Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fahamzah Mahsal
"Pendahuluan : Efusi pleura pada kanker paru merupakan salah satu faktor prognostik yang buruk dan menjadi dasar perubahan TNM sistem versi 7 yang menetapkan efusi pleura sebagai faktor metastasis. Efusi pleura malignan merupakan tanda keganasan stage lanjut dengan tingkat harapan hidup yang pendek, berkisar antara 3 hingga 12 bulan tergantung dari tipe dan stage penyakit pada saat di diagnosis.
Metode : Penelitian kohort retrospektif dari catatan medis pasien kanker paru di RSUP Persahabatan Jakarta periode 1 Januari 2010 ? 31 Desember 2011. Angka penderita kanker paru yang tercatat masuk bangsal perawatan pada periode 1 januari 2010 ? 31 desember 2011 adalah 729 pasien, penderita kanker paru disertai efusi pleura sebanyak 315 pasien. Penetapan sampel dengan rumus rules of thumb didapat 50 pasien dengan sitologi dan atau histopatologi positif dan 50 pasien dengan sitologi dan atau histopatologi negatif. Dengan analisis Kaplan Meier, hubungan antara hasil sitologi dan atau histopatologi dan hari tahan hidup ditelaah. Analisis multivariat dengan Cox Regression dilakukan untuk menelaah hubungan hasil sitologi dan atau histopatologi dan hari tahan hidup dengan pengaruh umur, jenis kelamin, jenis sel kanker, terapi kanker dan volume efusi pleura.
Hasil : Data dari seratus pasien kanker paru dikumpulkan untuk analisis. Median survival time untuk pasien dengan hasil sitologi positif lebih rendah dibandingkan dengan yang hasil sitologi negatif (21 vs 42 hari), begitu pula overall survival time (40.42 + 42.83 vs 104.88 + 164.63, p 0.01). Faktor jenis kelamin, umur dan volume efusi pleura tidak bermakna secara statistik terhadap angka tahan hidup jika dikaitkan dengan hasil sitologi dan atau histopatologi. Pasien yang mendapatkan terapi kanker menunjukkan peningkatan hari tahan hidup secara signifikan (Hazard ratio 0.157, 95% CI 0.092 ? 0.266, p <0.001). Penurunan hari tahan hidup ditemukan pada pasien dengan karsinoma sel kecil secara signifikan dibandingkan dengan pasien adenokarsinoma (Hazard ratio 17.685, 95% CI 2.155 ? 145.146, p 0.007).
Kesimpulan : Masa tahan hidup pasien kanker paru dengan efusi pleura sitologi dan atau histopatologi positif lebih pendek dibanding kelompok yang negatif. Faktor jenis kelamin, umur dan volume efusi pleura tidak berpengaruh pada hari tahan hidup, sedangkan faktor terapi dan jenis sel kanker berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan hari tahan hidup.

Introduction : Pleural effusion is one of the poor prognostic factors in lung cancer and initiates the change in the 7th TNM classification system, which sets pleural effusion as a metastatic factor. Malignant pleural effusion indicates an advanced stage of malignancy with a low life expectancy rate, ranging from 3 to 12 months depending on the type and stage of the disease at time diagnosis is confirm.
Method : A cohort retrospective was conducted using data from medical records of lung cancer patients in Persahabatan Hospital Jakarta period 1 January 2010-31 December 2011. Seven hundred and twenty nine lung cancer patients were included, among then 315 had pleural effusion. Using the rules of thumb, Sample of 50 patients with positive cytology and or histopathology and 50 patients with negative cytology and or histopathology was included in the study. By using Kaplan-Meier analysis, the relationship between the results of cytology and or histopathology and survival rate were examined. Further multivariate cox regression analysis was conducted to examine the relationship between the result of cytology and or histopathology and survival rate according to age, gender, type of cancer cell, cancer therapy and the volume of pleural effusion.
Result : Data from one hundred lung cancer patients were collected for analysis. Median survival time for patients with positive cytology was lower than those with a negative cytology result (21 vs 42 days), as well as overall survival time (40.42 vs. 42.83 + 104.88 + 164.63 days, p 0.01). Factors associated including sex, age and volume of pleural effusion do not have significant effect on the survival if associated with cytology and or histopathology results. Patients receiving cancer therapy showed a significant increase in the survival days (Hazard ratio 0.157, 95% CI 0.092-0.266, p <0.001). A significant decrease of survival days was found in patients with small cell carcinoma as compared to adenocarcinoma patients (Hazard ratio 17.685, 95% CI 2.155-145.146, p 0.007).
Conclusion : Positive cytology and or histopathology results significantly decreases the survival rate in lung cancer patients. Factors including sex, age and volume of pleural effusion has no effect on survival rate, whereas cancer therapy and type of cancer cell (adenocarcinoma) significantly improves survival rate.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silviatun Nihayah
"Pendahuluan: Tingkat kematian pasien kanker payudara menempati posisis tertinggi dunia dan umum terjadi pada wanita. TNBC merupakan jenis kanker payudara yang memiliki prognosis buruk. Selain tidak memiliki reseptor hormonal (ER, PR, dan HER2), TNBC memiliki kemampuan yang tinggi dalam mempertahankan hidup dan menolak apoptosis. Hal ini berkaitan dengan tingginya ekspresi gen Survivin, sebagai protein IAP (inhibitor apoptosis protein) yang berperan dalam menghambat apoptosis dan meningkatkan proliferasi. Studi terbaru menunjukkan bahwa CRISPR/Cas9 merupakan pendekatan yang sesuai untuk mengedit gen yang berpeluang besar dalam terapi kanker.
Bahan dan Metode: Sel TNBC BT549 yang telah ditransfeksi dengan Cas9 dan sgRNA. Analisis molekuler dimulai dengan analisis aktifitas pembelahan gen menggunakan (PCR), efisiensi pengeditan genom (Sanger Sequencing), ekspresi mRNA Survivin (qRT-PCR), dan analisis ekspresi protein Survivin (westernblot). Analisis fenotipe dilakukan dengan uji apoptosis (flowcytometry) dan proliferasi (tripan-blue exclusion assay). Analisis bioinformatika dilakukan dengan menganalisis struktur protein (PyMoL) dan analisis interaksi protein (Cytoscape).
Hasil: CRISPR/Cas9 berhasil menghilangkan fungsi gen Survivin pada sel TNBC BT549. Penurunan ekspresi mRNA dan protein Survivin signifikan, peningkatan apoptosis dan penghambatan proliferasi pada sel TNBC BT549.
Kesimpulan: Penelitian ini merupakan riset pertama kali yang berhasil membuktikan efek dari KO Survivin pada apoptosis dan proliferasi sel TNBC BT549.

Introduction: Breast cancer has the highest mortality rate in the world and is most common in women. TNBC is a type of breast cancer with a poor prognosis. TNBC, in addition to lacking hormonal receptors (ER, PR, and HER2), has a high ability to maintain life and resist apoptosis. This is due to the high expression of the Survivin gene, an apoptotic inhibitor protein that plays a role in inhibiting apoptosis and increasing proliferation. Recent research has shown that CRISPR/Cas9 is a suitable approach for gene editing with great potential in cancer therapy.
Materials and Methods: Cas9 and sgRNA were transfected into BT549 TNBC cells. Molecular analysis with PCR, genome editing efficiency (Sanger Sequencing), Survivin mRNA expression (qRT-PCR), and protein expression analysis (westernblot). Phenotypic analysis were carried out by apoptosis (flowcytometry) and proliferation (trypan-blue exclusion assay). Protein structure were studied using (PyMoL) and protein interaction (Cytoscape).
Results: CRISPR/Cas9 successfully eliminated the function of the Survivin gene in BT549 TNBC cells. Significant reduction in Survivin mRNA and protein expression, increased apoptosis, and inhibition of proliferation in BT549 TNBC cells.
Conclusion: This study is the first to demonstrate the effect of Survivin knockout on apoptosis and proliferation of TNBC BT549 cells.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prisca Cynthia Limardi
"Kanker payudara (KPD) merupakan kanker dengan jumlah insidensi dan mortalitas tertinggi pada wanita di dunia dan Indonesia pada tahun 2020. Usaha pencarian biomarka tambahan dilakukan untuk membantu deteksi dini dan evaluasi prognosis. Sebelumnya, jumlah salinan DNA Mitokondria (mtDNA-CN) dan panjang relatif telomer (RTL) dari darah perifer ditemukan berasosiasi dengan peningkatan risiko KPD. Keduanya dapat dipengaruhi oleh perubahan sistemik, seperti stres oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asosiasi mtDNA-CN dan RTL dengan KPD di Indonesia. Penelitian kasus-kontrol ini melibatkan 209 subjek kontrol dan 197 subjek kasus yang berasal dari rumah sakit di 5 daerah di Indonesia (Jakarta, Semarang, Pekanbaru, Makassar, Kupang). Teknik qPCR digunakan untuk mengamplifikasi gen referensi (B2M), mtDNA (MT-TL1), dan telomer. Rasio mtDNA-CN dan RTL dihitung berdasarkan hasil perbandingan terhadap B2M. Asosiasi mtDNA-CN dan RTL dengan risiko dan prognosis KPD dianalisis menggunakan uji regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mtDNA-CN berasosiasi positif dengan RTL (p<0,025). MtDNA-CN yang lebih banyak dan RTL yang lebih panjang, serta kombinasi ‘tinggi-tinggi’ dari keduanya ditemukan berasosiasi signifikan dengan peningkatan risiko KPD pada kelompok usia <48 tahun (p<0,025). Selain itu, mtDNA-CN dan RTL berasosiasi signifikan dengan beberapa karakteristik klinis patologis KPD. MtDNA-CN dan RTL berpotensi digunakan sebagai biomarka risiko dan prognosis KPD.

In 2020, breast cancer has been the leading cause of cancer incidence and mortality among women globally, including in Indonesia. Additional biomarkers discovery were required for early detection and prognostic evaluation. Previously, the peripheral blood mitochondrial DNA copy number (mtDNA-CN) and relative telomere length (RTL) had been associated with elevated breast cancer risk. Both markers might be influenced by the change in systemic condition, such as oxidative stress. We aimed to investigate the associations between mtDNA-CN and RTL with breast cancer in Indonesia. A total of 209 controls and 197 cases from several hospitals in 5 locations in Indonesia (Jakarta, Semarang, Pekanbaru, Makassar, Kupang) were enrolled. The reference gene (B2M), mtDNA (MT-TL1), and telomeres were amplified using qPCR method. The mtDNA-CN and RTL ratio were calculated by comparing them to B2M and the associations were analyzed using regression test. The results showed a significant positive association between mtDNA-CN and RTL (p<0,025). Higher mtDNA-CN, higher RTL, and a ‘high-high’ combination were significantly associated with elevated breast cancer risk in group with age <48 (p<0,025). Both markers were also associated with several clinicopathological features. Therefore, mtDNA-CN and RTL might potentially be used as biomarkers for breast cancer risk and prognosis."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahul Husna
"Kanker payudara merupakan salah satu penyebab kematian utama secara global, dengan angka kematian yang terus meningkat, khususnya pada wanita. Kasus kematian kanker payudara pada umumnya terjadi karena metastasis yang dipengaruhi oleh faktor Epithelial-mesenchymal transition (EMT). Zinc finger E-box binding homeobox 1 (ZEB1) diketahui berperan dalam proses deregulasi EMT. Penggunaan jaringan asli dan kultur primer dari pasien kanker payudara memainkan peran penting dalam memeriksa perilaku kanker payudara, khususnya proses migrasi sel dan karakterisasi molekuler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi kultur eksplan dalam memprediksi kemampuan migrasi sel kanker payudara in vitro, serta analisis ekspresi gen ZEB1 dari penderita kanker payudara. Penelitian ini menggunakan jaringan dari penderita kanker payudara yang dikultur dengan metode eksplan dan diamati dibawah mikroskop, kemudian gen ZEB1 diisolasi dan dianalisis menggunakan qPCR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sel BC02 yang dikategorikan ganas berdasarkan nilai imunohistokimia dan patologi anatomi, membutuhkan waktu kurang dari tujuh hari untuk bermigrasi dari tumor primer, sedangkan BC01 yang dikategorikan jinak membutuhkan waktu 21 hari. Laju migrasi sel dari jaringan diperkirakan bergantung pada status keganasan jaringan. Ekspresi gen ZEB1 pada jaringan dan hasil kultur primer tidak berbeda nyata (p>0.05). Ekspresi ZEB1 pada S04 dan S09 yang dikategorikan sel ganas berdasarkan nilai imunohistokimia dan patologi anatomi berkorelasi positif dengan kemampuan migrasi berdasarkan tingkat keganasan sel kanker payudara. Penelitian ini menunjukkan bahwa kultur eksplan dapat digunakan untuk mempelajari karakteristik migrasi sel kanker. Selain itu, berdasarkan penelitian ini diketahui adanya hubungan ekspresi ZEB1 dengan tingkat keganasan sel kanker.

Breast cancer is one of the leading causes of death globally, with cases of death increasing, especially in women. Cases of death in breast cancer occur due to metastases mediated by Epithelial-mesenchymal Transition (EMT) factors. Zinc finger E-box binding homeobox 1 (ZEB1) has been reported to play a role in the EMT deregulation process. The use of patient-derived primary cultures from breast cancer patients plays an important role in examining the behavior of breast cancer, in particular the process of cell migration and molecular characterization. This study aims to determine the potential of explant culture in predicting the migration ability of breast cancer cells in vitro, and molecular characterization by studying the expression of the ZEB1 gene in breast cancer patients. The results showed that BC02 cells took less than seven days to migrate from the primary tumor, while BC01 cells took 21 days. The rate of cell migration from the tissue was found to depend on the malignant status of the tissue. ZEB1 gene expression in tissue and primary culture were not significantly different (p>0.05). ZEB1 expression in S04 and S09 which were was positively correlated with migration ability based on the malignancy level of breast cancer cells. Furthemore, ZEB1 expression was found to be correlated with the grade of malignancy of breast cancer cells"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Sekar Arum
"Kanker payudara menjadi penyebab kematian utama akibat kanker pada wanita. Metastasis dan kekambuhan menjadi faktor penyebab utama kematian akibat kanker. Metastasis menyebabkan sel tumor menginvasi dan menyebar melalui pembuluh darah menuju organ tubuh lain dan resistensi disebabkan karena sel punca yang memiliki kemampuan untuk self-renewal. Gen EpCAM dan CD44 dilaporkan memiliki kaitan dengan kepuncaan sel kanker. Sampai saat ini, pengembangan pengobatan kanker payudara masih terus dilakukan. Penggunaan kultur primer dalam studi in vitro terus dikembangkan karena hasil kultur primer homogen dengan lingkungan kanker primer. Optimasi kultur primer masih perlu dikembangkan. Selain itu, untuk melihat kepuncaan sel kanker diperlukan studi ekspresi gen terkait sel punca, yaitu EpCAM dan CD44. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi kultur primer kanker payudara dan mendeteksi sel punca menggunakan gen EpCAM dan CD44. Sampel kanker payudara didapatkan dari 10 pasien RS Cipto Mangunkusumo. Sampel yang digunakan adalah sampel high proliferative dan low proliferative. Metode kultur primer yang digunakan adalah metode enzimatis dan eksplan. Pengamatan kultur sel dilakukan selama 30 hari. Pada pengamatan molekuler, jaringan asal kanker dan sel hasil kultur primer digunakan untuk melihat ekspresi gen menggunakan metode qPCR. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode yang berhasil untuk menumbuhkan sel kanker payudara adalah metode eksplan dan karakteristik sampel high proliferative. Sel sferoid (3D) didapatkan pada kultur kanker payudara. Hasil ekspresi gen menunjukkan ekspresi EpCAM dan CD44 tidak berbeda nyata (P>0,05) antara hasil kultur dan jaringan asal. Ekspresi gen yang tinggi diketahui berkorelasi dengan kehadiran sel punca

Breast cancer is the leading cause of death from cancer in women. Metastases and relapses are the main contributing factors to death from cancer. Metastases cause tumor cells to invade and spread through blood vessels to other organs of the body and resistance is caused due to stem cells having the ability to self-renew. The EpCAM and CD44 genes are reported to be associated with cancer cell stemness. To date, the development of breast cancer treatment is still being developed. The use of primary culture in in vitro studies continues to be developed because the results of the primary culture are homogeneous with the primary cancer environment. However, optimization of primary culture is still required to be developed. In addition, to see the cancer stemness, studies of stem cell-related gene expression are needed, namely EpCAM and CD44. This study aims to optimize the primary culture of breast cancer and detect stem cells using the EpCAM and CD44 genes. Breast cancer samples were obtained from 10 patients at Cipto Mangunkusumo Hospital. The samples used were high proliferative and low proliferative samples. The primary culture methods used were enzymatic and explanatory methods. Observation of cell cultures was carried out for 30 days. In molecular observations, cancer origin tissue and primary cultured cells were used to see gene expression using the qPCR method. The results obtained showed that the successful method for growing breast cancer cells is the explant method. Spheroid (3D) cells were obtained in breast cancer cultures. Gene expression results showed that EpCAM and CD44 expression did not differ significantly (P>0.05) between culture results and tissue origin. High gene expression is known to correlate with the presence of stem cells."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Agung Kurnianto
"ABSTRAK
Saat ini kanker mulut rahim menjadi penyebab kedua kematian banyak wanita di dunia setelah kanker payudara. Penyebab kanker ini terkait dengan Human papillomavirus (HPV) jenis high-risk. Berdasarkan studi epidemiologi, rata-rata wanita di seluruh dunia terkena kanker mulut rahim yang disebabkan oleh HPV tipe 16, 18, 31, dan 45. Tipe-tipe high-risk tersebut mengkode dua gen onkoprotein, yaitu protein E6 dan E7 yang berinteraksi dengan protein penekan tumor dan mengganggu proses replikasi sel inang. Untuk mengurangi terjadinya insidensi kanker mulut rahim, diperlukan suatu tindakan pencegahan dengan cara mengembangkan vaksin. Salah satu jenis vaksin yang tengah dikembangkan ialah Chimeric Virus-like Particles (CVLP). Secara in silico perancangan vaksin ini dilakukan dengan memasukkan asam-asam amino yang diprediksikan menjadi epitopes dari protein L1 HPV 18, 31, dan 45; dan protein E6 dan E7 HPV 16, 18, 31, dan 45 ke dalam sekuens backbone protein L1 HPV 16. Diharapkan vaksin yang dirancang memiliki sifat immunogenic dan mampu untuk merespon sistem imun tubuh terhadap keempat tipe HPV di atas. Untuk mengetahui asam-asam amino yang berpeluang sebagai epitopes, dilakukan prediksi dengan server MULTIPRED, sehingga diketahui posisi epitopes yang dapat berikatan dengan Human Leukocytes Antigens (HLA) dan reseptor T cell dari protein-protein yang digunakan. Digunakan juga server CEP untuk memprediksi epitopes B cell. Sekuens asam amino hasil prediksi yang terdiri atas dua jenis algoritma, disubstitusi dengan asam amino dari backbone L1 HPV 16. Rancangan sekuens hasil substitusi dibandingkan similaritasnya dengan native L1 HPV 16 yang tersedia di protein data bank dengan program BLAST. Hasilnya kedua sekuens CVLP menunjukkan persen identitas sebesar 78%. Untuk melihat bentuk konformasi dari backbone protein yang digunakan dan posisi asam amino yang disubstitusi, digunakan program Swiss-Pdb Viewer (DeepView). Kata kunci: CVLP; epitopes; Human papillomavirus; konformasi protein; vaksin."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library