Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wiyogo Jayalie
Abstrak :
Meningkatnya biaya kesehatan telah menjadi issu-issu ekonomi, politik, dan sosial di banyak negara maju dan yang sedang berkembang. Berbagai usaha telah dilakukan dalam upaya untuk melakukan penghematan biaya kesehatan dan mencari sumber sumber pembiayaan alternatif. Tanpa usaha-usaha penghematan biaya dan penemuan sumber sumber pembiayaan alternatif, sektor kesehatan makin lama akan makin mengurangi porsi pembiayaan sektor-sektor ekonomi yang lain, sebagaimana telah terjadi di banyak negara maju. Sistem Asuransi Kesehatan yang berjalan dewasa ini dianggap turut bertanggung jawab dalam peningkatan biaya kesehatan dari tahun ke tahun. Sistem kapitasi dan cara pembayaran pradana, serta penerapan cara pembayaran paket di rumah sakit, merupakan cara?cara yang antara lain ditempuh untuk dapat mengurangi lajunya peningkatan pengeluaran dalam bidang kesehatan. Di Indonesia, baru 10% pendudUk yang tercakup dalam sistem asuransi kesehatan, dimana sebagian besar di antaranya dicakup oleh PERUM HUSADA BHAKTI, yang melayani pegawai negeri, penerima pensiun dan anggota keluarganya. Asuransi Kesehatan komersial belum begitu berkembanh sebagian disebabkan karena kesulitan dalam memperkirakan resiko yang mungkin terjadi yang bisa berakibat terjadinya kerugian dan sebagian lagi karena belum dilaksanakannya cara kontrol yang efektif. Bentuk asuransi kesehatan dengan menggunakan konsep kapitasi dan cara pembayaran pradana telah dilaksanakan oleh Perum HUSADA BHAKTI, PKTK-ASTEK, dan beberapa badan-badan yang sifatnya tidak menekan keuntungan, Seperti YPK-BAPINDO, OPK RS MITRA KELUARGA, YAYASAN MEDICAL SCHEME, dan DUKK RS ST. Carolus. Telah dilakukan studi perbandingan antara asuransi kesehatan konvensional yang menjalankan konsep fee-for-services dengan badan-badan penyelenggara pemeliharaan kesehatan non-komersial yang menggunakan konsep kapitasi dan cara pembayaran pradana. Gambaran sementara yang diperoleh adalah bahwa konsep kapitasi dan cara pembayaran pradana dapat diterapkan pada asuransi asuransi komersial. Disamping dapat mengendalikan biaya pemeliharaan kesehatan, konsep kapitasi dan cara pembayaran pradana ini jua sedikit banyak akan membuat pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien. Lingkungan eksternal dalam menjalankan usaha asuransi kesehatan di indonesia cukup banyak mendukung. Dibutuhkan komitmen politik - dan kalau mungkin finansial - dari pemeriritah untuk asuransi kesehatan dengan konsep kapitasi dan cara pembayaran pradana ini.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T3317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Wike Karyadi
Abstrak :
Pemodelan yang baik adalah model yang memenuhi syarat parsimony, goodness of fil dan informasi. Untuk itu digunakan kombinasi dan model autoregressive (AR) dan moving average (MA) yang mengikutsertakan residual untuk ikut memberikan informasi kepada variabel yang dimodelkan. Dengan pemodelan, beberapa faktor makroekonomi, yaitu indeks pasar saham, suku bunga dan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika, memberikan informasi tentang fluktuasi portofollo sektoral saham di BEJ. Suku bunga sangat mempengaruhi pergerakan sektor properti, keuangan dan industri jasa. Fluktuasi niliai tukar Rupiah selama tiga minggu berturut-turut mempengaruhi semua sektor saham. Sementara itu sektor barang konsumsi dan infrastruktur merupakan sektor yang reaktif dimana kedua sektor bergerak lebih besar untuk setiap pergerakan pasar. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia 1 bulan, kurs tengah Rupiah terhadap dolar Ameiika dan Bank Indonesia dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan tiga faktor yang dapat mewakili faktor makro yang sangat bergejolak selaina krisis ekonomi di Indonesia. Variabel dummy yang dibedakan periode sebelum dan setama krisis ekonomi tidak menunjukkan variabel yang signifikan pada sebagian besar sektor. Sementara faktor makro ini signiiikan untuk semua sektor meski pada periode waktu yang berbeda.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iswan Putra
Abstrak :
ABSTRAK
Penggunaan technical analysis di Indonesia saat ini bisa dikatakan sudah sangat luas, hal ini bisa dilihat dan banyaknya laporan analisa yang dihasilkan oleh securities house ? securities house yang banyak menggunakan technical analysis sebagai acuan analisa mereka. Luasnya pemakaian technical analysis mungkin disebabkan karena pada saat krisis, fundamental analysis sulit untuk diterapkan. Jika kita perhatikan pergerakan dan indeks harga saham gabungan BET yang mendatar dan ceriderung menurun yang disebabkan oleh kondisi ekonomi yang buruk disertai performa sebagian besar emiten yang menurun dan volume transaksi yang tipis. Maka strategy buy dan hold atau investasi jangka panjang sulit diterapkan pada kondisi pasar modal seperti saat ini.

Pasar modal kita juga tidak efisien dimana informasi penting dan suatu saham/emiten hanya didapatkari oleh pihak-pihak tertentu. Sening kita lihat adanya saham-saham yang mempunyai fundamental buruk tetapi pergerakan harganya sangat luar blasa karena permainan pihak-pihak tertentu. Dan banyak investor yang tertipu oleh permainan tersebut..Oleh sebab itu technical analysis menjadi alternatif yang balk untuk menggantikan peían fundamental analysis dengan menerapkan strategi berinvestasi dalam jangka waktu pendek khususnya saat kondisi perekonomian seperti sekarang ini.

Sifat investor lokal yang umumnya melakukan strategi hit and run juga turut membantu berkembangnya pemakaian technical analysis di Indonesia. Namun sayangnya sebagian investor masih belum menerapkan jenis analisa ¡ni, sebagian investor lokal tersebut masih berinvestasi bertarkan rumor yang beredar.

Dengan technical analysis diharapkan kelemahan clati fundamental analysis pada saat krisis ekonomi dapat dikurangi dan kurangnya pengetahuan dan investor bisa diperbaiki. Dengan cara menean metode yang dianggap paling tepat untuk suatu saham tertentu agar menghasilkan profit maksimum seperti yang diharapkan.
2001
T5539
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The paper discussed about the neural network models at nonlinear autoregressive process which is applied in the composite stock price index data at Surabaya stock exchange. ....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel ekonomi yang terdiri dari inflasi (INF) nilai tukar (KURS),tingkat bunga(IR) jumah uang yang beredar (JUB) dan pertumbuhan ekonomi terhadap return saham (AR) pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek jakarta.....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The purpose of this research is to prove whether firm size, profitability, operating leverage and implementation of good corporate governance affect income smoothing practices among firms listed on the Jakarta Stock Exchange during 2001 - 2005....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Darmawan
Abstrak :
Dalam kondisi perekonomian dunia yang sernakin terbuka antar tiap negara, maka pasar modal Indonesia juga tidak luput dari dampak globalisasi ini, oleh sebab itu maka pemerintah melalui Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) terus berupaya mempersiapkan dan memperbaiki kondisi pasar modal balk perangkat-perangkatnya, pelaku-pelakunya, instrumennya maupun peraturannya untuk mendorong arus masuknya dana-dana asing untuk ikut berpartisipasi pada Pembangunan Jangka Panjang Tahap (PJPT) II. Pasar modal yang baik adalah pasar modal yang likuid, efisien dan fair. Dalam rangka pencapaian tujuan ini maka dua hal pokok yang harus diperbaiki adalah mekanisme perdagangan dan mekanisme penyelesaian. Perbaikan yang akan dilakukan oleh pasar modal Indonesia akan mengikuti standar internasional dan mengacu pada rekomendasi kelompok G30 yaitu kelompok profesional dan ahli keuangan yang disponsori oleh dua badan internasional di bidang pasar modal dunia yaitu Federation Internationale des Bourses (FIBV) dan International Organization of Securities Commission (IOSCO). Kelompok ini membuat 9 rekomendasi untuk perbaikan pasar modal khususnya bidang klring dan penyelesaian yang tujuan akhirnya adalah membuat pasar modal-pasar modal dunia saling kompatibel sehingga memudahkan anus irivestasi internasional antar tiap negara. Mekanisme perdagangan yang berjalan di bursa terbesar di Indonesia, yaitu PT Bursa Efek Jakarta (BEJ), untuk saham-saham yang aktif masih dilakukan secara manual dan untuk saham-saham yang kurang aktif dengan menggunakan setengah otomasi. Perbaikan mekanisme perdagangan ini akan sangat terasa jika seluruh mekanisme perdagangan diotomatisasi. Dengan sistem perdagangan otomatis, maka order beli dan order jual akan Iebih cepat dìpertemukan sehirigga transaksi lebih cepat terjadi, dengan begitu akan mendorong likuiditas pasar. Pemasukan order dengan manajemen order dan perolehan informasi melalui komputer secara on line dan real time jelas akan meningkatkan efisiensi dari fairness dan pasar. Mekanisme penyelesaian pada PT Kliring Deposit Efek Indonesia (KDEI), telah mulai menerapkan sistem netting, yaitu suatu sistem dimana para partisipan (broker) hanya akan memperoleh hasil perdagangan dan penyelesaiannya (sekuritas dan dana) melalui PT KDEI. Perbaikan sistem kriling dan penyelesaian dengan cara netting ini akan semakin efisien jika diterapkan konsep immobilisasi atau bahkan dematerialisasi. Dimana dengan diterapkannya konsep ini berarti konsep pemrosesan book entry dengan menggunakan komputer juga dapat dilakukan. Dengan komputerisasi sistem perdagangan dan penyelesaian yang terintegrasi maka efisiensi dan likuiditas pasar modal Indonesia otomatis akan semakin meningkat. Karya akhir ini juga membahas pentingnya menjalin hubungan internasional yang efektif sedemikian sehingga investor internasional dapat dengan mudah masuk ke pasar modal Indonesia.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Budi Lasmana
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pola pembalikan dalam jangka panjang ketika harga saham-saham perusahaan besar mengalami penurunan sedikitnya 20 person, lantas apakah penyebab terjadinya penumnan harga tersebut, dan apakah benar semakin besar penurunan harga awal maka akan semakin besar pembalikan harga pada periode berikutnya (overreaction hypothesis), serta terakhir apakah industri memiliki peranan yang berbeda dalam pembalikan harga. Penelitian ini menggunakan sampel saham-saham yang terdaftar pada LQ.45 dari periode Januari 1998 hingga Desember 2001. Untuk menguji pembalikan harga akan digunakan uji-t dan uji tanda, untuk menguji penyebab penurunan harga akan digunakan uji Durbin-Watson terhadap model time series. Sedangkan untuk menguji over-reaction hypothesis dan peranan industri terhadap pembalikan harga akan di gunakan regresi cross-section. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dalam jangka pendek (interval [1,6] bulan) tidak ditemukan bukti adanya pembalikan harga. Hasil serupa juga diperoleh untuk jangka panjang (interval [1,36] bulan) dimana tidak ditemukan bukti adanya pembalikan harga. Tidak ditemukannya pembalikan harga diperkuat dengan hasil uji Durbin-Watson pada model kedua yang membuktikan adanya kehadiran otokorelasi positif Ini berarti setelah terjadinya penurunan harga, pada periode selanjutnya harga terus menurun dan tidak membalik. Kehadiran otokorelasi positif juga rnengindikasikan bahwa penurunan harga disebabkan oleh investor yang underreact terhadap informasi baru. Hasil penelitian mengindikasikan tidak terjadinya pembalikan harga pada persamaan dengan CAR yang dihitung selama satu dan dua tahun. Analisis pembalikan antar industri memperlihatkan hasil yang bervariasi. Industri jasa keuangan memperlihatkan pola pembalikan pada semua interval, industri manufaktur memperlihatkan pembalikan harga pada interval [1,6] dan [1,12] bulan, sedangkan pada industri lainnya tidak ditemukan adanya pembalikan pada semua interval.
The objective of this research is to find out if there is a long-run reversal pattern when the stock price in LQ.45 declines at least 20 percent, then what factors make the declines. Respectively, to find out whether the greater the initial price declines, the greater the price reversal in the following period (overreaction hypothesis). This research is also done to find out whether LQ.45 has a particular role in price reversal. The sample used in this research is taken from stocks price listed in LQ.45 during January 1998 until December 2001 period. T-test and sign test is used in examining the price reversal. Durbin-Watson test is also used in examining the cause of price declines toward time series model. Meanwhile, cross section regression is applied in examining the overreaction hypothesis and the role of industry toward the price reversal as well. From the research, it is obtained that in short-run (interval [1 ,6] month) there is no evidence of price reversal. The similar result is also revealed that there is, also, no evidence of price reversal in long-run (interval [1,36] month ). No price reversal is strengthening through the second model of Durbin-Watson test result which proves the existence of positive correlation. lt means that after the price reversal, in the following period tends to decline and does not reverse. The existence of positive correlation indicates that the price declines caused by investor underreaction toward new information. The research result indicates no price reversal in CAR equation which counts along one and two year. The result of the reversal analysis among industries shows the variation result. Financial service industry shows the reversal pattern in variation result, whereas manufacture industry shows the price reversal in interval [1,6] and [1,12] month. Meanwhile, in other industries, it is not found the reversal in all the interval.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T15794
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ella Kartika
Abstrak :
Karya akhir ini memberikan penjelasan mengenai penerapan strategi cornerstone growth, modifikasi cornerstone value dan kombinasi kedua strategi, pada transaksi saham di Bursa Efek Jakarta. Strategi cornerstone growth dan strategi cornerstone value telah diuji pada transakai saham di New York Stock Exchange oleh James P. O?Shaughnessy dan ternyata kombinasi kedua strategi menghasilkan portofolio dengan return yang lebih tinggi dari return pasar dan risiko yang lebih rendah dari risiko pasar. Analisis tethadap penerapan strategi tersebut di Bursa Efek Jakarta dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut: 1. Tahap pertama adalah pemilihan saham dengan strategi cornerstone growth. Dilakukan dengan kriteria: (1) dipilih dari seluruh saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang mempunyai minimal 52 hari perdagangan dalam satu tahun, (2) earning bertumbuh secara konsisten dalam tiga tahun terakhir, (3) Price-to-Sales Ratio di bawah 1,5, (4) harga saham berkinerja bagus dalam satu tahun terakhir. Terbentuk 3 portofolio daiam tiga periode penelitian. 2. Tahap kedua adalah pemilihan saham dengan strategi modifikasi cornerstone value. Dilakukan dengan kriteria: (1) mempunyai nilai kapitalisasi pasar di atas rata-rata pasar, (2) jumlah common stock outstanding di atas rata-rata pasar, (3) cash flow per share 75% terbes dan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, (4) nilai penjualan 1,5 kali rata-rata pasar, (5) dividend yield dalam peningkat 100 perusahaan terbaik (modifikasi A) dan 150 perusahaan terbaik (modifikasi B). Terbentuk 3 portofolio sirategi cornerstone value modifikasi A untuk tiga periode dan 2 portofollo strategi cornerstone value modifikasi B untuk periode 1 dan periode 2. (Portofolio periode tiga modifikasi B sama dengan modifikasi A). 3. Tahap ketiga dibuat kombinasi masing-masing 50% antara strategi cornerstone growth dan modifikasi cornerstone value, terbentuk 5 portofolio kombinasi. 4. Tahap keempat adalah mengukur kinerja setiap portofolio yang terbentuk. Return diukur dengan arithmetic mean of return, risiko diukur dengan deviasi standar, risk adjusted return diukur dengan sharpe index dan treynor índex dibandingkan dengan IHSG dan LQ45 sebagai ukuran kinerja pasar, terakhir dihitung market adjusted return, yaitu; return yang sudah dikurangi return pasar. Periode pengujian dibagi dalam tiga periode, ynitu periode 1 sebelum krisis (1 Januari 1996 - 30 Juni 1997), periode 2 dimasa krisis (1 Juli 1999 - 31 Desember 1998) dan periode 3 setelah krisis (1 Januari 1999 - 30 Juni 2000). Hasil penelitian pada periode satu dan tiga menunjukkan bahwa portofolio yang terbentuk dengan strategi cornerstone growth dapat mengalahkan kinerja pasar secara significant. Kinerja portofolio yang terbentuk dengan strategi modifikasi cornerstone value hanya sedikit di atas kinerja pasar. Dan penggabungan kedua strategi akan memperburuk kinerja portofolio strategi cornerstone growth tapi meningkatkan kinerja portofolio sirategi modifikasi cornerstone value. Hasil penelitian pada periode dua (di masa krisis) menunjukan bahwa arithmetic mean of return semua portofolio yang terbentuk termasuk arithmetic mean of return pasar adalah bilangan negatif dengan nilah terkecil adalah return pasar, walaupun secara risiko portofolio dengan strategi cornerstone growth Growth mempunyai risiko yang Iebih kecil dari resiko pasar. Jelas bahwa dalam masa krisis penerapan kedua strategi akan menyebabkan kerugian. Hal ini menunjukkan bahwa penting bagi investor untuk mengetahui dengan jelas keadaan perekonomian sebelum melakukan investasi. Berdasarkan hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa di luar masa krisis ekonomi sebaiknya dipilih strategi cornerstone growth untuk investasi saham di Bursa Efek Jakarta
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3536
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sally Nurllisa
Abstrak :
Informasi yang relevan dengan kondisi pasar modal merupakan sesuatu yang selalu dicari para pelaku pasar modal dalam upaya melakukan pengambilan keputusan investasi. namun tidak semua informasi merupakan informasi yang berharga, bahkan sebagan besar dari informasi yang ada adalah informasi yang tidak relevan dengan aktivitas pasar modal. akibatnya, para pelaku pasar modal harus secara tepat memilah informasi-informasi yang tidak (relevan) dijadikan pertimbangan pengambilan keputusannya.

Dalam penelitiannya, Marston (1996) menemukan dua sebab utama penyebab buruknya informasi, yaitu pertama karena kualitas informasi itu sendiri yang kurang berharga (quality of information), Kedua, karena distribusi informasi kepada investor yang kurang lancar. Kualitas informasi terkait erat dengan muatan yang terkandung dalam formasi tersebut (information content). Dan muatan informasi tersebut dapat dilihat relevan tidaknya suatu informasi terhadap aktivitas pasar modal. Sedangkan distribusi informasi mengandung aspek kemudahan mendapatkan (accessibility) informasi dan bìaya yang murah untuk memperoleh informasi tersebut.

Kecepatan reaksi harga saham tethadap suatu kejadian menggambarkan tingkat efisiensi suatu pasar. Semakin efisien suatu pasar, maka semakin cepat pada informasi tersebut terefleksi dalam harga saham. Dalam konsep Eficient Market Hypothesis (EMH), lalu pasar dikatakan efisien (dalam bentuk setengah kuat) jika harga saham secara cepat menggambarkan sepenuhnya seluruh informasi baru dan relevan yang tersedia (Fama, 1991). Berdasarkan pengertian tersebut, dua unsur pokok yang merupakan ciri utama pasar modal yang efisien dalam bentuk setengah kuat adalah:
1.Tersedianya informasi yang relevan, dan
2.Harga menyesuaikan secara cepat terhadap informasi baru.

Untuk menguji EMI-1 pada bentuk setengah kuat tersebut, berbagai peneliti pada pasar modal lainnya menggunakan suatu metodologi penelitian yang disebut dengan event Pada karya akhir ini akan dilakukan penelitian mengenai event study atas pengumuman dividen kas final (kenaikan maupun penurunan dividen) untuk menguji efisiensi BEJ (dengan melihat kinerja beberapa emiten di BEJ) pada periode tahun 1997, 1998 dan 1999. Dimana metodologi yang digunakan terdiri dari 2 tahap yaitu time-series dan event Study. Hal tersebut dikarenakan dengan menggunakan time-series maka dapat mengidentifikasikan data-data keuangan yang beresiko mengandung autokorelasi , yang dimana akan membuat suatu model menjadi tidak efektif untuk tujuan peramalan. Oleh karena fokus dalam penelitian event study adalah pembentukan model peramalan sebagai dasar pengukur abnormal return, maka tahapan penelitian time-series menjadi proses yang penting sebelum masuk ke dalam penelitian event study. Penelitian event study sendiri digunakan untuk mempero!eh informasi mengenai keberadaan dan besarnya abnormal return selama periode penelitian.

Saham yang dipllih dalam penelitian ini adalah saham dan para emiten yang secara konsisten termasuk dalam LQ45 dan tahun 1997 hingga 1999. Pemilihan saham LQ45 karenakan dalam penelitian event study, terutama untuk periode harian, memerlukan saham-saham yang bersifat likuid atau saham-saham tersebut banyak ditransaksikan karena untuk menghindari kemungkinan tidak adanya reaksi barga pada saat event terjadi, yang disebabkan karena tidak terjadi transaksi pada saat event, sehingga dengan demikian pengaruh suatu event dapat diukur dengan segera dan relatif akurat.

Penode studi dibagi 2 periode, yaltu periode estimasi (estimation window) dan metode event (event window), dimana penulis menetapkan untuk masing-masing periode adalah 250 hari perdagangan (trading days) yang mendahului periode even untuk ke estimasi dari 21 hari perdagangan untuk periode event, dimana 10 hari perdagangan mendahului event dari 10 hari mengikuti event maka hal tersebut dianggap sebagai periode pre dan post event, sedangkan untuk hari even, t=0.

Hasil dari pemodelan dengan menggunakan metodologi time series dengan program menghasilkan 2 bentuk penggolongan model untuk periode tahun 1997, yaitu yang sesuai Single Index Market Model (SiMM) dan model yang tidak sesuai SIMM, yaitu Multifactor Market Model (MNIM), sedangkan untuk periode tahun 1999 hanya menghasilkan 1 bentuk model yaitu MMM.

Sedangkan dari hasil empiris event study diketahui bahwa tidak ada perbedaan efisiensi pada kondisi pasar di BEl untuk setiap periode yang berbeda karena ketiga periode tersebut menunjukkan bentuk efisiensi setengah kuat yang tidak efisien. Dikatakan mempunyai bentuk efisiensi setengah kuat karena kedua golongan model yang dihasilkan sama-sama mengandung informasi publik yang dicerminkan melalui return IHSG serta data historis yang merupakan data yang signiflkan pada golongan model II. Dan bentuk tersebut belum efisien karena golongan model II mengandung unsur lain berupa return kurs dollar terhadap rupiah sebagai regresor selain unsur return pasar (return lHSG), Hal ini tidak sesuai dengan teori efisiensi pasar setengah kuat dimana faktor informasi yang Tersedia di publik telah tercermin seluruhnya dalam vaniabel return pasar, bukan variabel lain. Selain itu juga dikatakan belum efisien, karena seperti yang sudah dijelaskan yaitu adanya kebocoran informasi, informasi asimetris, penundaan reaksi serta overreaction (pada beberapa emiten).
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>