronkitis, bronkiolitis dan pneumonia (Landau,1979 ; Denny dan Clyde,1986).
Bronkitis akut sebenarnya adalah suatu proses inflamasi akut yang mengenai saluran nafas besar termasuk bronkus besar dan bronkus sedang dan biasanya disertai trakeitis (Edwards,1966 ; Williams dan Phelan,1975). Penyakit ini dapat timbul karena infeksi menurun dari saluran nafas atas atau infeksi primer pada percabangan trakeobronkial. Infeksi dapat disebabkan oleh virus maupun bakteri. Di negara maju hampir 90% infeksi saluran nafas atas maupun bawah disebabkan olaeh infeksi virus sedangkan di negara berkembang infeksi bakteri memegang peranan yang lebih besar (Williams dan Phelan, 1975 ; Denny dan Clyde, 1985). Di Indonesia saat ini belum pernah ada laporan mengenai faktor etiologi pada bronkitis akut ini.
"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Budianto
"Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (!SPA) merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Penyebab terjadinya ISPA pada umumnya adalah rendahnya kualitas udara di dalam atau di luar rumah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan kejadian ISPA pada balita dengan kadar debu udara ruangan di dalam rumah yang di akibatkan oleh kegiatan penambangan dan pengolahan batu kapur serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Popu1asi dalam peneltian ini adalah seluruh anak balita berumur 2-59 bulan dan bertempat tinggal di dua lokasi pemukiman,. yaitu pemukiman yang berjarak 0,5 kilometer dan 15 kilometer dari kegiatan penambangan dan pengolahan batu kaput di Koc.amatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat Propinsi Jawa Barat, dengan jumlah sampel masing-masing I00 responden untuk setiap lokasi pemukiman, sampel diambil secara random sampling. Desain studi cross sectional. Data diambil dengan wawancara, observasi dan pengukuran langsung di lapangan. Pengolahan data menggunakan program analisis yang ada di FKM UI. Hasil penelitian diperoleh rata-rata kadar debu ruangan di dalam rumah pada pemukiman yang berjarak 0,5 kilometer dari kegiatan penambangan dan pengolahan batu kapur adalah 136,77 ug/m3 + - 42,184 ug/m3 dengan kisaran 87-284 ug/m3, sedangkan di pemukiman yang berjarak 15 kilometer rata-rata 95,18 ug/m3 + - 18,068 ug/m3 dengan kisaran 55-148 ug/m3. Kejadian ISPA pada balita di pemukiman berjarak 0,5 kilometer dan 15 kilometer dari kegiatan penambangan dan pengolahan batu kapur masing-masing adalah 52% dan 22%. Pada uji bivariat dengan chi square didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara kejadian !SPA dengan jarak dati kegiatan penambangan dan pengolahan batu kapur (p=O,OOO), kejadian ISPA dengan kadar debu udara ruangan (p=O,OOO), kejadian ISPA dengan jenis dinding rumah (p=O,OOO), kejadian !SPA dengan jenis lantai rumah (p=O,OOI), kejadian !SPA dengan letak dapur (p=O,OOO), kejadian !SPA dengan bahan bakar memasak (p=0,027), dan kejadian !SPA dengan status gizi balita (p=0,016). Sedangkan hasil uji multivariat dengan menggunakan regresi logistik diperoleh jarak dari kegiatan penambangan dan pengolahan batu kapur (p=O,OOO), kelembaban udara rumah (p=0,024), jenis dinding rumah (p"'{),OOO), dan status gizi balita (p=0,007) setelah dikontrol oleh faktor-faktor lain. Penelitian ini sebagai masukan bagi pemerintah daerah dalam membuat suatu peraturan atau kebijakan di bidang kesehatan Bagi Dinas Kesehatan atau Puskesmas memberi garnbaran kejadian ISPA pada balita sehingga dapat mengembangkan program yang lebih spesifik untuk menurunkan prevalensi ISPA di daerah penelitian.

Acute Respiratory Infections (ARl) is major health problem in Indonesia. The causality of ARl occurance in a general way is lowest of indoor or outdoor air quality. Objectives of the research to find out there was relation of ARI occurance on children under five with indoor air dust levels that result from the activity of mining and chalk-stone manufacture. Population in the research is all of children under five be old 2-59 month and be a resident in two location of settlement, that is distance of settlement 0,5 km and 1,5 km from the activity of mining and chalk-stone manufacture in cipatat subdistrict west bandung regency west java province. by a piece sample amount of 100 responden for each settlement location. with random sampling and a cross-sectional study, Data handling with three way that is interview, observation, and direct measurement in field. Data analysis in the research using analysis program at FKM UI. Indoor dust levels average at the settlement with distance 0,5 km from the activity of mining and chalk-stone manufacture is 136,77 ug/m3 + - 42,184 ug/m3 within range of 87-284 ug/m3, whereas indoor dust levels average at the settlement with distance 15 km is 95,18 ug/m3 + - 18,068 ug/m3 within range of 55-148ug/m3. The ARI occurance on children under five at the settlement with distance 0,5 km and 15 km from the activity of mining and chalk-stone manufacture is 52% and 22% At bivariate analysis with chi-square, there was significant associations between ARI occurance on children under five at the settlement with distance from the activity of mining and chalk-stone manufacture (p=O,OOOI), ARI occutance on children under five with indoor air dust levels (p=O,OOOI), ARI occurance on children under five with kind of house wall (p=O,OOOI), ARl occurance on children under five with floor type (p=O,OOI ), ARl occurance on children under five with arrest kichen (p=O,OOO I), ARI oocutance on children under five with cooking fuel (p=0,027), ARI occurance on children under five with nutrient status (p=O,OI6). Multivariate analysis with logistics reggression accessible distance from the activity of mining and chalk-stone manufacture (p=O,OOOI), indoor hmnidity (p=0,024), kind of house wall (p=O,OOO I), and nutrient status on children under five (p=0,007) after controlable by the others factor. The research result expectation can helping local government to taldng policy in health sector. For health service or public service given the image of ARI occurance on children under five at the settlement from the activity of mining and chalk-stone manufacture so can develop specific program for sent down ARI prevalence at research area."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20902
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Luvie Mevia Azzahra
"Bronkiolitis obliterans adalah salah satu penyakit paru obstruktif langka pada anak yang menyebabkan terjadinya fibrosis jalan napas sehingga bronkioli menyempit dan pernapasan menjadi terganggu. Salah satu masalah yang dapat muncul akibat hal tersebut adalah pola napas tidak efektif akibat efek jangka panjang dari penyempitan bronkioli yang menyebabkan hiperinflasi paru dan diagfragma mendatar. Hal ini mengganggu pola napas pasien sehingga terjadi gangguan oksigenasi. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis keefektifan pemberian intervensi keperawatan pengubahan posisi orthopneik pada anak dengan bronkiolitis obliterans. Pasien adalah An. A, perempuan berusia 3 tahun 6 bulan. Pasien masuk dengan keluhan sesak napas dan kebiruan. Hasil yang didapatkan pasca pemberian intervensi perubahan posisi orthopneik selama 15 menit terdapat perbaikan pola dan frekuensi napas. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi tenaga kesehatan dalam menerapkan perubahan posisi orthopneik pada lahan praktik untuk meningkatkan pola napas pada anak dengan bronkiolitis obliterans.

Bronchiolitis obliterans is a rare obstructive pulmonary disease in children that causes airway fibrosis which causes narrowed bronchioles and difficulty of breathing. One of the problems that can arise as a result of this is an ineffective breathing pattern due to the long-term effects of narrowed bronchioles that cause lung hyperinflation and flattening of the diaphragm. This disrupts the patient's breathing pattern resulting in impaired oxygenation. This scientific work aims to analyze the effectiveness of nursing interventions of orthopneic position in children with bronchiolitis obliterans. The patient is An. A, 3 years 6 months old girl. The patient came in with complaints of shortness of breath and cyanosis. The results obtained after the intervention of orthopneic position for 15 minutes showed an improvement in the pattern and frequency of breathing. The results of this scientific work can be used as an information for health workers in applying orthopneic position in practice areas to improve breathing patterns in children with bronchiolitis obliterans."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library