Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novita Hillary Christy Damanik
"Arsitektur dan konstruksi memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, khususnya dalam aspek lingkungan. Mereka berkontribusi pada emisi karbon tinggi dan konsumsi energi yang tinggi. Bahan bangunan merupakan salah satu faktor utama penyebab kerusakan lingkungan. Material tanah, khususnya bata membutuhkan energi yang tinggi dan mengeluarkan karbon ke atmosfer akibat proses pembakaran. Penelitian sebelumnya telah menggunakan serat alami, seperti serat ampas tebu dan ekstraksi sayuran yang difermentasi sebagai penguat untuk menghasilkan bata yang tidak dibakar. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sifat mekanis, fisis dan tampak bata dengan penambahan perkuatan SBF dan bio-enzim. Percobaan menghasilkan empat spesimen yang mengandung persentase komposisi yang sama tetapi berbeda pada bahan yang dikandungnya. Sampel bata diproduksi secara manual dengan ukuran 50 mm × 50 mm × 50 mm dan 230 mm × 110 mm × 50 mm. Sampel dikeringkan selama 28 hari pada suhu ruangan pada 2 ± 28 ° C sebelum dilakukan observasi dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penambahan SBF dan bio-enzim pada sampel meningkatkan sifat mekaniknya. Sedangkan sifat fisiknya, yaitu resapan air, sampel bata melebur saat direndam dalam air. Untuk sifat tampak, sampel bata dengan SBF memenuhi standar toleransi tekstur, warna, dan ukuran.

Architecture and construction play an important role in achieving sustainable development goals, especially in the environmental aspect. They contribute to high carbon emission and high energy consumption. Building material is one of the main factors that cause environmental damage. Earthen material, especially clay brick, requires high energy and emits carbon to the atmosphere due to the process of kiln-firing. Previous studies have been using natural fiber, such as (SBF) and the extraction of fermented vegetables as reinforcements to produce unfired clay brick. This paper aims to investigate the effect on mechanical, physical and visible properties of unfired clay brick by adding reinforcement: SBF and bio-enzyme. The experiment produces four specimens that contain the same percentage of composition but differed in the contained ingredients. The brick samples were produced manually with the size of 50 mm × 50 mm × 50 mm and 230 mm × 110 mm × 50 mm. They were cured for 28 days at room temperature 2±28°C before the observation and test were conducted. The results showed that by adding both SBF and bio-enzyme to the samples increased its mechanical property. While the physical property, the water absorption, the brick samples melted when immersed in water. For the visible property, the brick samples with SBF met the standard of texture, color, and size tolerance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Kumala Sari
"Penentuan Hg2+ Menggunakan Elektroda Karbon Pasta yang Dimodifikasi dengan Kaliks(6)aren dengan Metode Voltametri Siklik Telah dikembangkan elektroda karbon pasta yang dimodifikasi dengan kaliks(6)aren. Komposisi elektroda karbon pasta yang dimodifikasi dengan kaliks(6)aren pada penelitian ini menggunakan komposisi optimum peneliti sebelumnya, yaitu dengan komposisi 0,2750 g karbon; 0,1500 g resin; 0,1000 g pengeras dan 0,0026 g kaliks(6)aren, suhu pemanasan 600C selama 72 jam, dengan diameter tube yang digunakan ?6 mm. Optimasi parameter pengukuran dari elektroda yang digunakan didapat pada rentang potensial -0,6 V sampai 0,6 V, scan rate 150 mV/s dan waktu akumulasi 180 detik. Batas deteksi elektroda sebesar 2,8725x10-6 M, dengan tingkat keakuratan pengulangan pengukuran sebesar 1,08%. Penambahan kation Cu2+ dan Pb2+ pada pengukuran Hg2+ memberikan penurunan tinggi puncak arus yang signifikan. Pada perbandingan konsentrasi Pb2+: Hg2+ = 1:1, penurunan tinggi puncak arusnya mencapai 59,69%, sedangkan untuk perbandingan konsentrasi Cu2+: Hg2+ = 1:1, penurunan tinggi arusnya sebesar 66,89%. Untuk elektroda tube kecil dengan diameter ?2 mm optimasi parameter pengukurannya tidak jauh berbeda dengan elektroda tube besar, yaitu dengan rentang potensial optimum pada -0,7 V sampai 0,6 V, scan rate 150 mV/s dan waktu akumulasi 120 detik. Elektroda tube kecil ini memiliki batas deteksi 3,5647x10-6 M, dengan tingkat keakuratan pengulangan pengukurannya sebesar 2,23%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenal Awaludin
"Elektroda karbon pasta yang dimodifikasi secara kimia (CMCPEs)
telah banyak digunakan untuk bidang elektroanalisa. Berbagai macam
senyawa kimia telah dicoba sebagai modifier dalam elektroda karbon pasta
yang digunakan sebagai sensor untuk penentuan tingkat runutan ion-ion
logam berat.
Penelitian ini menyelidiki kemampuan kaliks(6)aren sebagai modifier
pada elektroda karbon pasta untuk merespon adanya Hg^"". Data yang
diperoleh menunjukkan bahwa elektroda karbon pasta yang dimodifikasi
kaliks(6)aren dapat merespon adanya Hg^"" dengan batas deteksi 1,29x10'®M.
Sedangkan elektroda karbon pasta yang tidak dimodifikasi dengan
kaiiks(6)aren tidak dapat merespon adanya Hg^"". Pada tingkat konsentrasi
Hg^"" 1x10'^M-, ion-ion logam pengganggu seperti Cu^"", Ni^"", Mg^"", dan Zn^"" dengan konsentrasi sepuluh kali konsentrasi Hg^'' menyebabkan
penyimpangan yang signlfikan. Sedangkan pada konsentrasi ion-ion logam
pengganggu sama dengan konsentrasi Hg^"" hanya yang dapat
mempengaruhi pengukuran secara signifikan"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Suraputra
"Kebakaran merupakan salah satu penghasil gas karbon monoksida (CO) terbesar di udara. Menurut National Bureau of Standard USA, penyebab korban jiwa terbesar pada kebakaran adalah menghirup asap hasil kebakaran (smoke inhalation) sebesar 74%, tersengat panas sebesar 18%, dan penyebab lain sebesar 8%. Penelitian ini dilakukan untuk mengurangi kadar CO dan menjernihkan asap kebakaran menggunakan zeolit alam Lampung termodifikasi TiO2. Hasil uji XRF menunjukkan rasio Si/Al meningkat dari 5,02 menjadi 13,29 setelah aktivasi, sedangkan hasil uji BET menunjukkan luas permukaan meningkat dari 33,85 m2/g menjadi 37,75 m2/g untuk zeolit alam Lampung 400 mesh, 40,06 m2/g untuk zeolit alam Lampung 400 nm, dan 44,41 m2/g untuk zeolit alam Lampung termodifikasi TiO2. Zeolit alam Lampung termodifikasi TiO2 ukuran 400 nm dengan massa 3 gram memiliki kapasitas adsorpsi CO paling tinggi (3,67 %) dan rasio t10 penjernihan asap paling baik yaitu 0,45, 0,45, dan 0,48.

Fire is one of the biggest producer carbon monoxide (CO) gas in the air. According to the National Bureau of Standard USA, the largest cause of fatalities in fire is smoke inhalation 74 %, heat stock of 18 %, and other cause 8 %. The research was done to reduce CO levels and smoke clearing fire using Lampung natural zeolite modified TiO2. XRF test results showed the ratio of Si/Al increases from 5,02 to 13,29 after activation, while test results showed the BET surface area increased from 33,85 m2/g to 37,75 m2/g for Lampung natural zeolite 400 mesh, 40,06 m2/g for Lampung natural zeolite 400 nm, and 44,41 m2/g for Lampung natural zeolite modified TiO2. Lampung natural zeolite modified TiO2 400 nm size with a mass 3 grams having the highest CO adsorption capacity (3,67 %) and the best ratio t10 smoke purification that has a value of 0.45, 0.45, dan 0.48. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S917
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Al Basri Amin
"Komposit karbon dibuat dengan bahan baku serbuk limbah batubara, arang batok kelapa, dan coal tar pitch. Serbuk batubara dan arang batok kelapa berperan sebagai penguat partikulat, dan coal tar pitch berperan sebagai prekursor matriks pengikat. Persentase coal tar pitch yang digunakan adalah 30% berat dan persentase BB dan ABK 70% berat. Ukuran partikel batubara dan arang batok kelapa yang dipakai adalah 200 mesh. Pembuatan komposit ini dilakukan dengan proses kompaksi panas dengan tekanan 11 U.S ton/78 Mpa, T=1000C, selama 30 menit, kemudian dikarbonisasi pada suhu 500-5500C, P = ± 600 torr. Variabel dalam penelitian ini adalah persentase BB:ABK yaitu 60:40, 70:30, 80:20. Pada spesimen uji komposit karbon ini akan diamati nilai densitas, persentase porositas, nilai kekerasan, ketahanan aus dan morfologi ikatan antar bahan penyusun.
Semakin tinggi kandungan BB(semakin rendah kandungan ABK) akan dihasilkan nilai densitas yang semakin tinggi dan porositas semakin rendah. Nilai densitas tertinggi terdapat pada rasio komposisi BB:ABK 70:30, yaitu 1,53 gr/cm3 dan persentase porositas terendah terdapat pada 70:30, yaitu 32 %. Kemudian, semakin tinggi kandungan ABK (atau semakin rendah kandungan BB) akan dihasilkan nilai kekerasan yang semakin tinggi dan laju keausan akan semakin rendah/semakin tahan aus. Nilai kekerasan tertinggi terdapat pada BB:ABK 60:40, yaitu 49,73 BHN dan laju keausan terendah terdapat pada BB:ABK 60:40, yaitu 0.05499 mm3/Nm. Ketidaksesuaian densitas, porositas, serta laju keausan pada rasio komposisi BB:ABK 80:20 disebabkan karena banyaknya coal tar pitch yang meluber saat kompaksi.

Carbon-carbon composite is made by coal,coconut shell coal, and coal tar pitch. Coal and coconut shell coal acted as reinforced particle and coal tar pitch as matrix precursor. The percentage of coal tar pitch which used is 30% (weight fraction) and reinforced particle(coal and coconut shell coal) is 70%. The mesh of particle size of coal and coconut shell coal is 200. The processed used is hot compaction/pressing. The pressed was 11 U.Ston/78 Mpa, T=1000C, for 30 minute, Then carbonized at 500-5500C, P = ± 600 torr. The variable in this research is the presentage of coal compared with coconut shell coal,individually 60:40, 70:30,and 80:20.The carbon-carbon composite then characterized enclose density, the percentage of porosity, hardness, wear rate, and microstructure by Scanning Electron Microscope (SEM).
With increasing of coal content(decrease of coconut shell coal content),produced the increasing in density and decreasing in porosity. The highest density is shown in composition ratio of coal compared with coconut shell coal 70:30, that was 1,53 gr/cm3 and the lowest percentage of porosity is produced in 70:30, that was 32 %. Then, increasing of coconut shell coal content (decrease of coal content) produced higher proportion in hardness and lower proportion in wear rate/ more wear resistant. The highest proportion in hardness is produced in composition ratio of coal compared with coconut shell coal 60:40, that was 49,73 BHN and the lowest wear rate is shown in composition ratio of coal compared with coconut shell coal 60:40, that was 0.05499 mm3/Nm. The nonconformity in density, porosity, and wear rate in composition ratio of coal compared with coconut shell coal caused by the amount of coal tar pitch reduced (caused overflow from the dies) when hot pressing carried out.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S926
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Imia Ribka
"Nanokarbon adalah material karbon yang diproduksi dengan struktur dan ukuran nanometer. Dekomposisi katalitik metana merupakan salah satu sintesis nanokarbon dengan metode CVD (Chemical Vapour Deposition) yang cukup ekonomis untuk menghasilkan nanokarbon. Penelitian ini dilakukan menggunakan katalis Fe dan karbon aktif sebagai substrat. Karbon aktif yang digunakan dibuat dari kulit buah pisang dengan menggunakan zat aktivasi KOH yang dapat memberikan luas permukaan karbon aktif yang lebih besar. Katalis dan karbon aktif kulit buah pisang dipreparasi dengan menggunakan metode impregnasi. Katalis dan karbon aktif yang telah diimpregnasi direaksikan dengan metana pada temperatur 700°C dan tekanan 1 atm dengan waktu reaksi selama 60, 120, dan 300 menit. Hasil penelitian menunjukkan nanokarbon yang terbentuk pada 60 menit adalah carbon onion quasi-sphere dengan konversi metana sebesar 14%, pada 120 menit membentuk CNT dengan konversi metana sebesar 18% dan pada 300 menit terjadi peningkatan pembentukan nanokarbon berkualitas rendah dengan konversi metana sebesar 44%.

Nanocarbon is a carbon material produced by the nanometer structure and size. Catalytic decomposition of methane is one of the economic methods for synthesis nanocarbon by CVD (Chemical Vapour Deposition) to produce nanocarbon. The research was conducted using the catalyst Fe and activated carbon as catalyst support. Activated carbon was made from banana peel by using KOH as activating agent which can provide a large surface area. Catalyst Fe and banana peel activated carbon prepared by impregnation method. Catalyst and activated carbon which has been impregnated is reacted with methane which the reaction temperature of 700°C and atmospheric pressure during 60, 120 and 300 minutes reaction times. The results showed nanocarbon formed at 60 minute reaction time is carbon onions quasi-sphere with methane conversion of 14%, at 120 minute reaction time is CNT with methane conversion of 18% and at 300 minute reaction time an increase the formation of nanocarbon low quality with methane conversion of 44%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42810
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Gita Astari
"Permukiman sebagai suatu wilayah dimana didalamnya terdapat berbagai aktivitas manusia yang mengkonsumsi energi, baik energi listrik maupun energi yang berasal dari bahan bakar fosil, merupakan salah satu sumber penghasil gas rumah kaca. Jakarta sebagai kota metropolitan di Indonesia memiliki jumlah penduduk 9.604.329 jiwa. Tingginya jumlah penduduk dengan beragam aktivitas penduduk Kota Jakarta tentunya akan berpengaruh terhadap emisi CO2 yang dihasilkan. Pada penelitian ini akan dilakukan perhitungan terhadap emisi jejak karbon yang dihasilkan dari aktivitas permukiman. Wilayah studi yang diambil adalah wilayah Jakarta dalam skala kecamatan yaitu Kecamatan Pademangan yang terletak di Kotamadya Jakarta Utara. Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu tipe rumah, daya listrik, dan jumlah penghasilan kepala keluarga. Emisi CO2 dapat dinyatakan sebagai jejak karbon. Dimana dalam penelitian ini terdapat dua jenis jejak karbon yang diteliti, yaitu jejak karbon primer yang berasal dari penggunaan bahan bakar fosil di rumah tangga, dan jejak karbon sekunder yang berasal dari konsumsi energi listrik rumah tangga.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa nilai total emisi karbon yang dihasilkan oleh Kecamatan Pademangan yaitu sebesar 11.336,16 ton CO2 /bulan dengan kelurahan terbesar penyumbang emisi karbon yaitu Kelurahan Pademangan Barat yang terdiri dari emisi karbon primer sebesar 221,76 ton CO2 /bulan dan emisi karbon sekunder sebesar 3910,12 ton CO2 /bulan. Peringkat kedua adalah Kelurahan Ancol yang menghasilkan emisi karbon primer sebanyak 224,63 ton CO2 /bulan dan emisi karbon sekunder sebesar 3846,06 ton CO2 /bulan. Di peringkat terakhir yaitu Kelurahan Pademangan Timur yang menghasilkan emisi karbon primer dan emisi karbon sekunder masing-masing sebesar 104,45 ton CO2 /bulan dan 3029,02 ton CO2 /bulan. Berdasarkan hasil analisis dan uji statistik, faktor-faktor yang mempengaruhi nilai emisi CO2 yang dihasilkan dari suatu rumah tangga yaitu tipe rumah, daya listrik, dan jumlah penghasilan.

Settlements as an area in which there are many human activities that consume energy, either electrical energy or energy derived from fossil fuels, is a source of greenhouse gases. Jakarta as a metropolitan city in Indonesia has a population of 9,604,329 people. The high number of residents with various activities, will certainly affect the generation of the carbondioxide emissions. This research will measure the carbon footprint generated from settlement activities. The study area of this research is took place in Pademangan North Jakarta. Variables used in this research are the type of housing, the electricity power installed, and salaries of the households. Carbondioxide emission can be expressed as a carbon footprint. In this study, there are two types of carbon footprint that is observed, they are the primary carbon footprint from fossil fuel consumption in households, and the secondary carbon footprint which comes from electricity consumption of households.
Based on this research, it was found out that the total carbon emissions generated by Pademangan is 11336.16 tonnes CO2/month. The largest contributor to carbon emissions is West Pademangan with primary carbon emissions of 221.76 tons CO2/month and secondary carbon emissions of 3910.12 tons CO2/month. Ranked second is Ancol that produce the primary carbon emissions as much as 224.63 tons CO2/month and the secondary carbon emissions of 3846.06 tonnes CO2/month. Ranked last is East Pademangan which produces primary carbon emissions and secondary carbon emissions each are 104.45 CO2/month and 3029.02 CO2/month. Based on the analysis and statistical tests, factors that affect the value of carbondioxide emissions resulting from a household are the type of the house, the electricity power installed, and the amount of the households income.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42101
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Wahyu Untari
"Konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 72% terhadap emisi GRK global sehingga diperlukan upaya pengendalian, salah satunya melalui studi jejak karbon rumah tangga. Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kelapa Gading ini bertujuan untuk menghitung rata-rata jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Kelapa Gading, mengidentifikasi aktivitas dan faktor yang mempengaruhi jejak karbon rumah tangga tersebut, serta memberikan rekomendasi pengendalian jejak karbon rumah tangga. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan kalkulator Carbon Footprint Ltd. yang memperhitungkan aktivitas konsumsi energi, transportasi, serta konsumsi barang dan jasa. Pengumpulan data dilakukan secara random-purposive sampling menggunakan kuesioner dimana data kemudian dianalisis secara statistik deskriptif dan regresi linear berganda. Penelitian dilakukan selama masa pandemi COVID-9 dengan pemberlakuan kebijakan PPKM tingkat 3. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Kelapa Gading sebesar 1,77 MT CO2e per rumah tangga per bulan dengan dominasi oleh sektor energi (0,71 MT CO2e per rumah tangga per bulan) diikuti oleh sektor konsumsi barang dan jasa (0,66 MT CO2e per rumah tangga per bulan) serta transportasi (0,4 MT CO2e per rumah tangga per bulan). Jejak karbon rumah tangga tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain penghasilan keluarga (r = 0,54 ; Sig = 3,45 x 10-9), ukuran keluarga (r = 0,31 ; Sig = 0,02), dan pola makan (r = 0,37 ; Sig = 0,01). Penghasilan keluarga menunjukkan korelasi yang sedang (r = 0,54) terhadap jejak karbon rumah tangga sementara ukuran keluarga (r = 0,31) dan pola makan (r = 0,37) menunjukkan korelasi yang rendah terhadap jejak karbon rumah tangga. Beberapa rekomendasi pengendalian jejak karbon rumah tangga yang ditawarkan antara lain pembuatan kebijakan konsumsi energi, optimasi penggunaan sumber energi terbarukan, konsumsi ekoefisien, serta perubahan gaya hidup rumah tangga yang intensif karbon.

Household consumption contributes 72% to global GHG emissions. Thus, control efforts are needed, one of which is through a household carbon footprint study. This research, which was conducted in Kelapa Gading District, aims to calculate the average household carbon footprint in Kelapa Gading District, identify activities and factors that affect the household's carbon footprint, and provide recommendations for controlling the household carbon footprint. Calculations were made using a calculator from Carbon Footprint Ltd. which takes into account the energy consumption, transportation, and consumption of goods and services activities. Data was collected using a random-purposively using questionnaire where the data were then analyzed using descriptive statistics and multiple linear regression. The study was conducted during the COVID-9 pandemic with the implementation of the PPKM level 3 policy. Based on the results of the study, the average household carbon footprint in Kelapa Gading District was 1.77 MT CO2e per household per month with the dominance of the energy sector (0 ,71 MT CO2e per household per month) followed by the consumption of goods and services sector (0.66 MT CO2e per household per month) and transportation (0.4 MT CO2e per household per month). The household's carbon footprint was influenced by several factors, including household income (r = 0.54 ; Sig = 3.45 x 10-9), household size (r = 0.31 ; Sig = 0.02), and diet (r = 0.37 ; Sig = 0.01). Household income showed a moderate correlation (r = 0,54) to the household carbon footprint while household size (r = 0,31) and diet (r = 0,37) showed a low correlation to the household carbon footprint. Several recommendations for controlling household carbon footprints were offered, including making energy consumption policies, optimizing the use of renewable energy sources, eco-efficient consumption, and changing carbon-intensive household lifestyles."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juhans
"ABSTRAK
Kabupaten Karawang dilewati oleh Jalan Nasional Rute 1 atau yang dikenal
dengan nama Jalur Pantai Utara (Pantura). Jalan nasional ini menghubungkan kota
besar seperti DKI Jakarta dan kota-kota besar di Jawa Barat yaitu, Cirebon dan
Bandung dengan Kabupaten Karawang. Hal ini menjadikan jalan nasional di
Kabupaten Karawang memiliki volume lalu lintas yang tinggi. Dinamika arus
kendaraan pada jalan nasional berbanding lurus dengan jumlah karbon yang
terdapat pada jalan tersebut. Untuk itu penelitian stok karbon penting untuk
mengetahui sejauh mana kontribusi jalur hijau jalan yang berada di sepanjang jalan
nasional ini dalam menyerap gas rumah kaca khususnya CO2. Metode indeks
vegetasi digunakan sebagai metode yang efisien untuk mengestimasi nilai stok
karbon. Indeks vegetasi yang memiliki nilai korelasi paling tinggi dengan sampel
di lapangan adalah EVI, sehingga EVI merupakan indeks vegetasi yang cocok
untuk digunakan pada penelitian ini. Hasilnya estimasi nilai stok karbon jalur hijau
jalan nasional Kabupaten Karawang sebesar 9.046 ton/ha dan daya serap karbonnya
mencapai 33.170 ton/ha. Sementara total rata-rata emisi karbon yang dihasilkan
oleh kendaraan yang melewati jalan nasional tersebut mencapai nilai 65.868 ton per
harinya. Sebagian besar segmen jalan nasional di Kabupaten Karawang mampu
menyerap dengan baik emisi karbon yang dihasilkan oleh kendaraan yang melewati
jalan tersebut.

ABSTRACT
Karawang regency passed by the National Road or Route 1, known as the
North Shore Line (coast). This national road connects major cities such as Jakarta
and major cities in West Java, namely, Cirebon and Bandung with the Karawang
regency. This makes the national road in the Karawang regency has a high traffic
volume. The dynamics of the flow of vehicles on national roads is directly
proportional to the amount of carbon contained in the road. For the study of carbon
stocks is important to know the extent of the contribution of the green belt road that
is along the national road is to absorb greenhouse gases, especially CO2. Vegetation
index method is used as an efficient method to estimate the carbon stock.
Vegetation index that has the highest correlation with the value of the samples in
the field is EVI, so the vegetation index EVI is suitable for use in this study. The
result is the estimated value of stock-carbon green belt national road Karawang
regency of 9.046 tonnes / ha and absorption of carbon reaching 33.170 tonnes / ha.
While the average total carbon emissions produced by vehicles passing through the
national road reaches the value of 65.868 tons per day. Most of the national road
segments in the Karawang regency are able to absorb the carbon emissions
produced by vehicles passing through the road.
"
2016
S64128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Ratnawati
"The negative externalities of carbon emissions have become
global problems requiring public-private collaboration for
successful intervention. Based on the Copenhagen Climate
Change Conference, to reduce carbon emissions by 26% from
BAU (business as usual), one of policies that might be
implemented is the carbon tax. By pragmatically analyzing the
experiences of countries that have successfully implemented a
carbon tax, it is expected that an ideal formulation and
mechanism of carbon tax for Indonesia can be developed. The
limitation of such studies are the behavioral effect of the
readiness of Indonesian society to implement carbon tax and a
comprehensive calculation on the proposed carbon tax rates.
The results of study showed that the carbon tax could be
implemented in Indonesia. The ideal formulation of carbon tax
being used as a reference in determining policies to address the
negative externalities of carbon emissions and global warming.
Eksternalitas negatif emisi karbon merupakan permasalahan
global yang penanganannya memerlukan kehadiran
intervensi pemerintah. Sesuai dengan komitmen pemerintah
dalam Konferensi Perubahan Iklim Kopenhagen untuk
menurunkan emisi karbon sebesar 26% dari BAU (business as
usual), maka salah satu kebijakan yang dapat digunakan
adalah carbon tax. Menggunakan metode practical approach
pada negara-negara yang telah berhasil menerapkan carbon
tax diharapkan terdapat rumusan carbon tax yang ideal serta
mekanisme dapat diterapkannya carbon tax di Indonesia.
Keterbatasan area penelitian yang perlu diteliti lebih
mendalam adalah mengenai behavioral effect kesiapan
masyarakat Indonesia atas penerapan carbon tax, serta
perhitungan yang komprehensif atas usulan tarif pajak. Hasil
dari penelitian menunjukkan bahwa carbon tax dapat
diterapkan di Indonesia. Rumusan ideal carbon tax dapat
digunakan sebagai referensi dalam penentuan kebijakan
untuk mengatasi eksternalitas negatif emisi karbon serta
global warming."
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, 2016
336 ITR 1:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>