Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Anindia Kusuma Winahyu
"Analisis porositas dan permeabilitas penting dilakukan karena dapat membantu dalam penentuan parameter produksi dan mampu menjelaskan perilaku fluida pada pori batuan. Keduanya bisa didapat dari analisis petrofisika (well analysis, well testing, core analysis) dan rock phyiscs (quantitative seismic). Dari beberapa metode yang telah dilakukan untuk analisis porositas dan permeabilitas, masih belum mencukupi kebutuhan indentifikasi akan kompleksitas mikrostruktur pada batuan dan perilaku fluida pada pori batuan. Digital rock physics muncul sebagai metode yang dapat melengkapi kekurangan pada metode-metode tersebut. Penelitian ini bertujuan menganalisis kompleksitas mikro-struktur batuan terhadap porositas dan permeabilitas melalui citra batuan dengan menerapkan metode Digital Rock Physics. Hal ini dilakukan dengan mengkarakterisasi porositas dan permeabilitas pada batupasir dan karbonat dari sampel citra batuan lalu melakukan simulasi injeksi fluida menggunakan metode Parallel Lattice Boltzmann. Data berupa sampel citra batupasir dan karbonat yang merupakan core sample dari beberapa reservoir dengan kualitas baik di sekitar Eropa-Amerika Serikat, dengan ukuran sampel 200x200x200 pixels, tiap pixel sebanding dengan 1000 mm. Hasil analisis menunjukkan nilai porositas batupasir tergolong sangat baik dengan rentang 20-29% dan permeabilitas juga tergolong sangat baik dengan nilai >250mD. Korelasi keduanya menunjukkan adanya korelasi yang baik antara porositas terhadap permeabilitas dengan nilai R2 terbesar 0.81. Hasil ini sangat bermanfaat untuk pekerjaan identifikasi reservoir sebagai data pendukung untuk mengurangi uncertainty yang masih belum terjawab dalam beberapa metode analisis yang sebelumnya dilakukan (well logging, core analysis, quantitative seismic interpretation).
Porosity and Permeability analysis are important because it could help to determine production parameters and able to explain the fluid content in rock pores. Both can be obtained from petrophysics analysis (well analysis, core analysis) and rock physics analysis (quantitative seismic interpretation). Of the several methods that have been carried out, still insufficient identification needs for the micro-strcutures complexity and fluid content in rock pores. Digital rock physics could complement the lack of petrophysics and quantitative seismic interpretation analysis. This study aims to analyze the micro-structure complexity against porosity and permeability by rock image using digital rock physics method. This research is done by characterizing the porosity and permeability of sandstones and carbonates from rock image samples, then simulating fluid injection using Parallel Lattuce Boltzmann method. The data are rock images of sandstones and carbonates core samples from several well-produced reservoirs around Europe-United States, with a sample size of 200 x 200 x 200 pixels, which each pixel presents 1000 mm. The results show the sandstones porosity value classified as very good porosity with range 20%-29%. The permeability also classified as very good permeability with a value of >250mD. The correlation of porosity and permeability indicates good correlation with the largest R2 value of 0.81. This study is very useful for reservoir identification as supporting data to reduce uncertainty that is still unanswered in several previous anlysis methods."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Anindya Putri Pratista
"Perubahan iklim yang disebabkan oleh peningkatan emisi karbon dioksida (CO2) dunia berdampak negatif pada kehidupan. Karbonasi mineral merupakan salah satu metode carbon capture, storage, and utilisation (CCUS) untuk menangkap CO2 dengan memanfaatkan mineral alkali seperti magnesium silikat yang keberadaannya melimpah di dunia. Pada penlitian ini dilakukan eksperimen karbonasi tidak langsung terhadap produk sampingan magnesium silikat dari bittern tambak garam. Eksperimen dilakukan dengan melindi magnesium silikat bersama asam sulfat sehingga memulihkan magnesium dalam bentuk magnesium sulfat. Larutan filtrat pelindian digunakan pada proses karbonasi dengan dialirkan gas CO2 dan penambahan NH3 secara berkala, yang dilakukan dengan variasi waktu 30 menit, 45 menit, dan 60 menit. Setelah pengujian dengan analisa karakterisasi, didapatkan kenaikan konsentrasi unsur magnesium pada produk karbonasi naik secara signifikan pada waktu karbonasi 45 menit menjadi sebesar 63,257% pada sampel magnesium silikat bittern dan 62,042% pada sampel magnesium silikat sintetis. Dimana pada waktu 30 menit konsentrasi magnesium sebesar 56,808% pada sampel magnesium silikat bittern dan 46,963% pada sampel magnesium silikat sintetis, dan kenaikan konsentrasi setelah waktu tersebut tidak signifikan. Sementara pada produk karbonasi, yang dihasilkan adalah senyawa karbonat, seperti hydromagnesite, magnesite, calcite, dan dolomite yang dapat menyimpan gas CO2 yang ramah lingkungan dan bersifat stabil untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dapat berpotensi untuk menurunkan emisi gas CO2 yang dihasilkan industri.
Climate change caused by the increasing carbon dioxide emissions (CO2) globally negatively impacts life. Mineral carbonation is one of the methods for carbon capture, storage, and utilization (CCUS) to capture CO2 by utilizing alkaline minerals such as magnesium silicate, which are abundant worldwide. This study conducted an indirect carbonation experiment on the byproduct of magnesium silicate from salt pond bittern. The experiment involved leaching magnesium silicate with sulfuric acid to recover magnesium as magnesium sulfate. The leachate filtrate solution was used in the carbonation process by flowing CO2 gas and periodic addition of NH3, with variations in the time intervals of 30 minutes, 45 minutes, and 60 minutes. After testing and analyzing the characteristics, it was observed that the concentration of magnesium in the carbonate product significantly increased during the 45-minute carbonation time, reaching 63.257% in the bittern magnesium silicate sample and 62.042% in the synthetic magnesium silicate sample. At the 30-minute mark, the magnesium concentration was 56.808% in the bittern magnesium silicate sample and 46.963% in the synthetic magnesium silicate sample. There was no significant increase in concentration beyond that time. The resulting carbonate products, such as hydromagnesite, magnesite, calcite, and dolomite, can store environmentally friendly CO2 gas and remain stable for long-term storage. This experiment has the potential to reduce the emissions of CO2 gas produced by industries."
Depok:
2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library