Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alicia Meidy Savira
Abstrak :
Burnout merupakan sindrom yang sering terjadi pada tenaga yang bekerja di institusi pelayanan kesehatan tidak terkecuali apoteker. Burnout dapat berpengaruh pada kesehatan dan performa kerja apoteker, kualitas pelayanan, serta keselamatan pasien. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan burnout adalah faktor beban kerja. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran beban kerja pada kejadian burnout yang dialami oleh apoteker yang bekerja di rumah sakit. Penelitian ini menggunakan metode literature review atau tinjauan kepustakaan dengan menganalisis penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Analisis dilakukan pada dua jurnal terkait dengan burnout yang terjadi pada apoteker di rumah sakit. Faktor beban kerja yang diidentifikasi pada kejadian burnout yang dialami apoteker adalah kapasitas tempat tidur, jumlah pasien per hari, jenis kegiatan, jumlah kegiatan, dan waktu kerja. Burnout dibagi menjadi tiga kategori yaitu emotional exhaustion, depersonalization, dan personal accomplishment. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa apoteker mengalami burnout pada tingkat tinggi dan sedang. Kategori burnout dengan nilai yang paling tinggi adalah emotional exhaustion. Apoteker yang mengalami burnout lebih banyak terlihat bekerja pada rumah sakit dengan kapasitas yang lebih besar. Selain itu apoteker yang memiliki waktu kerja yang lebih lama beresiko untuk mengalami burnout. Sementara itu gambaran jumlah pasien, jenis serta jumlah kegiatan yang dilakukan apoteker belum dapat dibedakan pada apoteker yang mengalami burnout dengan apoteker yang tidak mengalami burnout. ......Burnout is a syndrome which usually happens to health workers who work in a health service institution including pharmacists. Burnout can affect pharmacist health and work performance, quality of service given, and also endanger the patient safety. The purpose of this research is to get a picture about workload on burnout incidents that happen among pharmacists who work at a hospital. This research is using literature review method to analyze other research that has been done before. The analysis is performed on two journals related to burnout that happen to hospital pharmacists. Workload factors identified are bed capacity, daily patient number, type of activity, number of activity, and work hour. Burnout is divided into three categories which are emotional exhaustion, depersonalization, and personal accomplishment. Based on research results, pharmacists are experiencing high and moderate levels of burnout. Burnout category with the highest score is emotional exhaustion. Pharmacists who experience burnout mostly work in a hospital with larger bed capacity. Pharmacists who have more work time are at risk to experience burnout. On the other side, the description of patient workload, the types and amount of activity which is conducted by the pharmacist can not be distinguished between pharmacists who experience burnout and pharmacists who do not experience burnout.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uyun Mufaza
Abstrak :
Latar Belakang: Residen anestesiologi memiliki tangung jawab dan tekanan yang besar di tempat kerja. Berbagai faktor seperti jam kerja yang tinggi, tekanan mental, dan tekanan fisik dapat menimbulkan kelelahan yang dikenal sebagai sindrom burnout. Burnout dapat berdampak terhadap performa kerja dokter dan keselamatan pasien. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah melihat kejadian burnout, performa klinis, dan hubungan keduanya pada residen Anestesiologi dan terapi intensif FKUI-RSCM. Metode: Penelitian ini merupakan sebuah penelitian cross-sectional yang dilakukan pada peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesiologi dan Terapi Intensif di FKUI-RSCM selama bulan Februari 2019. Peserta program yang sedang dalam masa cuti atau setelah melakukan jaga selama 24 jam sebelumnya dieksklusi dari penelitian. Tingkat burnout diukur menggunakan Maslach Burnout Inventory (MBI-HSS) versi Bahasa Indonesia, sedangkan performa klinis diukur menggunakan form Best Practice Anesthesiologist Questionaire untuk performa klinis positif dan Anesthesiology Residents Self-Reported Errors and Quality of Care untuk performa klinis negatif dalm Bahasa Inggris. Hasil: Sebanyak 55 subyek penelitian berhasil didapatkan dalam penelitian ini. 36 subyek (65,5%) mengalami burnout dengan tingkat sedang-tinggi dan 19 subyek (34,5%) mengalami burnout dengan tingkat rendah. Tidak ada hubungan antara karakteristik demografis dan tingkat burnout. Terdapat hubungan bermakna antara tingkat burnout dan performa klinis negatif pada residen Anestesi dan Terapi Intensif FKUI-RSCM (p = 0,045). Akan tetapi, tidak didapatkan hubungan bermakna antara tingkat burnout dan performa klinis positif (p = 0,321) maupun performa klinis total (p = 0,075) secara statistik. Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara tingkat burnout dan performa klinis negatif pada residen Anestesi dan Terapi Intensif FKUI-RSCM (p = 0,045). Akan tetapi, tidak didapatkan hubungan bermakna antara tingkat burnout dan performa klinis positif (p = 0,321) maupun performa klinis total (p = 0,075) secara statistik. ......Background: Anesthesiology residents have enormous responsibility and pressure on workplace. Various factors such as higher working hours, mental and physical pressure could exert fatigue known as burnout syndrome. Burnout can affect both clinical performace of doctors and patients safety. Objective: The aim of this study is knowing burnout prevalence, clinical performance, and relationship between both variables on Anesthesiology and Intensive Therapy residents in Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. Method: This is a cross-sectional study done on Anesthesiology and Intensive Therapy residents at February 2019. Residents in leave period or after doing night shifts in the last 24 hours were excluded. Burnout score was determined using Maslach Burnout Inventory (MBI-HSS) Bahasa version, while clinical performance was determined using Best Practice Anesthesiologist Questionaire for positive clinical performance and Anesthesiology Residents Self-Reported Errors and Quality of Care for negative clinical performance. Result: Fifty five subjects were included in this study. 36 (65,5%) subjects experienced moderate-high burnout syndrome and 19 (34,5%) experienced none-low burnout syndorome. There were no correlation between demographic characteristics and burnout level. There was a significant relationship between burnout score and negative clinical performance (p = 0,045). Meanwhile, there were no significant relationship between burnout score and positive clinical performance (p = 0,321) and total clinical performance (p = 0,075) statistically. Conclusion: There was a significant relationship between burnout score and negative clinical performance (p = 0,045). Meanwhile, there were no significant relationship between burnout score and positive clinical performance (p = 0,321) and total clinical performance (p = 0,075) statistically.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59178
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library