Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Daffa Bryant Putraprasetyo
"The safe transportation of carbon dioxide (CO2) through pipelines is vital for carbon capture and storage (CCS) to reduce greenhouse gas emissions. This study models CO2 dispersion and conducts a safety analysis for onshore pipeline leaks in Indonesia, focusing on gaseous and supercritical CO2, which a release depends on factors such as the size of the leak, release pressure, and environmental conditions. Key findings reveal that supercritical CO2 leaks exhibit greater dispersion due to higher momentum and expansion, with full-bore ruptures affecting areas over 2,000 meters. Leak proximity to the pipeline inlet increases mass release, while stability classes and wind speeds significantly influence dispersion. Integral models provide realistic hazard predictions, contrasting Gaussian models' conservatism. Even minor leaks can exceed hazardous CO2 levels (5000 ppm) over hundreds of meters, emphasizing the urgency of robust mitigation strategies to address thermal, mechanical, and toxic risks.

Pengangkutan karbon dioksida (CO2) yang aman melalui jaringan pipa sangat penting untuk penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) guna mengurangi emisi gas rumah kaca. Studi ini memodelkan dispersi CO2 dan melakukan analisis keamanan untuk kebocoran pipa darat di Indonesia, dengan fokus pada CO2 gas dan superkritis, yang pelepasannya bergantung pada faktor-faktor seperti ukuran kebocoran, tekanan pelepasan, dan kondisi lingkungan. Temuan utama mengungkapkan bahwa kebocoran CO2 superkritis menunjukkan dispersi yang lebih besar karena momentum dan ekspansi yang lebih tinggi, dengan pecahnya lubang penuh yang mempengaruhi area lebih dari 2.000 meter. Kedekatan kebocoran dengan saluran masuk pipa meningkatkan pelepasan massa, sementara kelas stabilitas dan kecepatan angin secara signifikan memengaruhi dispersi. Model integral memberikan prediksi bahaya yang realistis, kontras dengan konservatisme model Gaussian. Bahkan kebocoran kecil dapat melebihi tingkat CO2 yang berbahaya (5000 ppm) selama ratusan meter, yang menekankan urgensi strategi mitigasi yang kuat untuk mengatasi risiko termal, mekanis, dan toksik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Daffa Bryant Putraprasetyo
"The safe transportation of carbon dioxide (CO2) through pipelines is vital for carbon capture and storage (CCS) to reduce greenhouse gas emissions. This study models CO2 dispersion and conducts a safety analysis for onshore pipeline leaks in Indonesia, focusing on gaseous and supercritical CO2, which a release depends on factors such as the size of the leak, release pressure, and environmental conditions. Key findings reveal that supercritical CO2 leaks exhibit greater dispersion due to higher momentum and expansion, with full-bore ruptures affecting areas over 2,000 meters. Leak proximity to the pipeline inlet increases mass release, while stability classes and wind speeds significantly influence dispersion. Integral models provide realistic hazard predictions, contrasting Gaussian models' conservatism. Even minor leaks can exceed hazardous CO2 levels (5000 ppm) over hundreds of meters, emphasizing the urgency of robust mitigation strategies to address thermal, mechanical, and toxic risks.

Pengangkutan karbon dioksida (CO2) yang aman melalui jaringan pipa sangat penting untuk penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) guna mengurangi emisi gas rumah kaca. Studi ini memodelkan dispersi CO2 dan melakukan analisis keamanan untuk kebocoran pipa darat di Indonesia, dengan fokus pada CO2 gas dan superkritis, yang pelepasannya bergantung pada faktor-faktor seperti ukuran kebocoran, tekanan pelepasan, dan kondisi lingkungan. Temuan utama mengungkapkan bahwa kebocoran CO2 superkritis menunjukkan dispersi yang lebih besar karena momentum dan ekspansi yang lebih tinggi, dengan pecahnya lubang penuh yang mempengaruhi area lebih dari 2.000 meter. Kedekatan kebocoran dengan saluran masuk pipa meningkatkan pelepasan massa, sementara kelas stabilitas dan kecepatan angin secara signifikan memengaruhi dispersi. Model integral memberikan prediksi bahaya yang realistis, kontras dengan konservatisme model Gaussian. Bahkan kebocoran kecil dapat melebihi tingkat CO2 yang berbahaya (5000 ppm) selama ratusan meter, yang menekankan urgensi strategi mitigasi yang kuat untuk mengatasi risiko termal, mekanis, dan toksik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifqi
"Gas CO2 merupakan penyebab utama terjadinya pemanasan global. Gas CO2 dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga uap. Dalam rangka mengurangi emisi gas CO2, Indonesia menandatangani Paris Agreement untuk mencegah terjadinya perubahan iklim. Di samping itu, Indonesia memiliki target untuk meningkatkan produksi minyak menjadi 1 juta barel per hari pada tahun 2030. Oleh karena itu, penelitian ini menganalisis risiko investasi proyek carbon capture untuk pemanfaatan enhanced oil recovery (EOR) di lapangan minyak wilayah Sumatera Selatan. Teknologi carbon capture yang digunakan adalah proses absorpsi menggunakan pelarut monoethanolamine (MEA). Hasil yang didapatkan dari penelitian adalah levelized cost carbon capture sebesar $32,25/ton CO2, levelized cost carbon compression sebesar $8,01/ton CO2, levelized cost carbon transport sebesar $39,51/ton CO2, dan levelized cost carbon injection & storage sebesar $5,64/ton CO2. Nilai parameter kelayakan investasi proyek yang didapatkan adalah net present value (NPV) sebesar $3.490.642.472,36, internal rate of return (IRR) sebesar 22,81%, profitability index (PI) sebesar 1,06, dan payback period (PBP) sebesar 7 tahun. Dengan derajat keyakinan 85% pada simulasi Monte Carlo, hasil distribusi keempat nilai parameter kelayakan investasi masih masuk dalam kriteria aman yang menandakan proyek layak untuk dijalankan. Aspek yang paling berpengaruh terhadap hasil parameter investasi adalah harga minyak, harga pipa, dan discount rate.

CO2 gas is the cause of global warming. CO2 gas is produced from coal-fired power plants. In order to reduce CO2 gas emissions, Indonesia signed the Paris Agreement to prevent climate change. Meanwhile, Indonesia has a target to increase oil production to 1 million barrels per day by 2030. Therefore, this study analyzes the investment risk of carbon capture projects for enhanced oil recovery (EOR) utilization in oil fields in the South Sumatra region. The carbon capture technology used is an absorption process using monoethanolamine (MEA) solvent. The results obtained are levelized cost carbon capture by $32.25/ton CO2, levelized cost carbon compression by $8.01/ton CO2, levelized cost carbon transport by $39.51/ton CO2, and levelized cost carbon injection & storage by $5.64/ton CO2. The project investment parameter obtained are net present value (NPV) of $3,490,642,472.36, internal rate of return (IRR) of 22.81%, profitability index (PI) of 1.06, and payback period (PBP) of 7 years. With a degree of confidence at 85% in the Monte Carlo simulation, the results of the fourth investment parameter are still categorized as acceptable, indicating that the project is feasible to run. The most impactful aspects of the results are oil price, pipeline price, and discount rate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Melati Naopat
"Kandungan gas CO2 dalam bahan bakar gas dapat menurunkan kualitas pembakaran. Sebagai contoh yaitu biogas yang umumnya mengandung 25-45% gas CO2, sehingga diperlukan proses pemurnian agar dicapai spesifikasi konsentrasi CO2 dibawah 5%. Pada penelitian ini, proses pemisahan CO2 dilakukan melalui metode absorpsi kimia dengan variasi jenis absorben (NaOH, Ca(OH)2, MEA, dan K2CO3) dan konsentrasi absorben dan menggunakan teknik jet bubble pada tekanan atmosferik. Proses absorpsi penelitian ini dapat menurunkan konsentrasi CO2 30–31,7%mol menjadi 3,6–8,5%mol, dengan efisiensi absorpsi CO2 tertinggi (88,67%) dicapai oleh absorben MEA. Semakin besar konsentrasi absorben maka semakin rendah konsentrasi CO2 yang dicapai dalam waktu absorpsi yang sama (70 menit), walaupun perbedaannya tidak signifikan karena konsentrasi absorben yang besar dibandingkan konsentrasi CO2. Perhitungan konstanta laju reaksi, ordo reaksi, dan faktor frekuensi tumbukan juga dilakukan. Absorben dengan konstanta laju reaksi (k) dari tertinggi hingga terendah bertutut-turut yaitu MEA (1,115-1,856), Ca(OH)2 (0,126- 0.510), NaOH (0.014-0.037), dan K2CO3 (0.0017- 0.0034). Faktor frekuensi tumbukan (k0) yang diperoleh 3,63×105–1.48×107.

The content of CO2 in gas fuel can reduce the quality of combustion. For example, biogas which generally contains 25-45% CO2, so a purification process is needed to achieve a specification of CO2 concentration below 5%. In this study, the CO2 separation process was carried out using a chemical absorption method with various types of absorbents (NaOH, Ca(OH)2, MEA, and K2CO3) and absorbent concentrations and using the jet bubble technique at atmospheric pressure. The absorption process in this study can reduce the CO2 concentration from 30–31.7% mol to 3.6–8.5% mol, with the highest CO2 absorption efficiency (88.67%) achieved by the MEA absorbent. The greater the absorbent concentration, the lower the CO2 concentration achieved in the same absorption time (70 minutes), although the difference is not significant because the absorbent concentration is large compared to the CO2 concentration. Calculations of reaction rate constants, reaction orders, and collision frequency factors were also carried out. The absorbents with reaction rate constants (k) from highest to lowest, consecutively are MEA (1.115-1.856), Ca(OH)2 (0.126- 0.510), NaOH (0.014-0.037), and K2CO3 (0.0017- 0.0034). The collision frequency factor (k0) obtained is 3.63×105–1.48×107."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hilbram Habibie
"Carbon Capture and Storage (CCS) merupakan salah satu topik utama dalam perbincangan energi berkelanjutan karena potensinya dalam menurunkan emisi karbon global. Potensi ini mendorong berbagai negara untuk mengembangkan proyek CCS sebagai bagian dari strategi dekarbonisasi. Salah satu tahapan penting dalam rantai nilai CCS adalah transportasi CO2, di mana dalam konteks maritim seperti Asia Tenggara, penggunaan kapal tangki diusulkan sebagai metode pengangkutan yang tepat. Tahapan dalam sistem transportasi CO2 mencakup proses likuifaksi, penyimpanan sementara, serta penyimpanan di atas kapal. Penelitian ini meninjau ketiga aspek tersebut dengan mempertimbangkan variasi tekanan rendah (7–9 barg), menggunakan metode likuifaksi Linde Dual-Pressure yang dimodelkan melalui perangkat lunak Aspen HYSYS. Parameter proses dalam penelitian ini berupa laju alir massa, entalpi, dan densitas yang dijadikan sebagai dasar dalam perancangan tangki penyimpanan sementara dan tangki kargo. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variasi tekanan produk berpengaruh langsung terhadap volume penyimpanan dan dimensi geometris tangki. Peningkatan tekanan produk menghasilkan kenaikan volume simpan, baik pada tangki penyimpanan sementara maupun tangki kargo. Adapun nilai dari volume simpan memiliki korelasi berbanding lurus terhadap dimensi geometris tangki, yang menyebabkan dimensi geometris tangki membesar seiring dengan peningkatan tekanan. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa peningkatan tekanan menyebabkan peningkatan pada ketebalan dinding tangki.

Carbon Capture and Storage (CCS) is one of the key topics in the global discourse on sustainable energy, due to its potential to significantly reduce carbon emissions. This potential has prompted many countries to develop CCS projects as part of broader decarbonization strategies. One critical component of the CCS value chain is CO2 transportation. In maritime contexts such as Southeast Asia, pressurized CO2 transport by tank ships has been proposed as a suitable solution. This transport system involves three main stages: liquefaction, holding storage, and shipping storage. This study examines these three stages by evaluating low-pressure variations (7–9 barg) using the Linde Dual- Pressure liquefaction method, modeled through Aspen HYSYS process simulation software. Key process parameters such as mass flow rate, enthalpy, and density were obtained and utilized as the basis for designing both holding storage tanks and shipping tanks for ship transport. The results show that product pressure variation directly influences storage volume and tank geometry. Higher product pressure leads to increased CO2 storage volume, both in holding and shipping tanks. The increase in storage volume is linearly correlated with the expansion of tank dimensions, resulting in larger tank sizes at higher pressures. Additionally, the study found that increased pressure also leads to thicker tank wall."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azra Meutia Nujud
"Penumpukan Municipal Solid Waste (MSW) dapat menyebabkan berbagai dampak serius dan di sisi lain, kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk sehingga dibutuhkan alternatif energi lain. Penelitian ini dilakukan untuk mengolah MSW menjadi energi listrik, panas, dan dingin. Proses utama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah gasifikasi menggunakan downdraft gasifier dengan suhu berkisar 900°C dan dilakukan dalam empat tahapan proses, yaitu pengeringan, pirolisis, reduksi dan oksidasi. Selain itu, sistem CCHP ini juga menggunakan turbin gas sebagai unit yang memproduksi listrik, Heat Recovery Steam Generator (HRSG) sebagai unit yang memproduksi uap untuk produksi energi dingin, dan absorption chiller sebagai unit yang memanfaatkan sisa panas untuk produksi energi dingin. Penelitian dilakukan dengan meninjau aspek teknis, ekonomi, dan lingkungan melalui simulasi menggunakan software Aspen Plus dan Aspen Hysys, serta Microsoft Excel untuk perhitungan ekonomi dan lingkungan. Dari segi teknis, diperoleh efisiensi Gasifier sebesar 69,528%; Gas Turbine sebesar 31,871%; Absorption Chiller sebesar 0,734; dan CO2 Capture sebesar 94,320% dengan efisiensi energi dan eksergi keseluruhan sistem secara berurutan, yaitu 67,465 dan 30,814%. Dari segi ekonomi, dilakukan perhitungan Levelized Cost of Electricity (LCOE) dan diperoleh LCOE sebesar 0,237 USD/kWh. Dari aspek lingkungan, dilakukan analisis jejak karbon yang dihasilkan dari sistem ini melalui metode Life Cycle Assessment (LCA) sehingga diperoleh penurunan emisi hingga 99,667% dengan penurunan emisi sebesar 212,592 g- CO2eq/kWh. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk meningkatkan kualitas sistem konversi sampah sehingga dapat menjadi sumber energi utama di Rusunawa DKI Jakarta pada masa mendatang.

The accumulation of Municipal Solid Waste (MSW) can cause various serious impacts and on the other hand, energy needs are increasing along with the increase in population so that other energy alternatives are needed. This research was conducted to process MSW into electricity, heat, and cold energy. The main process carried out in this research is gasification using a downdraft gasifier with a temperature around 900°C and is carried out in four stages of the process, namely drying, pyrolysis, reduction and oxidation. In addition, this CCHP system also uses a gas turbine as a unit that produces electricity, a Heat Recovery Steam Generator (HRSG) as a unit that produces steam for cold energy production, and an absorption chiller as a unit that utilizes residual heat for cold energy production. The research was conducted by reviewing technical, economic, and environmental aspects through simulations using Aspen Plus and Aspen Hysys software, as well as Microsoft Excel for economic and environmental calculations. From a technical point of view, the efficiency of the Gasifier is 69.528%; Gas Turbine is 31.871%; Absorption Chiller is 0.734; and CO2 Capture is 94.320% with the overall energy and exergy efficiency of the system being 67.465 and 30.814% respectively. From an economic perspective, a Levelized Cost of Electricity (LCOE) calculation was carried out and obtained an LCOE of 0,237 USD/kWh. From an environmental aspect, an analysis of the carbon footprint generated from this system through the Life Cycle Assessment (LCA) method was carried out so that an emission reduction of up to 99,667% was obtained with a reduction in emissions of 212,592 g-CO2eq/kWh. The results of this study are expected to help improve the quality of the waste conversion system so that it can become the main energy source in DKI Jakarta Rusunawa in the future."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library