Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jamila Zuraida
"Sebuah kota pada umumnya memiliki nilai bersejarah, baik dari asal-usul kota tersebut atau sejarah perkembangannya. Sejarah ini tersimpan dalam suatu wadah arsitektur dimana wujud bangunannya juga sebagai saksi sejarah tersebut. Namun pada perkembangannya kini sebuah kota besar semarak dengan kemajuan pembangunannya, sehingga banyak bangunan tua bersejarah terancam punah atau bentuk dan fungsinya diganti hingga menjadi bangunan baru dengan pertimbangan kebutuhan ekonomis, sehingga nilai sejarahnya terancam hilang. Sedangkan pemerintahan kota telah tegas melarang perubahan ini dengan pertimbangan pemeliharaan nilai sejarah yang terkandung dalam bangunan tua tersebut, sehingga banyak terjadi pertentangan antara pertimbangan nilai sejarah & budaya dengan kepentingan ekonomi komersil. Pada masyarakat umum terdapat anggapan bangunan tua bersejarah tidak lagi berguna untuk ruang berkegiatan manusia terutama di era persaingan ekonomi sekarang ini, sehingga banyak yang tidak lagi memperdulikan cerita dibalik wujud arsitektur masa lalu tersebut. Permasalahan yang ada adalah saat ini hal tersebut menjadi suatu pertentangan yang akan terus terjadi, sebaiknya diciptakanlah sebuah keserasian antara nilai sejarah/budaya dengan nilai komersil ekonomis sehingga diantara keduanya dapat saling mendukung.
Dalam skripsi ini akan dibahas apakah dengan pemanfaatan kembali arsitektur dengan mengadakan perubahan fungsi yang lebih menekankan nilai komersilnya namun tetap mempertahankan wujud historis arsitekturnya dapat menjadi solusi dan bagaimana dampaknya terhadap bentuk arsitektur atau pada aspek non-arsitekturnya. Sebagai batasan skripsi ini akan membahas mengenai belanja sebagai salah satu bentuk kegiatan komersil menjadi pilihan dalam pemanfaatan kembali arsitektur masa lalu karena dipercaya dapat mendatangkan keuntungan besar bagi pemiliknya. Dengan adanya timbal balik dari segi ekonomi maka diharapkan pemilik atau masyarakat sekitar dapat ikut menjaga dan menyelamatkan wujud arsitektur masa lalu tersebut namun tetap dalam norma-norma yang telah ditetapkan dan kesesuaian bentuk dengan aturan arsitektur yang berlaku. Karena tentunya wadah untuk kegiatan belanja ini memiliki persyaratan desain yang telah menjadi tipologi bangunannya. Pertimbangan persyaratan ini penting untuk menilai kecocokkan bangunan masa lalu tersebut untuk menjadi sebuah wadah komersil kegiatan belanja. Sebuah wujud arsitektur masa lalu dapat tetap memberikan kontribusi keuntungan bagi masyarakat dengan tindakan pemanfaatan kembali yang mengikuti perkembangan zaman. Kedua kasus yang diangkat yaitu pada gedung museum Bank Indonesia dan gedung Ex-Imigrasi membuktikan bahwa BCB dapat menjadi tempat belanja tanpa mengurangi tujuan dari proses pelestarian.

In general, a city has a historical value that comes from its origin and/or its development record. The city?s historical values are preserved within an architectural means whereby the shape of the building could be the witness of a city?s historical period. However, these days a city?s growth means building development in which many old buildings are replaced by the new ones to fulfill the economics needs. As a result, their historical values are threatened. The government has forbid these changes to take place in order to maintain the historical values remain within those old buildings. Accordingly, a conflict happens between maintaining the historical and cultural values with commercial economic needs. In society, there is this idea that old buildings are not useful for human activities anymore especially in today?s economic competitive era. Therefore, many people do not care about the story behind those old buildings. This kind of problem would always happen and hence a harmonization should be created between a historical or cultural value with commercial economic needs so each of them could support the other.
This thesis would discuss whether adaptive use of heritage buildings by modifying its function to be more commercial but still maintain its historical values could solve the problem mentioned previously and how the impacts on the shape of the architecture or on the non-architectural aspects. This thesis would be limited to discuss shopping as one of commercial activities related to adaptive use of heritage buildings because it is believed that shopping could bring significant benefit for the owner. With this adjustment, it is expected that the society would preserve and maintain the shape of heritage buildings within norms that have been determined and the shape should be suitable with the architectural rules. This is because there are design requirements for shopping activities that have been the building?s typology. It is essential to consider those requirements in order to verify whether those heritage buildings are suitable for this type of commercial activities, which in this case is shopping. The heritage building still could bring benefits for society by adaptive use that appropriate with the era?s development. There are two cases discussed in this thesis. These are museum Bank Indonesia and old Immigration buildings. These cases demonstrated that heritage buildings could be the shopping area without reducing their conservation process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48411
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kharissa Putri
"ABSTRAK
Masa kolonial Belanda berdampak pada perkembangan arsitektur terutama di kota-kota Besar Hindia Belanda, sebutan untuk Indonesia sebelum masa kemerdekaan. Gaya bangunan peninggalan masa kolonial terlihat pada beberapa bangunan tua yang masih berdiri hingga kini, salah satunya adalah Gedung Joang 45 Jakarta. Gedung Joang 45 yang terletak di Jalan Menteng Raya No. 31, Jakarta Pusat mulanya didirikan sebagai hotel pada tahun 1938, kemudian sempat dipugar dan akhirnya diresmikan sebagai museum oleh Presiden Soeharto pada tahun 1974. Walau sempat mengalami peralihan fungsi, gaya bangunan pada gedung tersebut hingga kini masih dipertahankan sesuai dengan bentuk aslinya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik bangunan Gedung Joang 45 Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Gedung Joang 45 Jakarta mendapat pengaruh dari gaya bangunan yang dibawa oleh Daendels ke Hindia Belanda, yakni Indische Empire Style.

ABSTRACT
The Dutch colonial period affected the development of architecture, especially in big cities of the Dutch East Indies, the name of Indonesia before independence. Colonial heritage building styles seen in some old buildings that still exist until now, one of them is Gedung Joang 45 Jakarta. Gedung Joang 45 which is located at Jalan Menteng Raya No. 31, Central Jakarta was first established as a hotel in 1938, then restored and finally inaugurated as a museum by President Soeharto in 1974. Although the function of the building has changed, building style of Gedung Joang 45 Jakarta is still the same as it was originally built. The purpose of this research is to identify the building characteristics of Gedung Joang 45 Jakarta. This research uses descriptive qualitative method. The results can be concluded that Gedung Joang 45 Jakarta is influenced by building style that was brought by Daendels to the Dutch East Indies, namely Indische Empire Style."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dinas Museum dan Pemugaran DKI Jakarta, 2000
720.959 8 JAK g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dinas Museum dan Sejarah, 1993
913.926 PEM g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Irpan Ripandi
"Pekojan merupakan bagian dari kawasan kota Tua Jakarta yang telah ditetapkan statusnya sebagai cagar budaya oleh Gubernur DKI Jakarta. Namun demikian penetapan itu tidak memuat nilai penting apa yang menjadi dasar penetapannya sebagaimana diatur dalam UU CB 2010. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi nilai penting yang terkandung di dalam setiap bangunan, menetapkan peringkatnya dan karakter budayanya. Teknik  penelitiannya menggunakan pendekatan kualitatif dengan cara studi pustaka dan lapangan, wawancara dengan pihak terkait, dan perbandingan arsitektural sehingga dapat menentukan nilai penting dan peringkat pada tiap bangunan. Hasil kajian menunjukkan bahwa bangunan-bangunan yang ada memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai cagar budaya  karena memiliki salah satu atau kombinasi dari nilai-nilai sejarah, ilmu pengetahuan, agama, dan kebudayaan. Kajian ini dapat memberi kontibusi bagi upaya menentukan kebijakan pelestarian bangunan-bangunannya secara tepat.

Pekojan is part of the Kota Tua Jakarta area which has been designated as a cultural heritage by the Governor of DKI Jakarta. However, the stipulation does not contain the significance value that becomes the basis for its determination as stipulated in the 2010 law of cultural heritage. This research is intended to identify the significance values contained in each building, determine its level of significance and cultural character. The research technique uses a qualitative approach through literature and field studies, interviews with related stakeholders, and architectural comparisons so that it can determine the significance and level of significance of each building. The results of the study show that the existing buildings meet the requirements to be designated as cultural heritage because they have one or a combination of historical, scientific, religious, and cultural values. This study can contribute to the effort to determine the appropriate policies for the preservation of buildings."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Hapsari Lavandya
"ABSTRAK
Dalam upaya merevitalisasi Kawasan Kota Tua DKI Jakarta agar layak menjadi kawasan wisata, tata ruang wilayah bekas VOC tinggal tersebut dirombak sesuai kebutuhan wisatawan masa kini. Terjadi banyak perubahan fungsi bangunan, fungsi lahan, hingga jalur transportasi yang melintas di dalamnya. Hal ini membuat banyak penduduk yang semula memiliki pekerjaan diharuskan berpidah menyesuaikan zonasi yang ditentukan, padahal tidak semua penduduk mampu untuk beradaptasi dalam perubahan. Di wilayah Kampung Tongkot, Jakarta Utara, terdapat banyak penduduk kelas bawah yang bahkan tidak memiliki tempat tinggal. Mereka mengandalkan puing-puing Bangunan Cagar Budaya Gudang Kasteel Batavia tempat tinggal mereka. Untuk mengatasi isu tersebut, tugas akhir ini dibuat dengan merevitasasi puing Kasteel Batavia yang dibuat demi mengatasi isu penggusuran masyarakat kelas bawah. Selain menindak lanjuti revitalisasi Kawasan Wisata Kota Tua, Gudang Kasteel Batavia dapat dimanfaatkan sebagai lapangan pekerjaan masyarakat tunakarya. Proyek tersebut bernama Tongkol Kasteel yang dibangun sebagai museum yang akan menjelaskan sejarah Kasteel Batavia, juga sebagai rumah workshop yang digunakan untuk menambah keterampilan pekerjanya.

ABSTRACT
In effort to revitalize the DKI Jakarta Old Town Area so that it is suitable for tourism, the zonation of the former VOC residency is overhauled to suit the needs of todays tourists. There will be many changes in the function of the building, the function of the land, and even the transportation lanes that pass through it. This makes many residents who originally had jobs required to move out to adjust the zoning specified, even though not all residents are able to adapt. In Kampung Tongkot area, North Jakarta, there are many lower class residents who dont even have a place to live. They relied on the ruins of the Kasteel Batavia Warehouse Cultural Heritage Building as their livinng space. To overcome this issue, this final project is made to revitalize the ruins of Kasteel Batavia which is made in order to overcome the issue of eviction of the lower class. In addition to following up on the revitalization of the Old Town Tourism Area, the Kasteel Batavia Warehouse can be used as an employment opportunity for the jobless people. The project named Tongkol Kasteel. It will be built as a museum to explain the history of Kasteel Batavia, as well as a workshop to train its workers.
"
2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Maulana Frihadijaya
"ABSTRAK
Sebagai bagian dari inisiasi rancangan pemugaran dengan nilai romantisisme dari kawasan Kota Tua Jakarta yang sarat akan nilai budaya dan sejarah yang panjang. Rancangan revitalisasi bangunan Dasaad Musin merupakan salah satu hal yang dianggap menjadi katalisator progresif dan disaat bersamaan menampakkan kembali bagian sejarah yang penting dari kawasan Kota Tua Jakarta untuk kepentingan pariwisata dan pendidikan bagi masyarakat umum.Dasaad Musin Patron Glass merupakan suatu inisiasi konservarsi untuk bangunan cagar budaya Dasaad Musin Building yang sempat mengalami kerusakan total dan sebagian. Dasaad Musin Concern Patron Glass, merupakan konsepsi yang diinisiasi untuk mengingat sejarah Kota Tua Jakarta yang memiliki muka utama dan titik kumpul sentral yaitu Plasa Fatahillah, dan bangunan Dasaad Musin sebagai pintu muka dari plasa tersebut memerlukan penegasan arsitektural disaat bersamaan bangunan ini memerlukan perhatian lebih dengan mengkonservasi bangunan tersebut dan melakukan revitalisasi terhadap keseluruhan fungsi eksternal bangunan sebagai elemen perkotaan dan fungsi bangunan itu sendiri sebagai salah satu wadah pariwisata yang dapat dinikmati masyarakat luas.

ABSTRACT
As part of the initiation of design restoration with romanticism value from the Jakarta Old City which is much of cultural values ​​and long away history. The Revitalization of Dasaad Musin is one that is considered to be a progressive catalyst and at the same time rediscovering an important historical part of the Jakarta Old City area for general public tourism and education sector benefit.Dasaad Musin Patron Glass is conservation initiation for the Dasaad Musin Building cultural preservation which had suffered total and partial damage. Dasaad Musin Concern Patron Glass, is a conception that was initiated to remember the history of the Old City of Jakarta which has a main face ahead and a centralized gathering point, the Fatahillah Square. And the Dasaad Musin building as the front gateway of the Fatahillah Square requires architectural confirmation while at the same time this building requires more attention by conserving the building and revitalize the overall external function of the building as an urban element and the function of the building itself as a tourism forum that can be enjoyed by the wider society.
"
2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rahmat Kurniawan
"ABSTRAK
Sampai saat ini Kawasan Segitiga Emas Jakarta masih tetap
mempertahankan eksistensinya sebagai lokasi utama gedung perkantoran. Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya gedung perkantoran baru di Jakarta, dimana 45 dari
85 gedung perkantoran baru terdapat di Kawasan Segitiga Emas Jakarta yang
tersebar di sepanjang koridor jalan utama maupun kawasan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui karakteristik lokasi gedung perkantoran baru
berdasarkan site dan situation dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
lokasi gedung perkantoran baru di Kawasan Segitiga Emas Jakarta. Metode yang
digunakan adalah metode deskriptif dengan analisis spasial. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sebagian besar gedung perkantoran baru memiliki
karakteristik lokasi yaitu site dengan gedung perkantoran baru grade A dan
memiliki harga sewa maupun jual ruang kantor dari sedang sampai tinggi.
Sedangkan situation dengan kombinasi penggunaan tanah di sekitar gedung
perkantoran baru yang seragam, tersebar di jalan arteri dengan tingkat kemacetan
yang tinggi, memiliki beberapa akses jalan alternatif menuju gedung perkantoran
baru, serta memiliki nilai tanah (NJOP) tinggi. Adapun faktor utama yang
mempengaruhi keputusan lokasi gedung perkantoran baru adalah karena memiliki
tingkat aksesibilitas yang tinggi dan image Kawasan Segitiga Emas Jakarta
sebagai lokasi yang prestige.

ABSTRACT
Until now Jakarta's Golden Triangle District still retains its existence as a prime
location office buildings. It can be seen from the number of new office buildings
in Jakarta, where 45 of the 85 new office buildings located in Jakarta's Golden
Triangle District scattered along the main road corridor or region. This study aims
to investigate the characteristics of the location of the new office building based
on the site and the situation and the factors that influence the location decisions of
new office buildings in Jakarta's Golden Triangle District. The method used is
descriptive method with spatial analysis. The results of this study indicate that the
majority of new office buildings have characteristic locations is the site with the
new office building grade A and has a rental price and the selling price of office
space from moderate to high. While the situation with a combination of land use
around the new office building uniform, dispersed on arterial roads with high
levels of congestion, has several alternative road access to the new office building
and has a land value (NJOP) high. The main factors influencing the location
decisions of new office buildings is because it has a high level of accessibility and
image of Jakarta's Golden Triangle District as a prestige location."
2016
S63720
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga
"ABSTRAK
Skripsi ini memuat penjelasan mengenai bentuk revitalisasi kawasan perdagangan
di kawasan lama. Keberhasilan suatu revitalisasi tidak lepas dari peran arsitektur
karena revitalisasi menyangkut aspek fisik kawasan dan bangunan. Revitalisasi
merupakan satu bentuk dari penataan kembali yang bertujuan mengembalikan
vitalitas dari suatu kawasan. Tentu menjadi suatu hal yang menarik jika
revitalisasi suatu kawasan perdagangan yang komersil terkait dengan identitas lain
kawasan sebagai kawasan cagar budaya. Bagaimana bentuk revitalisasi kawasan
perdaganan di kawasan lama?

ABSTRACT
Skripsi ini memuat penjelasan mengenai bentuk revitalisasi kawasan perdagangan
di kawasan lama. Keberhasilan suatu revitalisasi tidak lepas dari peran arsitektur
karena revitalisasi menyangkut aspek fisik kawasan dan bangunan. Revitalisasi
merupakan satu bentuk dari penataan kembali yang bertujuan mengembalikan
vitalitas dari suatu kawasan. Tentu menjadi suatu hal yang menarik jika
revitalisasi suatu kawasan perdagangan yang komersil terkait dengan identitas lain
kawasan sebagai kawasan cagar budaya. Bagaimana bentuk revitalisasi kawasan
perdaganan di kawasan lama?"
2016
S64634
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>