Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Matheus Jorizal
"ABSTRAK
Pada makalah ini akan dikemukakan pengobatan radiasi pada karsinoma prostat, dengan suatu laporan retrospektif pengeobatan radiasi pada pasien yang dikirim ke Unit Radioterapi RSCM/FKUI selama periode Januari 1982 sampai dengan Desember 1986.
Kesimpulannya adalah: (1). Penderita karsinoma prostat yang datang berobat ke Subbagian Radioterapi RSCM/FKUI pada umumnya sudah berada pada stadium lanjut, (2). Limfografi penting bukan saja untuk diagnostik tetapi juga dalam hal penanganan terapi, (3). Pengobatan radiasi yang diberikan pada karsinoma prostat umumnya merupakan radiasi pasca bedah, (3). Perlu disusun protokol pengobatan karsinoma prostat.
"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Incidences of pancreatic cancer worldwide have been known to be increased. It is the fifth leading cause of death in United State of America.Seventy percent accourts in the head of the pancreas...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ambarini Hermawan
"ABSTRAK
Frekuensi karsinoma kolorektal tertinggi diantara
karsinoma saluran pencernaan. Sebagian besar pasien
datang pada stadium lanjut. Di Amerika Serikat
(Siluerberg 1981) tercatat 120.000 kasus karsinoma kolorektal
baru, 37.000 diantaranya adalah karsinoma rektum, dengan
perkiraan kematian 8.700 kasus. Perbandingan pria dan wanita
adalah 9:5. Golighsr mencatat bahwa karsinoma ini paling
sering didapatkan pada usia di atas 60 tahun, dan pada usia
kurang dari 30 tahun hanya dijumpai 2,1%.
Di Bagian Bedah RSCM antara Januari 1980 sampai dengan
April 1982, didapatkan bahwa frekuensi karsinoma rektum
tertinggi pada pasien berusia diantara 31-40 tahun, di bawah
usia 30 tahun 17 persen, dan pria dan wanita berbanding
sebagai 27:20.
Untuk lebih mengenal pola penyebaran karsinoma rektum,
diperlukan pengetahuan anatomi daerah rektum dan sekitarnya. Karsinoma rektum akan menyebar melalui lima cara, yaitu
secara perkontinuitatum, limfogen, hematogen, transperitoneal,
dan implantasi (5, 20, 25).
Berbagai pendapat telah diajukan untuk mengobati
karsinoma rektum ini. Pendekatan multidisipliner dikembangkan untuk memilih cara pengobatan, meliputi pengobatan:
pembedahan, radiasi, dan kenoterapi, bahkan kombinasi
cara-cara tersebut (7,8,19,21,22). Walaupun demikian sampai
saat ini masih didapat adanya perbedaan pendapat.
Sejak tahun 1982 di RSCM telah dibuat suatu protokol
penatalaksanaan karsinoma rektum, tetapi penerapan protokol
ini masih jauh dari yang diharapkan.
Pada makalah ini akan dikemukakan pengobatan radiasi pada
karsinoma rektum, dengan suatu laporan retrospektif pengobatan
radiasi pada pasien yang dikirim ke Unit RaHiotarapi RSCH/FKUI
selama periode Januari 1985 sampai dengan Desember 1986."
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iin Kurnia
"Karsinoma serviks uteri merupakan tumor ganas yang sering ditemukan di Indonesia dan pada umumnya penderita datang dalam keadaan ianjut dimana radioterapi merupakan terapi pilih. Penilaian respon radiasi dapat dipelajari secara klinis maupun secara histopatologik. Secara histopatologik, selama ini penilaian dilakukan secara kasar yaiutu dengan melihat ada tidak sel tumor yang viable. Respon radiasi antara lain dipengaruhi oleh tingkat prolifersi sel, penilaiannya dapat dilakukan dengan berbagai metode antara lain dengan metode Ag NOR. AgNOR merupakan Salah satu cam penilaian proliferasi sel dengan cars menghilung nuclear organizer region (NOR).
Pada penelitian ini nilai AgNOR digunakan untuk melakukan hubungannya dengan derajat respon radiasi secara hisropomlogik. Penghitungan nilai AfNOR dilakukan dengan 2 cara yaitu (1) rata-rata nilai AgNOR pada nukleus (mAgNOR) dan persentase AgNOR (PAgNOR). Penilaian derajat respon radiasi secara histopalogik dilakukan menurut metode Shimosato yang membuat derajat respon radiasi dari jaringan yang resisten sampai paling sensitif terhadap radiasi dengan gradasi 1A sampai 4C.
Hasil dan kesimpulan, dari 20 kasus karsinoma serviks yang diperiksa, didapatkan 2 kasus dengan derajat respon radiasi 1,5 kasus dengan derajat respon radiasi 4B dan 1 kasus dengan derajat respon radiasi 4C. Karena perbandingan kasus yang tidak seimbang, kasus-kasus ini dikemlompokkan lagi menjadi 2 kelompok yaitu: (1) kelompok denga respon radiasi baik (13 kasus) dan (2) kelompok dengan derajat respon radiasi buruk (7 kasus). Walaupun terlihat kecenderungan nilai mAgNOR yang lebih tinggi ppada kasus dengan derajat respon radiasi lebih tinggi, nilai mAgNOR yang tidak berbeda bermakna pada kelompok-kelompok yang diperiksa, kemungkinan disebabkan karena mAgNOR tidak secara sppesifik mewakili fraksi pertumbuhan yang tinggi sehingga tidak langsung terkait dengan radiosensitifitas jaringan.
Dari penelitian ini ditemukan nilapAgNOR yang lebih tinggi secara bermakna pada kelompok dengan responn radiasi baik debandinglan dengan kelompok dengan derajat respon radiasi buruk (p=0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa nilai pAgNOR lebih spesifik dan ditelti lebih lanjut dengan digabungkan dengan metoda sehic diharapkan dapat dipakai sebagai salah satu cara untuk memprediksi respon radiaso karsinogen serviks uteri.

Cervical uterine cancer is one of tlte most common malignant tumors in Indonesia, patients usually presented in an advance stage where radiotherapy is a therapy of choice. Evaluation of radiotherapy is done both clinically and histopathologcally. Ust; histopathologic assessment was done roughly bythe presence of viable tumor cells. Radio response is influenced by cell proliferation rate and the assessment can be done with methods. ie. Ag NOR method. AgNOR is one of cell proliferation marker that cour nuclcolar organizer region (NOR).
In this study, AgNOR counts was used to soc corelation with grade ofhistopathological radiation response. AgNOR counts was carried in 2 wajrs: (1) mean of AgNOR counts in the nuclei (mAgNOR0 and (2) percentag AgNOR (PAgNOR). Evaluation of histopathologic radiation response grade was a following Shimosato that made gradation radiation response from radioresistant to alt radiosensitiv tissue in IA to -1C grade.
Result and conclusion, from 20 cases of Cervical cancer studied based on Shimosato method. 2 cases were of grade 1, 5 cases of grade ZA. l case of grade 5, 2 cases of grade 49., 9 cases of grade 4B and 1 of gade 4C . Due to unequal number of cases in each group, it was grouped into 2 groups, good radiation response. which is iound in 13 cases and (2) poor radiation response a cases. Altough there is higher number mAgNOR counts irt group with higher grade radiation response. It was not statistically significant, most likely because in mAgNOR is specitically representing high growth fraction, therefore was not correlated directly with tis radiosonsitivitly. From this study, it was showed that pAgNOR counts was hit significantly in group with good radiation response compared to group with poor radia response (p=0.05).
The result showed that pAgNOR count is more speciiic, therefore it car used in more research combine with another method make this method will used as one method for the prediction of radiation response in cert-?ical uterine carcinoma.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T3739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mensjurman Zubir
"ABSTRAK/b>
Karsinoma paru merupakan penyakit yang makin sering ditemukan pada saat ini. Hal ini dikemukakan baik oleh penulis-penulis luar negri maupun oleh penulis Indonesia.
Pengobatan penyakit ini belum memuaskan,boleh dikatakan prognosanya jelek. Harapan terbesar terletak pada pembedahan,sedangkan radioterapi dan kemoterapi belum memberikan hasil yang memuaskan. Lima tahun kelangsungan hidup rata-rata pada pembedahan adalah 3,5-9%.
Masalah lain adalah penderita datang ke dokter atau ke rumah sakit pada stadium lanjut, sehingga pembedahan tidak mungkin lagi dilakukan. Dari 200 penedrita karsinoma paru yang datang ke RS Persahatan antara tahun 1970 - 1974 ternyata 63,5% stadium III, 27% stadium II dan hanya 9,5% stadium I.
"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta FKUI 1983 ,
WI735 Kar N83k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Karsinoma Hepatoseluer (KHS) masih menjadi masalah kesehatan di dunia, selain karena insidensnya yang tinggi terkait dengan angka infeksi HBV dan HCV, penatalaksanaanya sangat tergantung pada kondisi penderita dan ekstensi tumor. Pembedahan, berupa reseksi hati maupun transplantasi hati adalah pilihan utama untuk mencapai survival yang baik. Namun demikian, reseksi hati mensyaratkan kondisi hati yang sehat dan ukuran tumor yang kecil sedangkan transplantasi hati belum dikerjakan di Indonesia. Kedua hal ini mendorong pemanfaatan modalitas lain dalam penatalaksanaan KHS, antara lain Ablasi tumor per kutan, Trans Arterial Chemo Embolization (TACE), Kemoterapi dan Radioterapi. Radiasi selama ini ditakuti karena efek samping hepatitis radiasi-nya, akan tetapi dengan berkembangnya teknik radiasi konformal, efek samping tersebut dapat diminimalkan. Makalah ini memaparkan satu kasus KHS tipe ikterik yang mendapat radiasi eksterna di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan hasil yang memuaskan berupa hilangnya gejala dan penurunan kadar bilirubin. Penderita direncanakan untuk menjalani reseksi hati.

Abstract
Hepatocellular Carcinoma (HCC) is still a leading health problem worldwide, due to its correlation with HBV and HCV infection and its management which is strongly dependent on patient?s condition and tumor extension. Surgery, with liver resection or liver transplantation offer a good survival rate as a primary management of such cancer. But since liver resection must consider some aspect of liver function and tumor size, and liver transplantation was not a choice in Indonesia, many treatment modalities has been developed which can be used to overcome this problem, such as tumor ablation, transarterial chemo embolization (TACE), chemotherapy and radiotherapy. With the development of conformal radiotherapy, the hepatitis induced radiation therapy could be minimized. This paper present a case of conformal radiation therapy utilization in icteric type HCC in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. Hepatic resection was planned for this patient."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Suryo Adityo Pribadi
"Skripsi ini bertujuan untuk merancang, fabrikasi dan menganalisis rangkaian generator sinyal frekuensi radio yang digunakan untuk terapi kanker hepatocellular carcinoma (HCC) dengan menggunakan prinsip bioresonansi. Rangkaian yang dirancang terdiri dari osilator, modulator, dan amplifier. Pada modulator, sinyal yang dihasilkan merupakan sinyal yang berasal dari rangkaian osilator gelombang pembawa dan pemodulasi. Kemudian, output dari modulator akan dikuatkan melalui amplifier agar menghasilkan daya yang lebih besar. Adapun spesifikasi dari rangkaian generator sinyal adalah menghasilkan keluaran dengan tegangan efektif sebesar 125 mV dan 3 Volt setelah hasil penguatan serta frekuensi sebesar 27,12 MHz. Pada simulasi, sudah sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Kemudian, pada tahap fabrikasi, rangkaian generator sinyal menggunakan dua PCB, yaitu untuk rangkaian osilator gelombang pembawa dan komponen generator lainnya (power supply, osilator gelombang modulasi, modulator, dan amplifier). Setelah itu, pengujian generator sinyal menghasilkan keluaran dengan tegangan efektif sebesar 28,28 mV dan 763,56 mV setelah hasil penguatan serta frekuensi sebesar 27,10 MHz. Perbedaan hasil antara hasil simulasi dan fabrikasi disebabkan oleh tidak terintegrasinya rangkaian generator sinyal. Hal ini mengakibatkan adanya penghubung yang digunakan sehingga terjadinya penurunan tegangan dan frekuensi. Selain itu, penggunaan komponen yang tidak sesuai dengan simulasi juga menyebabkan terjadinya penurunan tegangan dan frekuensi.

This research aims to design, fabricate and analyze the circuit of radio frequency signal generator that is used for hepatocellular carcinoma (HCC) with bioresonancy method. The circuit consists of an oscillator, modulator, and amplifier. On the modulator, the resulted signal is a signal derived from both carrier wave oscillator and modulation wave oscillator. Then, the output will be amplified in order to generate greater power. After that, the specification of signal generator is a circuit that can be producing an output voltage of 125 mV and 3 V after amplification at 27.12 MHz. Then, simulation has been approved. In its implementation, the generator circuit consists of two circuits which combines the oscillator circuit and a modulation of the carrier wave. From the test shows that the modulator circuit produces output voltage of 28.28 mV and 763.56 mV after amplification at 27.10 MHz. The difference between simulation and fabrication is caused by separated part of the generator so needing a connector which produces losses. Besides that, there is a changing component which is caused a decrement output voltage and frequency."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda Maria Loho
"Latar Belakang: Pada tahun 1998-1999, kesintasan pasien karsinoma hepatoselular (KHS) yang berobat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sangat rendah karena sebagian besar datang dalam stadium lanjut dan hanya sedikit pasien yang dapat memperoleh terapi paliatif atau kuratif. Dalam tiga tahun terakhir, RSCM telah memiliki fasilitas tatalaksana KHS yang lebih baik, namun dampaknya terhadap perbaikan kesintasan pasien KHS belum diketahui.
Tujuan: Mengetahui perbandingan kesintasan satu tahun pasien KHS yang berobat di RSCM pada periode 2013-2014 dengan periode 1998-1999.
Metode: Data 114 pasien KHS yang berobat di RSCM pada periode 2013-2014 dan data sekunder penelitian 77 pasien KHS di RSCM pada tahun 1998-1999 dikumpulkan secara retrospektif lalu dilakukan penilaian karakteristik dan perbandingan kurva kesintasan dengan menggunakan metode Kaplan-Meier yang dilanjutkan dengan uji log-rank.
Hasil: Terdapat peningkatan hepatitis B sebagai etiologi KHS dari 32,5% pada 1998-1999 menjadi 67,5% pada 2013-2014. Insidens pasien yang meninggal selama pengamatan adalah 57% (95% interval kepercayaan (IK) = 48-66%) pada periode 2013-2014 dan 61% (95% IK = 49-73%) pada periode 1998-1999. Median kesintasan secara keseluruhan adalah 141 hari. Meskipun terdapat perbaikan dalam fasilitas tatalaksana KHS, angka kesintasan satu tahun pada kedua periode tidak berbeda secara signifikan (29,4% pada 2013-2014 dan 24,1% pada 1998-1999, p=0,913). Hal ini tampaknya disebabkan karena surveilans KHS pada populasi risiko tinggi masih rendah.
Simpulan: Tidak ada perbedaan kesintasan satu tahun pasien KHS pada periode 2013-2014 dengan periode 1998-1999.

Background: In 1998-1999, the survival of hepatocellular carcinoma (HCC) patients in Cipto Mangunkusumo Hospital was very poor because most patients came in advanced stage and only few patients could receive palliative or curative treatment. In the last three years, Cipto Mangunkusumo Hospital has improved its facilities for HCC treatment. It is unclear whether this effort has resulted in improvement of patients? survival.
Objectives: To compare one-year survival rate of HCC patients between two periods (2013-2014 and 1998-1999).
Method: We analyzed retrospectively 114 HCC patients who came to our department in 2013-2014 and 77 patients in 1998-1999. We compare the clinical characteristics and treatment between two periods and then we analyze the survival of both groups using Kaplan-Meier method and compare them using log-rank test.
Results: There was an increase in hepatitis B prevalence as the etiology of HCC from 32,5% in 1998-1999 to 67,5% in 2013-2014, causing hepatitis B as the main etiology of HCC in 2013-2014. Incidence rate of patients who died in 2013-2014 was 57% (95% confidence interval (CI) = 48-66%) and in 1998-1999 was 61% (95% CI = 49-73%). Overall median survival was 141 days. Despite improvement in treatment facilities, no significant difference was found in one-year survival rate (29,4% in 2013-2014 versus 24,1% in 1998-1999, p=0,913). It seems that this result was caused by low level of surveillance in high-risk population.
Conclusion: No improvement was seen in one-year survival rate of HCC patients between 2013-2014 and 1998-1999.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivolay Walasi Margret Dachi
"Latar belakang: Kanker serviks merupakan kanker terbanyak ketiga diderita oleh perempuan dengan morbiditas dan mortalitas tinggi. Tatalaksana kanker serviks stadium lanjut dengan radiasi baik itu radiasi saja maupun kemoradiasi. Overall survival (OS)dan disease free survival (DFS) pada kanker serviks stadium lanjut dengan histologi karsinoma sel skuamosa (KSS) dan adenokarsinoma (AK) berbeda pada beberapa penelitian. Begitu juga dengan terjadinya kekambuhan
Tujuan: (1) Mengetahui OS pada jenis histologi KSS dan AK kanker serviks stadium lanjut (2) Mengetahui DFS kanker serviks stadium lanjut
Metode: Penelitian ini menggunakan studi kohort retrospektif menggunakan data rekam medis pasien kanker serviks stadium IIB hingga IVA dengan histologi KSS dan AK pada tahun 2008 hingga 2013. Pengamatan dilakukan saat subjek pertama kali didiagnosis kanker ovarium hingga terjadi peristiwa hidup, meninggal, atau hilang dari pengamatan dalam waktu 120 bulan.
Hasil: Dari 518 pasien yang memenuhi kriteria, 426 pasien dengan jenis histologi KSS, 92 pasien dengan jenis AK. Hasil dari uji log rank p value=0,07 menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna OS KSS dan AK dengan probabilitas kumulatif 42% pada bulan ke 120 Uji chi square didapati perbedaan bermakna p=0,042 terjadinya relaps pada AK dan KSS sbesar 26,1% dan 16,4%.
Kesimpulan: Tidak ada perbedaan bermakna antara karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma secara overall survival pada kanker serviks stadium lanjut dan terdapat perbedaan bermakna disease free survival pada kedua jenis histologi tersebut.

Background: Cervical cancer is the third most common cancer among women with high morbidity and mortality. Management of advanced stage cervical cancer with radiation be it radiation alone or chemoradiation. Overall survival (OS) and disease free survival (DFS) in advanced cervical cancer with histology of squamous cell carcinoma (KSS) and adenocarcinoma (AK) differ in several studies. Likewise with recurrence Objectives: (1) Knowing OS in the type of histology of SCC and AK in advanced cervical cancer (2) Knowing DFS in advanced cervical cancer
Method: This study used a retrospective cohort using data from medical records of stage IIB to IVA cervical cancer patients with histology of SCC and AK in 2008 to 2013. Observations were made when the subject was first diagnosed with ovarian cancer until a life event, death, or disappear from observation in time 120 months
Results: Of the 518 patients who met the criteria, 426 patients with type of KSS histology, 92 patients with type AK. The results of the log rank test p value = 0.07 showed no significant difference in OS KSS and AK with a cumulative probability of 42% in the 120th month 16.4%.
Conclusion: There was no significant difference OS between SCC and AC in advanced stage of cervical cancer and there were significant differences in disease free survival in the two types of histology"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>