Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Genie Zharfan Afif Mashary
"Penelitian ini menganalisis implementasi kebijakan pajak karbon menggunakan model Computable General Equilibrium (CGE) di Indonesia. Penelitian mengkaji tiga skenario pajak karbon: rendah (Rp30.000/ton), sedang (Rp152.500/ton), dan tinggi (Rp270.000/ton), dengan batas emisi 500.000 ton CO2 dari 99 PLTU atau hanya 0,076% dari total emisi sektor energi sebesar 658,2 juta ton CO2. Hasil menunjukkan bahwa pajak karbon tinggi menghasilkan dampak paling signifikan, dengan penurunan investasi sebesar -0,000667% atau Rp41,46 miliar, kenaikan penerimaan pajak sebesar 0,031927% atau Rp130,46 miliar, dan penurunan tabungan pemerintah sebesar 0,000832% atau Rp4,54 miliar. Meskipun total pendapatan meningkat sebesar 0,000729% atau Rp135 miliar, konsumsi mengalami penurunan sebesar -0,000667% atau Rp72,27 miliar. Kebijakan ini menunjukkan kenaikan harga jual 0,000667% atau Rp135 miliar dan menciptakan ruang fiskal melalui peningkatan anggaran pemerintah. Penelitian menyimpulkan bahwa implementasi pajak karbon tinggi secara efektif menyeimbangkan tujuan pengurangan emisi dengan pertumbuhan ekonomi, meskipun saat ini cakupannya masih terbatas.

This study analyzes the implementation of carbon tax policy using a Computable General Equilibrium (CGE) model in Indonesia. The research examines three carbon tax scenarios: low (IDR 30,000/ton), medium (IDR 152,500/ton), and high (IDR 270,000/ton), with an emission cap of 500,000 tons CO2 from 99 power plants, representing only 0.076% of total energy sector emissions of 658.2 million tons CO2. Results show that the high carbon tax yields the most significant impacts, with investment decreasing by -0.000667% or IDR 41.46 billion, tax revenue rising by 0.031927% or IDR 130.46 billion, and government savings decreasing by 0.000832% or IDR 4.54 billion. While total income grows by 0.000729% or IDR 135 billion, consumption decreases by -0.000667% or IDR 72.27 billion. The policy demonstrates an increase in sales price (0.000667% or IDR 135 billion) and creates fiscal space through increased government budget. The study concludes that implementing high carbon tax effectively balances emission reduction goals with economic growth, despite the current limited coverage."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Fitriana
"[ABSTRAK
Pajak karbon adalah salah satu kebijakan untuk mengatasi pemanasan global di
negara maju. Tetapi, apakah kebijakan itu juga bisa diterapkan di negara
berkembang masih menjadi perdebatan. Tesis ini menganalisa masalah-masalah
yang memperlambat perkembangan proposal pajak karbon di Indonesia. Thesis ini
menggunakan pendekatan kritis terhadap pengalaman penerapan pajak carbon di
negara lain dan data pengeluaran untuk memprediksi efek dari penerapan carbon
tax pada sektor rumah tangga di Indonesia. Selain itu, tesis ini juga menggunakan
perbandingan akibat dari penerapan pajak karbon dengan kebijakan pencabutan
subsidi terhadap bahan bakar. Hasil dari tesis ini mengindikasikan bahwa
pelaksanaan pajak karbon di Indonesia akan memberikan beban pajak yang lebih
terhadap rumah tangga miskin di areal pedesaan. Tesis ini juga memetakan
beberapa faktor yang menghambat perkembangan rencana penerapan pajak
karbon di Indonesia dan memberikan gambaran alternatif solusi untuk menangani
masalah tersebut.

ABSTRACT
A carbon tax is one policy actions used to combat global warming in
developed countries. However, whether it is also applicable to developing
countries is debatable. This paper analyzes problems, which slow down the
progress of carbon tax proposal in Indonesia. It critically reviews the experiences
of other countries and uses expenditure data to predict likely impacts on
households. It also relates the effect with the removal of fuel subsidy policy. The
results indicate that the carbon tax would give more tax burden on poor
households in the rural areas. The paper also describes some factors that hamper
the carbon tax proposal in Indonesia and depicts some alternative suggestions to
address the problems, A carbon tax is one policy actions used to combat global warming in
developed countries. However, whether it is also applicable to developing
countries is debatable. This paper analyzes problems, which slow down the
progress of carbon tax proposal in Indonesia. It critically reviews the experiences
of other countries and uses expenditure data to predict likely impacts on
households. It also relates the effect with the removal of fuel subsidy policy. The
results indicate that the carbon tax would give more tax burden on poor
households in the rural areas. The paper also describes some factors that hamper
the carbon tax proposal in Indonesia and depicts some alternative suggestions to
address the problems]"
2015
T44273
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dandy Rizky Wibowo
"Secara teoritis, carbon pricing – yang umumnya terdiri dari pajak karbon dan sistem perdagangan emisi – adalah kebijakan yang efektif dalam mengurangi emisi. Akan tetapi, terdapat isu apakah carbon pricing  berhasil menurunkan emisi dalam prakteknya. Isu lainnya adalah carbon pricing menyebabkan penurunan pada Produk Domestik Bruto (PDB) dan memperburuk ketimpangan pendapatan. Menggunakan regresi data panel fixed effect dan menjadikan negara G20 sebagai studi kasus, studi ini menunjukkan bahwa pengimplementasian pajak karbon dan sistem perdagangan emisi secara bersamaan mengakibatkan penurunan emisi, tetapi disaat yang bersamaan menyebabkan penurunan PDB dan memperburuk distribusi pendapatan. Membedakan dan membandingkan dampak pajak karbon dan sistem perdagangan emisi secara terpisah, studi ini menemukan bahwa tidak pajak karbon maupun sistem perdagangan emisi memberikan dampak yang menguntungkan pada emisi, PDB, dan ketimpangan pendapatan secara bersamaan. Meskipun penurunan emisi dari pajak karbon lebih rendah daripada sistem perdagangan emisi dan telah terbukti bahwa pajak karbon menyebabkan penurunan PDB, akan tetapi pengimplementasian pajak karbon menurunkan ketimpangan pendapatan. Sebaliknya, sistem perdagangan emisi yang penurunan emisinya lebih besar dibandingkan dengan pajak karbon justru malah meningkatkan ketimpangan pendapatan. Dengan demikian, pengimplementasian carbon pricing memberikan tantangan bagi pengambil kebijakan untuk bagaimana dampak negatif dari pengimplementasian carbon pricing dapat diminimalisir.

Theoretically, carbon pricing – which in general consists of carbon tax and Emissions Trading System (ETS) – is an effective policy in reducing emissions. However, there is an issue whether in practice carbon pricing has been successful in reducing emissions. Another issue is carbon pricing would induce a decrease in GDP and worsen income inequality. Using fixed effect panel data regression and utilized G20 countries as the case study, this study revealed that the implementation of carbon tax and ETS simultaneously has been effective in reducing emissions, while at the same time induced decrease in GDP and worsening income inequality. Differentiating and comparing the impact of carbon tax and ETS separately, this study found neither carbon tax nor ETS provide favorable outcomes on emissions, GDP, and income inequality simultaneously. Although the emissions reduction from carbon tax is lower than the ETS and it is proven that carbon tax implementation reduces GDP, but the implementation decreases income inequality. In contrast, ETS which provide larger emissions reduction compared to the carbon tax result in higher income inequality. Thus, the carbon pricing implementation leaves policymakers the challenges on how to reduce the adverse impact due to the implementation."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library